Bagaimana tidak dikatakan melacurkan diri karena program pemberian listrik gratis itu adalah hasil kerja pemerintah, bukan hasil pemberian Jokowi pribadi. Tapi si wartawan, memilih untuk memberi narasi judul yang sangat menjilat.
Tak salah apabila kemudian M. Nigara menyebut mereka telah mengubah jatidiri kewartawanan menjadi pedagang. Tak salah pula apabila Prabowo Subianto menyebut jurnalis Indonesia sudah berkhianat. Mereka telah mengkhianati kejujuran. Narasi-narasi sumbang seperti inilah yang pada akhirnya meruntuhkan kredibilitas pers Indonesia.
Jurnalis Indonesia seolah sudah melupakan pesan tegas dari pendiri harian umum Kompas, P.K. Ojong yang mengatakan,Â
"Secara intituitif setiap orang merasakan bahwa tugas utama pers adalah mengontrol dan kalau perlu mengecam pemerintah. Wartawan jangan sekali-sekali meminta dan menerima fasilitas dari pejabat. Sekali hal itu terjadi, ia tidak bebas lagi menghadapi pejabat itu dalam profesinya. Tugas pers bukanlah untuk menjilat penguasa tapi untuk mengkritik yang sedang berkuasa."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H