Bulan Muharram adalah salah satu bulan yang mulia dalam Islam. Bulan Muharram juga menjadi bulan pembuka awal tahun Hijriah dalam sistem penanggalan Islam.Â
Hijriah dan Hijrah, secara linguistik terdengar mirip. Karenanya, banyak yang memaknai Tahun Baru Hijriah, tahun barunya umat Islam sebagai peringatan pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah).
Memang tidak sepenuhnya salah. Karena menurut sejarahnya, penetapan tahun Hijriah disandarkan pada tahun terjadinya peristiwa hijrah tersebut.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, para sahabat meminta khalifah Umar bin Khattab untuk menetapkan kapan dimulainya atau Tahun 1 dan bulan apa yang mengawali Kalender Islam.Â
Beberapa sahabat mengusulkan adalah tahun kelahiran Muhammad sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada pula yang mengusulkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad. Hingga akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana terjadi hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah.
Sementara tanggal persis terjadinya peristiwa hijrah tersebut tidak diketahui pasti. Meskipun banyak ahli tarikh Islam berpendapat, Nabi Muhammad hijrah ke Madinah bertepatan dengan bulan Rabiul Awwal.
Dalam konteks perkembangan zaman terkini, peringatan Tahun Baru Islam lebih banyak dititikberatkan pada peristiwa Hijrahnya Rasulullah SAW.Â
Ini memang penting, karena hijrahnya Rasulullah dan kaum Muhajirin ke Madinah menjadi tonggak sejarah perkembangan, penyebaran agama dan peradaban Islam ke seluruh muka bumi. Namun, jangan lupakan pula esensi syariat agama yang terkandung dalam peringatan Tahun Baru Islam ini.
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (QS. At Taubah: 36)