Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mengembalikan Selera Humor yang Hilang

24 November 2018   11:28 Diperbarui: 24 November 2018   12:18 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (lifehack.org)

Aneh rasanya saat melihat kenyataan bahwa tulisan-tulisan atau artikel humor kurang mendapat tempat di media online. Lihat saja di Kompasiana ini. Artikel di rubrik humor jarang sekali dijadikan artikel pilihan, apalagi terpilih menjadi artikel utama.

Setali tiga uang, para penulis di Kompasiana sepertinya juga enggan menulis humor. Jika di rubrik lain tulisan-tulisan baru bisa muncul hampir tiap menitnya, rubrik humor yang disediakan Kompasiana terlihat vakum, statis. Tulisan terakhir yang saya lihat ditayangkan 22 jam yang lalu!

Apakah kita sudah kehilangan sense of humor?

Saya kira tidak. Saya yakin, setiap orang memiliki selera humor meski dalam kadar yang berbeda-beda. Setiap orang sudah pasti memiliki kekayaan humor yang mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari buku bacaan, meme di media sosial, video di YouTube, hingga perilaku orang-orang di sekitar mereka.

Pentingnya Humor bagi Kepribadian Kita

Humor merupakan salah satu atribut penting dari kepribadian kita. Coba tanyakan kepada banyak orang, sifat apa yang mereka cari dalam diri pasangan. Dan jawaban 'sense of humor/selera humor yang bagus',  atau 'seseorang yang bisa membuat saya tertawa' kemungkinan besar berada di bagian teratas dari daftar sifat yang harus dimiliki pasangannya.

Sebuah penelitian yang dilakukan situs pertemanan eHarmony menemukan fakta bahwa berbagi rasa humor yang sama sangat penting dalam membina hubungan dengan pasangan hidup. Pasangan menikah yang berbagi gaya humor yang serupa cenderung memiliki hubungan yang lebih bahagia dan lebih sukses dalam beberapa tahun pertama pernikahan mereka.

Humor juga menjadi bagian penting dalam lingkungan kerja dan bisa menjadi salah satu kunci sukses seseorang dalam karirnya.

"Rasa humor adalah bagian dari seni kepemimpinan, bergaul dengan orang, menyelesaikan sesuatu." 

~ Dwight D. Eisenhower~

Ada lusinan survei yang menunjukkan bahwa humor bisa menjadi salah satu kunci keberhasilan. Survei dari Robert Half International, misalnya, menemukan bahwa 91% eksekutif percaya bahwa selera humor penting untuk kemajuan karir; sementara 84% merasa bahwa orang-orang dengan selera humor yang baik melakukan pekerjaan yang lebih baik. Studi lain oleh Bell Leadership Institute menemukan bahwa dua sifat yang paling diinginkan dalam pemimpin adalah etos kerja yang kuat dan selera humor yang baik.

Dalam Islam, Rasulullah SAW dan para sahabatnya juga memiliki selera humor yang baik. Dikutip dari buku Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah SAW, Nabi Muhammad SAW pernah mendapati seorang sahabatnya, Shuhaib bin Sinan sedang makan kurma sementara salah satu matanya bengkak. 

Rasulullah kemudian bertanya pada Shuhaib sambil tertawa, "Kenapa kamu makan kurma sedang sebelah matamu bengkak?"

"Apa salahnya?" jawab Shuhaib. "Saya memakannya dengan mata yang sebelah lagi."

Menjadi Pribadi yang Lucu atau Memiliki Selera Humor yang bagus?

Menjadi pribadi yang lucu dan memiliki selera humor yang bagus adalah dua hal yang berbeda. Meski keduanya berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan.

Menjadi orang yang lucu berarti kita harus mampu mengekspresikan humor dari berbagai jenis humor-seperti humor slapstick, atau wit-wordplay (permainan kata) - pada waktu yang tepat. Untuk menjadi pribadi yang lucu, sudah tentu seseorang harus memiliki selera humor yang bagus pula.

Memiliki selera humor yang bagus berarti bisa tertawa - atau setidaknya melihat humor - dalam absurditas kehidupan. Dengan kata lain, kita memiliki sesuatu yang bisa kita tertawakan, bahkan dalam situasi terburuk sekalipun.

Misalnya kita habis kecopetan atau dompet kita hilang. Kemudian ketika sedang berkumpul dengan teman-teman, kita hendak menceritakan pengalaman buruk tadi. Alih-alih menceritakan secara detil dengan raut wajah sedih, dengan maksud mencari simpati dari teman-teman kita, kita bisa menceritakannya dalam versi lelucon.

"Sial, dompetku kecopetan."

