"Berawalnya itu kami menyadari penjualan kopi ini lama-lama menurun harganya. Akhirnya tahun 2015 kami mendatangi PTPN 12 untuk bernegosiasi dan mencari mitra. Dari mereka menentukan buah kopi merah itu 95 persen. Tetapi kopi merah kami, hanya mencapai 87 persen saja dari ketentuan mereka. Meskipun begitu, kopi merah kami hanya diterima sekali saja. Saat itu hanya 4 ton 4 kuintal," ujar Sukri seperti dikutip dari situs API (Aliansi Pertanian Indonesia). Berbekal ilmu dari PTPN 12, petani di tiga desa ini akhirnya mampu menilai hasil buah kopi yang mereka petik, dan hasilnya hanya 90 persen, cukup untuk dilanjutkan ke pemrosesan biji kopi.
Sukri menambahkan, dari tiga desa, ada 18 kelompok tani dengan masing-masing kelompok ada terdiri dari 20 petani. Setelah diberi pengarahan dan sosialisasi, dari 18 kelompok tani itu, hanya ada 8 kelompok tani, yakni sekitar 100 petani saja yang mau merubah cara pemetikan buah kopi menggunakan petik merah.
Sejak saat itu juga, semua proses pengolahan mulai awal dirombak total. Sukri menyebutkan proses itu di antaranya, petani harus memetik buah kopi yang sudah bewarna merah. Apabila dalam satu tangkai, ada buah yang masih bewarna hijau atau orange tidak boleh ikut dipetik. Hanya yang merah saja yang boleh dipetik.
Selain pemetikan buah kopi, proses lain yang diperbaiki adalah proses fermentasi dan penyimpanan. Kini, Gapotan Sridonoretno sudah mengenal berbagai macam proses fermentasi kopi, mulai dari yang natural, Honey, Semi Wash, atau Full Wash.
Imbasnya, harga kopi dari Sridonoretno mulai terkerek naik. Kualitas kopi mereka, yang berjenis Robusta juga mulai dikenal para pecinta kopi. Gapotan Sridonoretno saat ini sudah memiliki 7 Unit Pengelolahan Hasil (UPH) bertugas menilai, mengontrol, dan memantau proses dari awal. Tujuh UPH ini menaungi 139 petani kopi Sridonoretno.
"Setiap UPH memiliki barkode yang berbeda. Dari UPH inilah kami berani memberikan jaminan bahwa kopi Sridonoretno benar-benar terjamin kualitasnya. Penyimpanan kopi itu juga benar-baner kami perhatikan, harus diruangan khusus," ujar Siadi, salah satu pengurus UPH Sekar Lindu.
Para petani kopi Sridonoretno menyerahkan hasil panen kopi ke UPH. Setelah diseleksi dan dinilai kualitasnya, UPH lalu menyerahkan hasil panen itu ke Koperasi Sridonoretno. Mereka lah yang kemudian mendistribusikan hasil panen kopi Sridonoretno ke setiap pemilik kedai kopi di Malang Raya melalui dealer-dealer yang menjalin kerjasama. Dengan kualitas yang lebih baik ini, otomatis harga jual kopi Sridonoretno juga lebih tinggi dari kopi Dampit biasa.
Citarasa Kopi Sridonoretno
Kopi Robusta Sridonoretno, atau dikenal juga dengan nama Kopi Robusta Dampit CDR memiliki citarasa coklat karamel. Dibandingkan kopi Dampit lainnya, kopi Sridonoretno lebih tajam aroma coklatnya. Tak heran jika kopi Sridonoretno kini menjadi primadona kopi Dampit. Banyak pecinta kopi Malang yang mengatakan inilah aroma kopi Dampit yang sebenarnya.
Kopi Sridonoretno biasanya disajikan dengan metode kopi tubruk. Meski banyak juga pecinta kopi yang menyajikannya dengan metode pour over atau V60. Metode ini membuat citarasa coklat karamelnya lebih terasa di lidah.
Tak hanya dikenal pecinta kopi Malang Raya saja, kopi Sridonoretno juga mulai diminati pecinta kopi dari seluruh Indonesia. Kualitas kopi Sridonoretno tidak kalah dengan kualitas kopi Lampung yang sama-sama berjenis Robusta.
Daftar Pustaka: