Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Jangan Takut, Naik Pesawat Terbang Itu Aman dan Nyaman!

30 Oktober 2018   01:54 Diperbarui: 30 Oktober 2018   06:53 1442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (unsplash.com/@gitfo)

Setiap orang yang hendak bepergian tentunya berharap moda transportasi yang mereka tumpangi sepenuhnya aman. Tapi, jika takdir sudah berbicara, kita tidak akan bisa menghindarinya. Pagi tadi (29/10/2018), dunia penerbangan Indonesia kembali berduka. Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 rute penerbangan Bandara Soekarno Hatta Jakarta -- Bandara Depati Amir Pangkal Pinang jatuh di perairan Tanjung Karawang. Seluruh penumpang beserta awak pesawat diperkirakan tidak ada yang selamat. Duka cita yang mendalam disampaikan seluruh rakyat Indonesia bagi para korban dan keluarganya.

Faktor keselamatan memang menjadi salah satu pertimbangan penting saat kita hendak memilih moda transportasi. Selama ini, ada anggapan dari orang awam bahwa naik pesawat terbang itu tidak aman. Terlalu beresiko akan terjadinya kecelakaan.Baik itu saat pesawat di udara, hendak terbang maupun saat hendak mendarat. Faktanya, pesawat terbang adalah moda transportasi yang paling aman. Prosentase kecelakaannya paling kecil jika dibandingkan dengan moda transportasi lain, terutama yang ada di daratan.

Menurut laporan International Civil Aviation Organization (ICAO), hingga  tahun 2015 hanya ada 92 kecelakaan penerbangan komersial dari 33 juta perkiraan penerbangan di seluruh dunia. Lebih penting lagi, hanya ada enam kecelakaan fatal, yang mengakibatkan 474 kematian. Mengingat bahwa sekitar 3,5 miliar penumpang udara bepergian pada tahun 2015, itu sama artinya dengan 1 kematian per 7,5 juta penumpang.

Meskipun demikian, fakta ini tidak mengubah kenyataan bahwa masih banyak orang yang takut untuk naik pesawat. Masih banyak orang yang menganggap naik pesawat itu rentan mengalami kecelakaan terbang. Hal ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan fakta bahwa pesawat terbang itu moda transportasi yang paling aman. Takut naik pesawat, atau aviaphobia hanyalah bentuk "kecemasan", sebagaimana phobia lain yang banyak menghinggapi pikiran manusia.

Penyebab Aviaphobia

Salah satu penyebab utama dan yang memperkuat terjadinya aviaphobia adalah pemberitaan yang bombastis dari media massa ketika terjadi kecelakaan pesawat terbang. Melihat gambar kecelakaan pesawat di TV atau di surat kabar dapat mempengaruhi pendapat seseorang tentang keselamatan perjalanan udara tanpa mempertimbangkan risiko yang sebenarnya.

Kita bisa melihat sendiri. Ketika ada kecelakaan pesawat terbang, kejadian ini menyita porsi pemberitaan yang lebih besar dibandingkan berita kecelakaan transportasi darat. Liputan tentang kecelakaan pesawat terbang bisa memakan waktu berhari-hari, dengan berbagai sudut pandang pemberitaan yang berbeda. Mulai dari profil kru pesawat, profil para penumpang, hingga pendapat dari para artis. Tanpa mengurangi rasa duka cita pada korban dan keluarganya, cobalah bandingkan pemberitaan kecelakaan pesawat Lion Air ini dengan pemberitaan tenggelamnya kapal di Danau Toba beberapa waktu lalu. Manakah yang mendapat porsi pemberitaan paling banyak dan paling lama? Jawabannya sudah bisa kita tebak dengan tepat.

Terjadinya aviaphobia pada seseorang  juga tidak mutlak muncul karena ia benar-benar takut naik pesawat/takut terbang. Seringkali, aviaphobia itu muncul karena ada beberapa faktor ketakutan lain timbul sebelum aviaphobia itu terjadi. Seperti: takut berada di ruang tertutup (claustrophobia) karena pesawat terbang itu benar-benar tertutup dan tak ada kemungkinan bisa terbuka ketika berada di ketinggian, takut ketinggian (acrophobia), takut akan pembajakan atau terorisme dan beberapa phobia lainnya.

Selain persepsi yang timbul akibat pemberitaan kecelakaan pesawat terbang, penyebab lain dari terjadinya aviaphobia adalah munculnya rasa stress. Ini biasanya terjadi pada mereka yang baru pertama kali naik pesawat terbang. Memang wajar, karena setiap kali kita melakukan sesuatu aktivitas untuk pertama kalinya, selalu timbul rasa gugup atau stress.

Jika sudah muncul rasa takut terbang, orang cenderung akan menghindarinya. Ini adalah tindakan yang keliru. Jika kita terus menghindar dan tidak mau mencoba naik pesawat, ini sama halnya kita tidak akan pernah bisa belajar untuk menghilangkan rasa takut naik pesawat. Kita tidak bisa memiliki kesempatan untuk belajar bahwa, seringkali, ketakutan atau kecemasan yang kita rasakan ternyata tidak terwujud. Atau, seandainya ketakutan itu menjadi kenyataan, yang terjadi adalah kita ternyata bisa mentoleransi rasa takut itu, karena tidak seburuk yang kita bayangkan sebelumnya.  

Pengalaman Naik Pesawat Terbang Pertama Kali

Ini dulu yang saya alami ketika pertama kali naik pesawat terbang. Sebelum naik pesawat, bahkan sebelum pergi ke bandara untuk check in, rasa takut itu sudah muncul. Pikiran saya selalu membayangkan bagaimana seandainya nanti terjadi kecelakaan. Yang saya bayangkan adalah (dan mungkin juga sama dengan bayangan dari orang yang aviaphobia), pesawat ini berada di ketinggian, tidak menjejak bumi, sehingga kemungkinan besar bisa jatuh. Benar 'kan?

Hingga ketika saya sudah duduk di kursi pesawat terbang, badan terasa gerah dan berkeringat, kadang gemetar, dan timbul rasa mual. Apalagi ketika pesawat sudah mulai bergerak dan perlahan naik untuk take off. Tangan saya mencekal pegangan kursi begitu erat, posisi badan tegak dan tegang. Benar-benar tidak bisa menikmati suasana terbang sama sekali.

Ketika pesawat itu terbang datar di ketinggian tertentu, saya akhirnya bisa mengatasi aviaphobia tersebut. Setelah itu, barulah saya sadar bahwa naik pesawat terbang itu tidak semenakutkan yang saya kira. Naik pesawat terbang itu ternyata aman dan nyaman. Tidak kepanasan, tidak banyak terjadi hentakan seperti jika kita naik mobil di jalan bergelombang. Yang lebih mengasyikkan, kita bisa menyaksikan pemandangan yang baru pertama kali bisa kita lihat. Air laut yang membiru, pulau-pulau yang terlihat seperti lingkaran-lingkaran kecil, atau deretan atap-atap rumah yang kadang membentuk pola lucu saat dilihat dari ketinggian.

Pada akhirnya saya sadar, rasa takut naik pesawat terbang terbentuk karena pikiran kita sendiri. Sebagaimana perasaan ketakutan yang lain. Jika kita bisa menghadapinya, melawan pikiran itu, rasa takut akan hilang.

Tips Mengatasi Rasa Takut Naik Pesawat Terbang

Salah satu kunci untuk melawan rasa aviaphobia adalah persiapan pendahuluan yang matang sebelum terbang. Karena ketika orang pertama kali naik pesawat terbang, mereka cenderung mengabaikan persiapan yang baik dan benar serta tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengurangi atau melawan rasa takut tersebut.

Beberapa tips untuk mempersiapkan penerbangan pertama kali yang bisa dicoba antara lain:

- Pesanlah penerbangan langsung tanpa transfer untuk membuat perjalanan kita lebih pendek.

- Cobalah untuk memesan/memperoleh tempat duduk di tengah di atas sayap. Posisi tempat duduk ini  tidak begitu terpengaruh jika terjadi turbulensi.

- Pilihlah tempat duduk di lorong. Ini memberi kita sedikit ruang tambahan sehingga kita bisa merentangkan kaki. Atau pilihlah tempat duduk di dekat jendela, dimana kita tidak akan sering mengalami interupsi/ gangguan, yang kadang malah membuat kita tambah stress

- Pilihlah penerbangan dengan pesawat terbang yang besar, karena pesawat terbang berbadan besar kurang terpengaruh jika ada turbulensi.

Pengalaman saat pertama kali naik pesawat terbang itu akhirnya memberi pelajaran berharga pada saya. Bahwa naik pesawat terbang itu aman dan nyaman. Jika pun takdir berkehendak lain, apa daya kita sebagai manusia biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun