Terik matahari dan cuaca panas siang itu tidak mengurangi minat masyarakat kota Malang menyaksikan Malang Flower Carnival (MFC). Ribuan masyarakat tampak memadati pedestrian sepanjang kawasan Idjen Boulevard.Â
Mulai dari Simpang Balapan, tempat panggung utama didirikan hingga mendekati depan museum Brawijaya. Kawasan yang biasanya pada hari minggu dijadikan lokasi car free day itu pada Minggu (16/09/2018) siang berubah menjadi panggung catwalk terpanjang.
Malang Flower Carnival adalah karnaval busana yang digelar setiap tahunnya di kota Malang. Event ini sudah menjadi agenda resmi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang. Pada gelaran yang sudah menginjak tahun ke-8 kali ini, Malang Flower Carnival mengambil tema "Beautiful Flower of Indonesia".
Dalam sambutannya, kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, Ibu Ida Ayu Made Wahyuni menyatakan bahwa penyelenggara MFC yang didukung penuh oleh Disbudpar patut berbangga hati karena status MFC sudah naik menjadi event berskala nasional.Â
Oleh Kementerian Pariwisata, Malang Flower Carnival dimasukkan dalam 100 Wonder Calender of Event untuk tahun 2018 dan sedang dipertimbangkan untuk dimasukkan kembali dalam Calender of Event Indonesia tahun 2019. Dengan peningkatan status menjadi event berskala nasional, Malang Flower Carnival diharapkan bisa menarik minat wisatawan untuk datang ke kota Malang.
Bahan yang digunakan untuk membuat kreasi busana ini diwajibkan berasal dari bahan daur ulang, yang dibentuk menjadi karya adi busana untuk menunjukkan keragaman pesona puspa Indonesia.
Setidaknya itulah yang saya lihat dari kacamata penonton. Tak sedikit pula peserta lain menampilkan rancangan busana yang hampir serupa. Mungkin hanya dibedakan oleh warna-warni bahan yang dipakai saja.
Apalagi para peserta MFC kali ini tidak hanya berasal dari kalangan lokal Malang dan sekitarnya saja. Beberapa warga luar daerah dan warga negara asing juga ikut menjadi peserta peraga busana.
Lenggak-lenggok warga negara asing yang ikut dalam karnaval ini tentu saja menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat yang menyaksikan. Layaknya seorang peragawan tulen, warga negara asing ini dengan santainya berjalan sepanjang catwalk dan tak hentinya menebar senyum pada setiap masyarakat yang melihatnya.
Uniknya, penonton malah ramai mengomentari alas kaki yang dipakai peserta dari mancanegara ini. Jika peserta lain memakai sepatu dengan hak tinggi yang berpadu dengan busana yang dia kenakan, lain halnya dengan para bule nyentrik ini. Sepatu yang dikenakan adalah sepatu kets yang biasa mereka pakai sehari-hari.Â
Tak pelak hal ini menghasilkan pemandangan yang kontras sekali dengan kemegahan dan warna-warni busana yang mereka pakai.
Kemeriahan dan antusias menonton tak hanya diperlihatkan masyarakat umum dan wisatawan lokal saja. Di deretan kursi tempat para undangan yang diisi mahasiswa asing, mereka juga terlihat antusias dan tak henti-hentinya bertepuk setiap kali ada peserta karnaval yang lewat. Apalagi jika peserta itu adalah rekan mereka sendiri, sesama mahasiswa asing meski beda negara dan beda universitas.
Seperti yang terlihat pada sosok mahasiswa cantik asal Mesir ini. Aya, panggilan akrabnya berulangkali melambaikan tangan dan memanggil temannya dari Mesir yang saat itu sedang lewat di depannya. Tak hanya itu, Aya juga kerap meminta temannya untuk memotret dirinya dengan latar para peserta karnaval.Â
Menjelang matahari terbenam, deretan peserta karnaval yang lewat sudah habis. Malang Flower Carnival usai sudah. Menyisakan cerita kemeriahan yang patut untuk ditunggu kembali kehadirannya setiap tahun. Semoga lebih megah dengan ragam busana dan karnaval yang lebih berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H