Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gempa Lombok dan Tiadanya Pemimpin Berjiwa Pemenang di Indonesia

23 Agustus 2018   23:44 Diperbarui: 24 Agustus 2018   00:25 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perhatian para pemimpin di ibukota negara terbelah. Antara prioritas menyukseskan Asian Games, atau mendengar jerit tangis para korban bencana. Pada akhirnya, sisi kemanusiaan harus mengalah. Rakyat pun bisa melihat bagaimana suka citanya pemimpin kita bergoyang dayung diiringi lagu Memetik Bintang pada acara pembukaan Asian Games yang menelan dana ratusan milyar tersebut.

Pemerintah pun dituding tidak serius dalam penanganan bencana di Lombok dan Sumbawa. Keengganan pemerintah untuk menetapkan status gempa bumi Lombok menjadi bencana nasional langsung disambar oleh pihak oposisi. Apalagi ketika pihak pemerintah beralasan penetapan status bencana nasional justru akan merugikan sektor pariwisata.

Hitung-hitungan untung rugi tersebut seolah memberi bahan bakar baru bagi pihak rival penguasa. Jawaban-jawaban yang diberikan saat menangkis tuduhan juga terkesan tidak menunjukkan kedewasaan berpikir dari pihak pemerintah. Apalagi ketika rakyat dengan leluasa melihat presiden mereka sering hadir di panggung Asian Games daripada mengordinasi penanganan bencana.

Indonesia memang bergelimang pejabat, tapi miskin pemimpin yang berjiwa pemenang. Bencana alam sepatutnya dilihat dari sudut pandang kemanusiaan. Bukan menjadi piranti untuk menaikkan posisi tawar, apalagi sebagai alat kampanye berkedok misi kemanusiaan.

Sebagai pemegang kendali pemerintahan, presiden semestinya lebih mengedepankan empati kepada rakyat. Penyelenggaraan Asian Games memang harus sukses, karena ini menyangkut nama baik negara. Tapi bukan berarti harus terus menerus berada di area pertandingan hanya untuk mengalungkan medali kepada pemenang. Toh masih banyak pejabat berwenang lainnya yang bisa mewakili. Asian Games bukanlah ajang one man show. Suksesnya Asian Games merupakan jerih payah semua pihak, tak tekecuali masyarakat umum yang ikut menyemarakkan event olahraga terbesar se-Asia ini.

Begitu pula dengan bencana gempa di Lombok dan Sumbawa, seluruh rakyat Indonesia turut pula merasakan bagaimana menderitanya ribuan penduduk yang terpaksa harus mengungsi dan tidur beratapkan tenda. Belum lagi ratapan keluarga korban meninggal atau yang terluka.

Di satu sisi, sangat tak elok pula jika sebuah bencana sampai harus dipolitisir sedemikian rupa. Membuat sebagian pihak tak ubahnya seperti burung gagak pemakan bangkai yang mengais penghidupan diantara reruntuhan bangunan yang terpapar gempa.

Apa yang dilakukan presiden Sebastian Pinera saat bertekad menyelamatkan 33 warganya dari reruntuhan di dasar bumi patut menjadi renungan kita semua. Ia menyalakan setitik cahaya di lorong kegelapan yang menyelimuti korban dan keluarganya. Ia memberi harapan di tengah asa yang semakin menipis. Pendekatan Pinera dalam menangani bencana alam selalu menggunakan sudut pandang kemanusiaan, bukan sudut pandang pencitraan. Inilah pemimpin yang berjiwa pemenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun