Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Membaca Strategi Jokowi Paska Penunjukan Erick Thohir

8 September 2018   19:58 Diperbarui: 8 September 2018   20:30 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
infografis head to head antara Erick vs Sandi (liputan6.com)

Tim petahana sadar pula, bahwa pilpres 2019 adalah eranya pilpres bagi kaum milenial. Karena itu, penunjukan Erick Thohir sebagai ketua timses merupakan langkah instan untuk menutup ruang kosong di kubu petahana, yakni suara dari kaum milenial. 

Ruang kosong ini tak dapat ditutupi hanya dengan polesan lahiriyah pada diri KH. Ma'ruf Amin. Sebelum pengumuman timses, kubu Jokowi memang sempat menyatakan akan memoles Rais Aam PBNU ini dalam gaya milenial. 

Namun mereka segera sadar, ini bisa menjadi langkah blunder dan mengurangi simpati dari kaum Nahdliyin. Akar rumput jamaah NU tentu akan menolak keras ulama yang mereka hormati didandani sedemikian rupa hanya untuk menggaet suara.

Itulah konsekuensi yang harus ditanggung kubu petahana ketika memilih ulama sepuh KH. Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden. Penunjukan Ketua Umum MUI ini memang bisa menggaet suara umat islam, sekaligus menepis isu SARA yang ditakutkan kubu petahana. 

Namun, langkah ini dirasakan tidak cukup untuk memastikan kemenangan tatkala pihak lawan melakukan langkah tak terduga. Prabowo ternyata tidak memilih ulama untuk mendampinginya, sebagaimana yang diprediksikan sebelumnya.  Prabowo lebih memilih sosok pengusaha muda yang sukses, Sandiaga Uno.

Maka, Jokowi pun bergegas menggaet Erick Thohir. Kiprahnya sebagai ketua INASGOC, yang sukses menyelenggarakan Asian Games membuat Jokowi sontak jatuh hati. Jokowi ingin euforia kesuksesan Asian Games 2018 yang banyak dibicarakan kaum milenial bisa terus berlanjut dan menjadi nilai tambah tersendiri bagi timnya.  

Usai penunjukan Erick sebagai ketua timses, banyak media yang kemudian membuat perbandingan head to head, antara Erick dan Sandi. Media lupa, bahwa ini pilpres, bukan piltimses. 

Media lupa, bahwa Erick Thohir itu ketua timses, bukan calon wakil presiden. Sebagaimana yang berkali-kali Erick tekankan pada media, bahwa ia adalah seorang profesional yang direkrut untuk mengurusi manajemen saja, bukan untuk bertarung memenangkan kontestasi. Maka, membuat perbandingan head to head antara Erick dan Sandi adalah logical fallacy, tidak apple to apple.

Apakah Erick Thohir dapat memenuhi ekspektasi Jokowi? Sebagai ketua timses, peran Erick Thohir boleh dibilang hanya sebatas "Manajemen Artis". Sementara artisnya tetap Jokowi dan KH. Ma'ruf Amin. Sukses atau tidaknya Erick Thohir dan Jokowi dalam pilpres 2019 mendatang tergantung bagaimana Erick memoles keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun