Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Susahnya Memahami Pernyataan Politik Prabowo

26 November 2018   12:11 Diperbarui: 26 November 2018   12:43 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap pernyataan Prabowo mengundang kontroversi. Dari ucapan tampang Boyolali, perbaikan nasib untuk ojek online, buta huruf fungsional, dan yang terakhir adalah tanggapannya perihal rencana pemindahan kedutaan besar Australia di Israel dari Tel Aviv ke Yerussalem.

Pernyataan terakhirnya inilah yang mengundang reaksi keras dan jadi bahan penggorengan media massa. Dalam sesi wawancara usai memberi pidato di acara Indonesia Economic Forum di hotel Shangri-La, Jakarta 21 Nopember 2018 lalu, Prabowo ditanyai dua pertanyaan dalam bahasa Inggris. Yang pertama  tentang dukungan Australia atas rencana Amerika Serikat membangun pelabuhan militer di Papua Nugini.

Prabowo menjawab (dengan bahasa Inggris) "PNG sangat dekat dengan Australia secara tradisional. Jadi itu urusan Australia dan PNG dan AS. Saya tidak melihat itu menjadi masalah bagi Indonesia."

Pertanyaan kedua adalah perihal pemindahan kedubes Australia di Israel. 

Untuk pertanyaan ini Prabowo lantas menjawab dengan bahasa Inggris pula, "Untuk pemindahan kedutaan, saya belum membaca soal keputusan Australia memindahkan kedutaannya ke Yerusalem. Kita sebagai pendukung Palestina, kita tentu punya pendapat sendiri, tapi Australia juga merupakan negara independen dan berdaulat, maka kita harus menghormati kedaulatan mereka."

Kedua tanggapan Prabowo diatas ternyata disimpulkan berbeda oleh media massa. Mereka mencampurkan dua tanggapan hal yang berbeda menjadi satu berita dalam bingkai yang sama.

Situs BBC misalnya, pada 22 Nopember menurunkan berita dengan judul "Prabowo: Pemindahan kedutaan Australia ke Yerussalem bukan masalah untuk Indonesia". Situs Republika memuat berita dengan judul "Prabowo: Pemindahan Kedutaan Australia Bukan Masalah Bagi RI". 

Situs Viva News tak ketinggalan membuat berita dengan judul "Prabowo Tak Masalah Kedutaan Australia Pindah ke Yerusalem". Kesimpulan yang berbeda juga dimuat oleh situs Sydney Herald Morning yang menulis berita dengan judul "Indonesian Presidential Candidate Says Jerusalem Move No Problem" .

Padahal, jawaban Prabowo atas dua pertanyaan diatas mengandung dua konteks permasalahan yang berbeda. Pertama, Prabowo menyatakan tidak ada masalah bagi Indonesia terkait dukungan Australia atas rencana Amerika Serikat membuka pangkalan militer di PNG.

Yang kedua, Prabowo menyatakan dengan jelas mendukung Palestina. Namun di sisi lain dia juga menghargai hak dan kedaulatan Australia atas rencana mereka memindahkan Kedubes di Israel dari Tel Aviv ke Yerussalem. 

Tidak ada pernyataan "tidak mempermasalahkan" pemindahan tersebut sebagaimana yang dimuat oleh situs-situs media nasional dan luar negeri.

Setelah dijelaskan oleh pihak Prabowo perihal pernyataan yang benar, situs media luar negeri kemudian merubah isi dan judul berita yang sudah mereka muat. BBC misalnya mengganti judul "Prabowo: Pemindahan kedutaan Australia ke Yerussalem bukan masalah untuk Indonesia" menjadi "Pemindahan kedutaan ke Yerusalem, Prabowo hormati kedaulatan Australia", kemudian SHM yang semula menulis judul: " "Indonesian Presidential Candidate Says Jerusalem Move No Problem" diubah menjadi "Presidential candidate says Indonesia should respect Australian sovereignty on embassy move".

Sebagai capres yang menantang kubu petahana, pernyataan Prabowo, yang didukung dengan kesimpulan yang salah dari media nasional langsung menjadi makanan empuk bagi kubu Jokowi dengan tendensi yang menyudutkan Prabowo. 

Melalui rilis resmi berjudul: "PDIP: Pernyataan Prabowo Setuju Pemindahan Kedubes Australia ke Yerusalem, Ahistoris", Sekjend PDIP Hasto Kristiyanto mengkritik keras Prabowo.
"Pak Prabowo tidak hormati hukum internasional dan sikap kemerdekaan hak segala bangsa," demikian pembukaan rilis Hasto.

Berbagai pernyataan Prabowo yang mengundang kontroversi menimbulkan satu pertanyaan tersendiri: Sesulit itukah masyarakat Indonesia memahami kalimat-kalimat dan maksud yang tersirat dari Prabowo? Apakah Prabowo yang terlalu intelektual atau kita yang terlalu bodoh untuk memahaminya?

Membandingkan gaya komunikasi politik Prabowo dengan Jokowi seperti langit dan bumi. Jokowi cenderung ceplas-ceplos, menggunakan diksi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami masyarakat kebanyakan. Sontoloyo, Gendruwo, Tabok, dan diksi-diksi lain yang lebih mudah diserap dan digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh rakyat kecil.

Sementara diksi yang digunakan Prabowo sepertinya diperuntukkan bagi masyarakat elit. Hanya yang "tidak buta huruf fungsional" saja yang bisa mengerti apa sesungguhnya makna dari setiap pernyataan Prabowo.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun