Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menikmati Keindahan Sunyi Danau Sentani

26 Oktober 2018   23:30 Diperbarui: 27 Oktober 2018   09:52 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemandangan di Distrik Waena (dok.pribadi)

Sinar matahari menyusup dari balik jendela pesawat. Sudah hampir 2 jam sejak pesawat Garuda dari Bali transit di Timika, dan sekarang bersiap mendarat di Bandara Sentani, Jayapura. 

Dari balik jendela pesawat, kulihat hamparan air membiru, diselingi lingkaran-lingkaran hijau tak beraturan di tengahnya. Sempat kukira pesawat ini masih terbang di lautan bebas, ternyata bukan. Yang kulihat itu adalah Danau Sentani, danau terbesar di bumi Papua.

Jika bukan karena pekerjaan, rasanya mustahil aku bisa memijakkan kaki di pulau Papua. Mahalnya harga tiket pesawat sudah pasti menjadi penyebab utama, mengapa pulau Papua belum bisa menjadi tempat wisata favorit, yang banyak dijejali wisatawan lokal maupun mancanegara. Aku yakin, sebagian besar alasan orang-orang luar Papua yang berkunjung kesini adalah untuk pekerjaan. Mumpung ada tugas, kesempatan berlibur pun dimanfaatkan.

pemandangan Danau Sentani dari jendela pesawat terbang (dok.pribadi)
pemandangan Danau Sentani dari jendela pesawat terbang (dok.pribadi)
Udara panas langsung menyapa begitu para penumpang turun dari pesawat.

"Taksi pak?" tawar seseorang kepadaku.

"Ke Kota berapa?" tanyaku pada sopir taksi yang menawarkan mobilnya itu.

"300 ribu pak."

"Kok mahal ya, memangnya jauh pak dari bandara ke kota?" Dari informasi teman-teman yang pernah bertugas kesini tahun sebelumnya, aku sudah tahu jarak bandara Sentani ke kota Jayapura memang jauh dan tarifnya memang segitu. Selain itu, aku juga punya kebiasaan mencari tahu informasi apapun, terutama tentang tempat wisata dan tarif kendaran umum sebelum bepergian ke daerah baru.

Hal ini sangat berguna, biar kita tidak keliru, apalagi tertipu. Untuk informasi tempat wisata yang lengkap dan unik, aku rekomendasikan Travel Tips yang ada di Travel Blog Pegipegi. Disana banyak informasi ulasan wisata indonesia, mulai dari wisata alam hingga kekayaan kuliner nusantara.

"Memang jauh pak, kurang lebih 1 jam perjalanan. Semua taksi disini tarifnya juga sama pak," jawab si sopir tersebut. Ya sudah, mau bagaimana lagi.  Aku pun mengikuti sopir tersebut menuju tempat kendaraannya diparkir.

pemandangan di Distrik Waena (dok.pribadi)
pemandangan di Distrik Waena (dok.pribadi)
Waktu perjalanan yang lama menjadi tidak terasa. Diselingi percakapan basa-basi dengan sopir (yang kemudian aku tahu asli orang Makassar), pikiranku melayang searah mata memandang. Keluar dari daerah bandara, pemandangan menakjubkan sudah menghampar, menyambut setiap tamu yang datang berkunjung ke kota Jayapura. Terutama di distrik Waena.

Di sebelah kiri terlihat perbukitan yang menghijau, rangkaian dari pegunungan Cyclops yang ada diatasnya. Di sebelah kanan, inilah mutiara pemandangan yang sempat kulihat lewat jendela pesawat terbang. Danau Sentani, dengan 21 pulau kecil yang tersebar di tengahnya.

Danau Sentani dari Tugu Mac Arthur (dok.pribadi)
Danau Sentani dari Tugu Mac Arthur (dok.pribadi)
Masuk ke distrik Abepura, ruko-ruko tampak memadat di sepanjang jalan utama menuju Kota Jayapura. Jalan yang semula datar perlahan naik. Deretan rumah penduduk mulai menghilang, diganti pohon-pohon besar yang berjejalan di tepi jalan.

"Ini Skyline pak, tempat nongkrongnya anak-anak muda Jayapura", kata sopir menjelaskan saat mobil menanjak ke arah perbukitan. Memang pantas tempat ini jadi area nongkrong favorit. Skyline adalah wilayah perbukitan, yang satu sisinya berbatasan langsung dengan teluk Youtefa. Disana, terdapat beberapa kios kecil yang ditempati penjual kelapa muda yang dilengkapi dengan tempat duduk di bagian belakangnya untuk menikmati keindahan laut lepas Teluk Youtefa.

Keluar dari Skyline, barulah kami masuk di kota Jayapura. Kendaraan yang kutumpangi mengarah ke hotel tempat aku menginap selama 2 minggu. Rangkaian perjalanan ini aku ceritakan di depan, karena untuk menuju Danau Sentani nanti, aku harus balik ke arah bandara.  Danau Sentani dan Bandara Sentani masuk wilayah Kabupaten Jayapura, sementara pusat pemerintahan provinsi Papua ada di Kota Jayapura, yang letaknya cukup jauh.

Hari Minggu, aku sudah bersiap untuk touring sendiri. Sepeda motor yang kusewa sudah diantarkan ke hotel. Baterai ponsel sudah terisi penuh, siap untuk mengabadikan keindahan pemandangan yang nanti akan kutemui. Harap maklum, aku bukan tipe traveler serius yang selalu menenteng kamera DSLR kemana-mana.

Tidak terlalu sulit untuk menghafal jalan menuju bandara, dimana Danau Sentani berada. Tak banyak belokan yang harus dilalui. Di hari minggu pagi, jalanan terlihat masih lengang. 

Aku informasikan sedikit, di Jayapura, ada semacam peraturan yang melarang toko, kantor atau pusat perbelanjaan buka sebelum pukul 11.00 di hari minggu. Ini untuk memberi kesempatan pada penduduk yang mayoritas beragama Kristen menjalankan ibadah minggu di gereja masing-masing.

Skyline, tempat nongkrongnya anak Jayapura

Sebagaimana rute saat perjalanan dari Bandara ke Kota Jayapura, aku pun melewati Skyline. Kuputuskan untuk beristirahat sejenak disini. Setelah memesan satu buah kelapa muda, aku lantas mengambil tempat duduk yang agak menjorok ke bibir jurang. Pandanganku mengarah ke Teluk Youtefa yang membiru, berpadu dengan hijaunya rangkaian pepohonan mangrove yang mengelilingi kawasan teluk. Dari kejauhan, terlihat pula jembatan dan jalan baru yang menghubungkan distrik Hamadi dengan distrik Tanah Hitam.

Teluk Youtefa dari Skyline (dok.pribadi/Instagram @himammiladi)
Teluk Youtefa dari Skyline (dok.pribadi/Instagram @himammiladi)
Usai puas beristirahat di Skyline, aku pun melanjutkan perjalan kembali, masuk ke daerah Abepura. Dari sini, aku terus mengarah ke distrik Waena. Pegunungan Cyclops sudah tampak di kejauhan. Lima menit kemudian, barulah tampak pemandangan yang sudah kuincar sejak pertama kali menjejakkan kaki disini, Danau Sentani. 

Di Waena, ada beberapa restoran dan rumah makan yang terletak tepat di tepi Danau Sentani. Orang-orang pun bisa beristirahat dan menikmati Danau Sentani di beberapa titik tempat yang agak menjorok ke dalam dari pinggir jalan raya. Tapi aku memilih untuk terus melanjutkan perjalanan.

Festival Danau Sentani di Kalkhote

Saat melaju di jalanan yang halus menuju bandara, pandanganku tertumbuk pada papan petunjuk jalan. Tertulis disitu Kalkhote, Kawasan Wisata Danau Sentani.Aku pun membelokkan sepeda motor ke arah kiri, menuju ke arah yang ditunjukkan papan petunjuk jalan tersebut. Sekitar 15 menit kemudian, barulah aku sampai ke tempat yang disebut Kawasan Wisata Danau Sentani atau Kalkhote.

Dermaga di Kawasan Wisata Kalkhote Danau Sentani (dok.pribadi)
Dermaga di Kawasan Wisata Kalkhote Danau Sentani (dok.pribadi)
Tempat ini berupa tanah lapang yang cukup luas. Di bibir danau, terdapat sebuah dermaga yang lumayan besar. Beberapa perahu motor bersandar di sekitarnya. Ada satu buah kapal motor yang lumayan besar terlihat hendak angkat sauh. Cuma ada tiga orang di dalamnya.

Di sebelah kanan dermaga, terdapat 3 pendopo yang digunakan untuk tempat berteduh dan beristirahat. Satu pendopo sudah ditempati, sepertinya oleh rombongan keluarga. Seorang penjual bakso keliling terlihat duduk santai di pendopo satunya, menunggu pembeli yang datang. 

Suasana Kalkhote minggu itu memang sepi. Dari informasi yang kudapat, kawasan ini hanya ramai menjelang diadakannya Festival Danau Sentani (FDS). Festival ini biasanya digelar pada pertengahan bulan Juni setiap tahunnya. Kementrian Pariwisata sudah memasukkan FDS dalam 100 Calendar of Event Pariwisata Indonesia.  

selfie di Danau Sentani (dok.pribadi)
selfie di Danau Sentani (dok.pribadi)

Festival Danau Sentani diisi dengan tarian-tarian adat di atas perahu, tarian perang khas Papua, upacara adat seperti penobatan Ondoafi, dan sajian berbagai kuliner khas Papua. Dan disini pula, kita bisa menikmati keindahan panorama Danau Sentani seutuhnya. Pulau-pulau kecil yang aku lihat dari pesawat bisa tampak jelas dan lebih dekat dari sini.

Matahari sudah mulai beranjak ke tengah dan sinarnya mulai menyengat kulit. Aku pun keluar dari Kalkhote, dan meneruskan perjalanan. Sebenarnya, masih ada cerita dari rangkaian perjalananku hari ini.

Misalnya tentang kunjunganku ke Tugu Mac Arthur, tempat bersejarah yang pernah jadi markas besar tentaranya Jenderal Douglas Mac Arthur itu. Tapi kurasa cukup sampai disini saja aku bercerita. Sisanya aku ceritakan nanti, di bagian tulisan yang terpisah.

Selain Danau Sentani, ada beberapa spot tempat wisata lain di Jayapura yang layak dikunjungi. Seperti pantai Hamadi, Pantai Base-G, Tugu Mac Arthur, hingga Border Tourism atau wisata daerah perbatasan di dekat Papua Nugini. Semuanya masih terlihat alami.

Satu-satunya kendala adalah, akses utama untuk bisa ke Papua hanya melalui moda transportasi pesawat terbang.

Bandara Sentani sendiri sudah memiliki jalur penerbangan dari dan ke beberapa kota besar lain di Indonesia. Jika dari Jakarta atau Surabaya, pesawat biasanya transit dulu di Makassar, atau melalui kota Sorong. Kalau masih belum ada rencana mau ke mana libur akhir tahun nanti, cobalah untuk berkunjung ke Jayapura.

Untuk memudahkan libur tahun baru nanti, pesanlah tiket pesawatnya lewat Pegipegi. Ada banyak promo menarik, lumayan bisa menghemat budget traveling kamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun