Apalagi jika dikaitkan dengan bisikan Sri Mulyani pada Christine Lagarde setelah sesi foto selesai. Seperti yang terdengar dalam rekaman, Sri Mulyani menjelaskan arti simbol pose dua jari merujuk pada Prabowo, dan satu jari untuk Jokowi.
Wajar saja, meski sudah mengelak dan memberikan alasan, banyak pihak yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan Luhut bahwa ia tidak sedang berkampanye. Karena memang publik tidak mendapat bukti nyata, sebagaimana bukti yang sudah mereka peroleh lewat rekaman video sesi foto.
Menjelang masa kampanye umum dan tahun pilpres 2019 nanti, seyogyanya pejabat publik, apalagi sekelas menteri, harus lebih berhati-hati dalam setiap sikap dan tindakan mereka di depan umum. Mengutip pernyataan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, pejabat negara sekelas menteri, petinggi parpol, hingga kandidat Capres - Cawapres harus memahami apabila Indonesia tengah memasuki masa kampanye di Pilpres 2019. Di mana setiap langkahnya diperhatikan.
Mungkin insiden tersebut tidak disengaja, dan sekedar keceplosan saja. Meski begitu, mengingat tensi politik di tanah air selalu memanas menjelang masa kampanye dan pemilihan, setiap pejabat publik harus mampu menahan diri.
Karena setiap insiden apapun yang terjadi, apalagi jika memiliki muatan dan tendensi memihak pada salah satu calon, hal ini akan berujung pada kegaduhan publik. Kampanye damai yang selama ini kita inginkan pun seolah menjadi percuma. Masyarakat diminta untuk merespon kampanye dengan damai, tapi pejabat pemerintah sendiri membuat permasalahan yang semestinya bisa dihindari. Â
sumber berita: satu, dua, tiga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H