Pada dasarnya program ini dilakukan dalam tiga sesi kegiatan. Pertama adalah Pre test dan pengelompokan, pengajaran dan pendampingan, serta monitoring dan post test .
Pada sesi pre test, kader (pelaksana metode) melakukannya dengan dua cara, yakni memakai aplikasi digital (software permainan/gim yang dikembangkan sendiri oleh tim Kaligrafi) dan kemudian dilengkapi dengan wawancara pada orang tua serta anak-anak.Â
Pre test ini dilakukan dengan memberikan soal pilihan ganda dalam bentuk permainan gim yang masing-masing soal memiliki bobot penilaian. Sementara wawancara lisan bertujuan untuk mengetahui perilaku anak dan studi pengelompokan minat potensi motorik. Hasil dari pre test ini kemudian digabungkan dengan hasil wawancara secara lisan untuk mengetahui perilaku yang menggambarkan anak telah terindikasi terpapar pornografi.
Sedangkan pelatihan terpadu diberikan dengan tujuan untuk mengasah potensi motorik dari setiap anak didik. Hal ini perlu dilakukan supaya anak didik dapat memaksimalkan potensinya tersebut tanpa harus terpengaruh oleh pornografi. Dengan kata lain, semakin banyak aktivitas motorik sesuai dengan potensi anak, semakin cepat pula anak-anak melupakan masalah pornografi yang mungkin pernah mereka terima dalam pergaulan sehari-hari. Latihan terpadu ini meliputi aktivitas motorik halus (menggambar) dan kasar (perlindungan diri).
Khusus untuk perlindungan diri, anak-anak harus diperkenalkan sejak dini tentang yang mana sentuhan yang boleh dan mana sentuhan yang tidak boleh.Â
Artinya, sentuhan boleh adalah sentuhan seseorang pada kepala, tangan dan kaki anak. Sedangkan sentuhan tidak boleh adalah sentuhan yang dilakukan pada bagian badan yang tertutup baju atau baju dalam. Selain itu, anak-anak juga harus diberikan pengertian, bahwa jika ada yang menyentuh, siapapun itu, jika menyebabkan rasa tidak nyaman maka termasuk sentuhan yang tidak boleh.
Sesi pendampingan ini juga digunakan untuk melatih anak didik dalam hal kemampuan berbicara, yang meliputi deskripsi diri dan deskripsi lingkungan. Dalam deskripsi diri, seorang anak diharapkan mampu mengenali identitas diri mereka yang mencakup aspek pengetahuan diri, aspek harapan diri dan aspek penilaian diri. Sedangkan yang dimaksud deskripsi lingkungan adalah mengenai hal-hal yang dapat menjadi media pengakses pornografi seperti gawai, internet, lingkungan sekitar dan sosial masyarakat.
Materi terakhir dari sesi pendampingan ini berupa aktivitas elaborasi pikiran. Anak didik diajak untuk belajar berdiskusi mengenai permasalahan/kasus yang (pernah) mereka alami. Proses diskusi ini penting supaya anak didik bisa belajar untuk berpikir secara kritis, kreatif dan ilmiah. Proses diskusi ini kemudian ditutup dengan materi refleksi diri dalam bentuk fun games.
Setelah proses pengajaran dan pendampingan selesai, tim Kaligrafi kemudian melakukan monitoring dengan melakukan post test dan wawancara kembali. Post test dilakukan sama halnya dengan saat melakukan pre test, yaitu melalui pengerjaan soal pilihan ganda yang ada di aplikasi digital, dan kemudian dilengkapi dengan hasil wawancara individu.
Tim Kaligrafi kemudian melakukan monitoring program untuk menilai keberhasilan dari pelaksanaan program ini. Mekanismenya menggunakan jurnal penilaian  dimana nilai skornya akan menunjukkan apakah anak didik berhasil dalam mengikuti program tersebut.