Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyoroti rendahnya dana pensiun yang dikelola di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat generasi milenial untuk menyiapkan dana pensiun bagi diri mereka sendiri. Mantan pejabat Bank Dunia itu mengingatkan pentingnya menyiapkan dana pensiun bagi generasi milenial. Dia menilai generasi milenial perlu mengurangi jajan kopi untuk disisihkan ke dana pensiun.
"Kalau mereka mau experience, sampai tua pengen experience terus. Kalau butuh experience tapi butuh resource? Itu lah kita mulai masuk, sisihkan uang kopi kamu yang tadinya setiap hari jadi dua hari sekali. Sisanya bikin sendiri di rumah," katanya dalam Seminar Nasional Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Secara pribadi, saya kurang setuju dengan apa yang disarankan Menkeu. Bukan pada sisi penghematan untuk menyiapkan dana pensiun. Namun karena contoh berhemat yang diberikan adalah harus mengurangi jajan kopi.
Kopi adalah salah satu komoditas utama hasil perkebunan di Indonesia. Kopi juga menjadi primadona hasil perkebunan, yang mana negara-negara lain bahkan rela untuk menukarnya dengan pesawat tempur. Tak hanya itu, kopi juga menjadi tulang punggung jutaan usaha kecil menengah, yang ikut mengisi denyut nadi perekonomian Indonesia.
Apa jadinya jika generasi milenial mengikuti saran Menkeu tersebut? Warung-warung kopi akan menjadi sepi, kafe-kafe satu per satu pun akan menutup diri. Padahal, dari situlah jutaan keluarga Indonesia menggantungkan sumber penghasilannya.
Terlalu berlebihan? Saya kira tidak. Saya cuma menyoroti ada hal-hal lain yang bisa dihemat generasi milenial tanpa harus mengorbankan budaya minum kopi mereka. Yang paling utama adalah menghemat jajan kuota internet mereka.
Beberapa waktu yang lalu, Presiden Joko Widodo menyarankan supaya generasi muda tidak terlalu larut, bermain terlalu lama dengan media sosial. Saya sepakat. Sebuah survei yang dilakukan Hootsuite menyatakan bahwa orang Indonesia rata-rata menghabiskan waktu untuk berselancar internet sebanyak 8 jam 51 menit, dengan lama waktu beraktivitas di media sosial selama 3 jam 23 menit. Survei dari APJI juga menyatakan penetrasi pengguna internet di Indonesia, 75,8% diantaranya adalah generasi milenial, mereka yang berusia 25-34 tahun.
Dari data tersebut terlihat betapa banyaknya kuota internet yang dihabiskan generasi milenial untuk berselancar di dunia maya, bermain-main dengan media sosial. Memang, belum ada data pasti untuk mengetahui, berapa banyak rata-rata nominal rupiah yang dihabiskan generasi milenial untuk membeli kuota internet. Sebagaimana tidak adanya data pasti dari Menkeu berapa banyak rupiah yang dihabiskan milenial untuk jajan kopi sehingga milenial harus menguranginya.
Daripada harus mengurangi jajan kopi, yang mana hal itu malah bisa membantu keberlangsungan hidup jutaan usaha kecil menengah, saran dari Presiden Joko Widodo lebih masuk akal. Generasi milenial harus berhemat kuota internet. Lebih baik dananya ditabung, digunakan untuk dana pensiun seperti yang disampaikan Menkeu Sri Mulyani.
Hal kedua yang bisa dihemat milenial adalah dana untuk liburan. Generasi milenial, seperti yang dikatakan Menkeu adalah generasi yang suka dengan experience. Salah satunya adalah dengan traveling. Hal ini tak lepas dari gaya hidup digital, dimana selfie di tempat-tempat wisata menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan generasi muda. Riset Inventures Indonesia melansir, masyarakat (khususnya milenial) semakin senang membelanjakan uang mereka untuk jalan-jalan.
Banyak berlibur, jalan-jalan ke tempat wisata memang bisa menghidupkan industri pariwisata Indonesia, yang selama ini juga menjadi tulang punggung perekonomian negara kita. Tapi, dibanding uang jajan kopi, dana yang diperlukan untuk liburan tentunya lebih besar. Inilah yang semestinya harus dihemat. Berlibur boleh saja, tapi tak harus ke tempat-tempat wisata yang jauh dan membutuhkan dana yang banyak. Pola pikir liburan mewah dan wah harus diubah menjadi liburan sederhana. Masih banyak tempat-tempat wisata terdekat yang bisa kita kunjungi. Konsep low cost tourism, liburan murah meriah bisa dijadikan alternatif pilihan generasi milenial. Dengan begitu, sisa dana yang semestinya mereka pakai untuk berlibur bisa digunakan untuk menyiapkan dana pensiun, daripada harus dihabiskan dalam waktu sekejap.
Dua hal ini saya pikir lebih urgent untuk dijadikan bahan kampanye pentingnya menyiapkan dana pensiun, daripada memberi contoh harus mengurangi jatah jajan kopi. Alasannya, kuota internet dan liburan adalah kebutuhan tersier, dan dampak pengurangan konsumsi terhadapnya tidaklah begitu besar dan luas terhadap aktivitas perekonomian industrinya. Terlepas dari ketidaksetujuan terhadap contoh yang dikemukakan Menkeu, memang sudah saatnya generasi milenial mulai menyiapkan diri mereka untuk masa depan yang lebih baik, yang salah satu diantaranya adalah dengan menyiapkan dana pensiun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H