"Waduh, terus gimana? Apa saja yang hilang?"

"Gak banyak sih. Paling cuma duit 3 juta. Sisanya bon dan surat utang 10 juta. Untung saja di surat-surat utang itu ada perjanjian 'Barang siapa menemukan surat utang ini harus melunasinya'".

Sedih, iya. Tapi dengan humor sarkas semacam itu kita bisa membelokkan rasa sedih menjadi hiburan tersendiri. Kita tidak perlu menjadi lucu untuk memiliki selera humor yang bagus.

Cara mengembangkan selera humor kita

Banyak orang yang berpendapat bahwa kepribadian lucu atau selera humor adalah sifat bawaan sejak lahir dan tidak bisa dipelajari. Ini adalah mitos yang salah. Selera humor seseorang dapat dikembangkan lebih lanjut sebagaimana usia orang tersebut. Karena belajar tentang humor adalah bagian dari perkembangan dan pembelajaran bahasa kehidupan. Perhatikan bagaimana metamorfosis seorang Andre Taulany, dari seorang musisi/anak band hingga sekarang menjadi salah satu komedian papan atas.

Bagaimana kita belajar mengembangkan selera humor kita?

Benjamin Erret, penulis buku Elements of Wit mengatakan,

"Ada dua jenis manusia. Burung beo dan burung murai. Beberapa orang hanya mencuri garis mereka, dan mengulanginya. Yang lain berburu emas."

Dalam konteks humor, artinya ada orang yang senang mengulang/menirukan humor dari orang lain, ada pula orang yang bisa menciptakan humornya sendiri. Parrotting, atau membeo adalah cara yang bagus untuk mengembangkan selera humor kita. Jangan malu untuk meniru/mengulangi humor-humor dari orang lain. Bahkan penulis Oscar Wilde pun seorang pembeo.

Karena itu, untuk menjaga dan mengembangkan selera humor kita, tak ada salahnya kita mengulang kembali humor-humor yang pernah kita dapatkan. Darimana pun sumbernya. Salah satu sumber humor yang baik, yang bisa diulang saat kita berinteraksi dengan teman adalah tulisan.

Saat kita membaca artikel humor, kita bisa lebih mudah mengulangnya, meski dengan gaya bercerita yang berbeda dari aslinya. Lain halnya jika kita melihat video atau gambar-gambar lucu. Jika kita bukan seorang yang ekspresionis, akan sulit menirukan ulang dari apa yang kita lihat di video dan gambar lucu tersebut.

Lagipula, humor dalam bentuk tulisan juga akan memberi kita imajinasi pribadi. Bagaimana visualisasi humor itu terbentuk sepenuhnya kita sendiri yang menentukan.           

Memiliki selera humor yang baik, sebagaimana atribut keramahan dan kesopanan, adalah salah satu penghantar besar dari roda interaksi sosial. Humor dapat membuat sebuah kritik bisa disampaikan dengan lebih enak.

Dengan humor, alih-alih marah dan menggunakan kata-kata kasar, arti dari kalimat kritik itu bisa diterima tanpa rasa bersalah. Dengan humor, orang bisa mengatakan sesuatu yang terlihat berat menjadi lebih ringan. Sebuah lelucon sering bisa mengatakan kebenaran yang sulit untuk dikatakan dalam bentuk aslinya.

Contoh Lelucon yang Lucu dan Bagus

Sebagai penutup dari tulisan tanpa humor ini, saya akan menceritakan ulang sebuah lelucon klasik. Supaya tulisan panjang ini bisa dimasukkan dalam kategori tulisan humor.

Empat orang sekawan sedang bersiap untuk sholat Isya' berjamaah. Karena belum ada yang berpengalaman jadi Imam sholat, maka ditunjuklah yang paling tua diantara mereka, si Dul namanya.
Pada rakaat pertama, Dul memutuskan untuk membaca "Qul hu" (Al Ikhlas) setelah Al Fatihah.
Pada rakaat kedua, usai bacaan Al Fatihah, lama sekali tidak terdengar bacaan apapun dari mulut sang imam. Beberapa makmum di belakangnya sampai memberi "kode" dengan cara batuk-batuk kecil. Mungkin karena habis kesabaran, seorang makmum menyuarakan batuk dengan keras.

Barulah kemudian ada suara dari sang imam. Namun, bukan bacaan surat Al Qur'an.
Melainkan sambil menoleh kebelakang, si Dul yang jadi imam bertanya pada makmum dibelakangnya, "Boleh saya baca 'Qul hu' lagi?"
Dan para makmum pun serentak menjawab, "Boleh...."

Bahan Bacaan:

1. Forbes

2. Lifehacker

3. Huffpost

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun