Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pada Akhirnya, Semua Rasa Itu Sama

25 November 2018   20:44 Diperbarui: 25 November 2018   20:44 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pria buruh bangunan yang sudah tua menyeruput secangkir kopi tubruk di sebuah warung kopi.
Secangkir kopi itu hanya seharga 4 ribu rupiah. Tapi pria tua itu terlihat begitu menikmatinya. Tak hentinya dia mencecap lidahnya usai cairan kopi itu melewati tenggorokannya. Kenikmatan yang sama dirasakan oleh anak-anak muda yang sedang menyeruput americano, espresso atau frappuccino di kafe-kafe mewah yang harganya 5 kali lipat dari harga kopi tubruk di warung kopi.

Seberapa lama kopi itu terasa nikmat?

Hanya sepanjang perjalanan dari bibir sampai ke tenggorokan. Setelah itu kenikmatannya pun lenyap. Bekasnya cuma membayang di pikiran saja.

Begitu pula dengan nikmat-nikmat yang lain.
Ketika tidur di hotel dengan kasur berpegas lembut ukuran king size, kita membayangkan seolah sedang tidur beralaskan awan-awan putih yang empuk. Betapa nikmatnya. Sampai kapan kita merasakannya? Cuma sebentar saja. Saat mata sudah terpejam kita tidak akan bisa membedakan saat itu sedang tidur dimana beralaskan apa. Nikmatnya kasur empuk hanya terasa sampai kita terlelap.

Tak ada bedanya dengan sebuah penderitaan.
Ketika naik kereta komuter yang penuh, kita terpaksa harus berdiri berdesakan. 10 menit terakhir sebelum turun di tempat tujuan, baru tersedia satu kursi untuk kita duduki. Maka penderitaan saat berdiri berdesakan lenyap seketika begitu kita merasakan nikmatnya bisa duduk.
Namun, kenikmatan yang baru kita dapatkan itu pun harus kita tinggalkan saat kereta masuk stasiun yang kita tuju . Tak ada pikiran untuk membawa kursi yang sudah memberi kenikmatan sejenak itu 'kan?

Ternyata, kehidupan itu hanyalah tentang rasa. Dan segala rasa hanya singgah sebentar dan akan berganti dengan rasa yang lain.

This too shall pass

Yang ini juga akan berlalu

Kebahagiaan atau kesedihan. Senang atau susah. Kenikmatan atau penderitaan. Semua hanyalah rasa, yang akan segera berlalu.

Apapun yang hadir pada kita saat ini, nikmatilah, syukurilah. Karena semua itu hanya sementara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun