"Seolah-olah Pak Jokowi sedang berkamuflase. Jadi foto ini dengan begitu menjadi sangat citra banget. Bukan naturalnya. Ini sangat eksplisit citranya itu," ucap Acep dikutip dari CNN Indonesia.
Menurut Acep, Jokowi berkamuflase agar tidak dianggap sebagai musuh kelompok Islam, khususnya Alumni 212 dan kawan-kawan.
Penilaian seperti ini dibantah oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Juru Bicara TKN TB Ace Hasan Syadzily mengatakan seragam dan atribut tersebut memang sudah identik dengan Jokowi.
Ia berkata, Jokowi sudah sejak lama terbiasa mengenakan baju berwarna putih. Sementara Ma'ruf selaku ulama memang identik dengan gaya berpakaian islami.
"Pak Jokowi dari dulu selalu menggunakan baju berwarna putih, bukan hanya sekarang saja. Kalau Pak Kiai Ma'ruf memaki sorban putih, yak kiai kan salah satu identitasnya selalu memakai sorban," ujar Ace.
Berbagai pendapat dan penilaian yang mengiringi penampakan foto kedua pasangan capres/cawapres ini sebenarnya biasa saja. Tak ada yang perlu diributkan atau dipertentangkan. Setiap orang memiliki pandangan dan persepsi sendiri-sendiri.
Tak terkecuali dengan saya. Boleh kan apabila saya juga mengeluarkan pendapat dan penilaian terhadap makna atau filosofi dibalik setelan pakaian kedua pasangan capres/cawapres ini?
Sebagai orang awam, saya hendak menilai makna dibalik setelan pakaian di surat suara ini tanpa dilandasi disiplin ilmu apapun. Sederhana saja, sebagaimana rakyat biasa melihat calon presiden/wakil presiden pilihannya bisa memenangkan pemilihan presiden pada 17 April 2019 kelak.
Setelah melihat dengan seksama penampakan foto pasangan nomor 01 yang memakai setelan baju koko putih, saya menilai pasangan ini sudah ikhlas. Artinya setelah pilpres selesai dan hasil perhitungan suara sudah ditetapkan, Bapak Joko Widodo dan KH. Ma'ruf Amin sudah ikhlas untuk berdo'a bagi pasangan nomor 02 supaya dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin bangsa Indonesia selama lima tahun kedepan.
Sedangkan bagi pasangan nomor 02, saya menilai pasangan ini sudah siap. Artinya, mereka siap untuk dilantik menjadi pemimpin Indonesia lima tahun kedepan.
Apakah penilaian saya ini tepat dan akan menjadi kenyataan? Jangan menghitung anak ayam yang belum menetas. Artinya jangan percaya penuh pada setiap prediksi atau ramalan sebelum kenyataannya terjadi.
