"Mbak kalau nawar jangan keterlaluan dong!"
Dua orang mahasiswi yang tengah menawar sebuah buku diktat kuliah di sebuah kios pasar buku bekas ditegur oleh pemuda yang menjaga kios buku. Mahasiswi pertama terlihat menahan cemberut. Sementara temannya dengan masih tetap tersenyum ramah meminta maaf.
"Iya Mas, mohon maaf. Kami tadi cuma pingin menawar harga buku ini."
"Iya saya tahu. Mbaknya mahasiswi. Mungkin uang belanja bukunya terbatas. Tapi kalau nawar ya jangan keterlaluan. Saya jualan kan juga ingin untung Mbak. Nawarnya jangan terlalu anjlok gitu dong. Gak malu apa Mbak nawar semurah itu?" si penjual berkomentar panjang lebar dengan nada ketus dan jengkel.
"Iya Mas, mohon maaf sekali lagi. Kalau memang tidak boleh ya kami coba cari ke tempat lain saja. Permisi Mas."
Kedua mahasiswi itu pun berlalu dan melangkah ke luar pasar.
***
"Huh, sebel aku sama penjual yang di kios tadi. Mestinya kan bisa ngomong lebih halus lagi. Gak pake nada ketus dan mata mendelik gitu," ujar Rina saat ia bersama Nisa sedang istirahat di sebuah warung makan. Raut kejengkelan masih membayang di wajahnya.
Nisa tidak menanggapi kekesalan Rina. Dia hanya tersenyum dan mengelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu.
"Nis, kamu kok malah tersenyum terus sih. Memangnya kamu gak sebel ya diperlakukan kayak gitu?"