Seperti yang disampaikan oleh komentator televisi, mantan pelari cepat nasional Suryo Agung Wibowo, kelemahan Zohri yang menonjol adalah pengambilan start yang buruk. Seperti yang kita lihat tadi, start Zohri berada di posisi buncit. Meskipun, berkat stamina dan akselerasinya yang bagus, Zohri bisa menyusul hingga akhirnya menempati posisi ketujuh.
Padahal dalam nomor 100 meter putra, waktu sepersekian detik sudah sangat menentukan hasil akhir. Jika Zohri bisa memperbaiki teknik start-nya, ditunjang dengan konsistensi dan akselerasi yang selama ini menjadi senjata andalannya, Zohri bisa mendulang hasil yang lebih baik.Â
Pada final kali ini, Zohri memang mencatatkan waktu Personal Best, yakni 10.20 detik. Tapi catatan di Asian Games 2018 ini masih dibawah catatan terbaiknya saat menjadi juara dunia U-20 di Finlandia, yakni 10.18 detik, cuma selisih 0,02 detik saja!
Dengan usia yang masih begitu muda, potensi Zohri untuk menjadi sprinter masa depan Indonesia masih terbuka lebar. Untuk itu, dibutuhkan pembinaan yang berkesinambungan pada atlet-atlet seperti potensial seperti Lalu M Zohri ini. Tak hanya pembinaan teknik saja, dukungan fasilitas dan sarana yang baik pun mutlak diperlukan.
Kontribusi dan dukungan nyata terhadap olahraga, khususnya pada event Asian Games 2018 ini bisa dilihat pada APP Sinar Mas. Sebagai Official Partner Asian Games 2018, Sinar Mas terlibat dalam penyediaan venue pertandingan satu di antaranya adalah Jakabaring Bowling Center di Palembang. Selain itu, Sinar Mas juga membenahi hingga 16 gedung olahraga di Jakarta yang menjadi fasilitas pendukung latihan para atlet. Di antaranya membangun Sirkuit BMX di Pulomas dan merenovasi lapangan baseball di Rawamangun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H