Sayangnya, tidak semua universitas dan perguruan tinggi menyediakan akses untuk mahasiswa mereka yang menyandang tuli. Bagi penyandang tuli yang kuliah di Universitas Brawijaya, mereka cukup beruntung karena di perguruan tinggi ini ada Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD). Mahasiswa yang menyandang tuli biasanya didampingi relawan dari PSLD saat mengikuti perkuliahan. Dengan demikian, mereka bisa dengan mudah memahami materi kuliah yang sedang diajarkan.
Setiap orang tentunya tidak ingin memiliki keterbatasan fisik dan menyandang disabilitas. Sebagai manusia yang dianugerahi fisik dan panca indera yang sempurna, seharusnya kita yang lebih dahulu berinisiatif untuk belajar memahami mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Apa yang sudah dilakukan komunitas Akar Tuli Malang, dengan menyosialisasikan bahasa isyarat supaya kita bisa memahami mereka seharusnya bisa membuat kita malu. Bukan kita yang belajar memahami, justru para penyandang tuli itulah yang mengajarkan pada kita. Pendengaran mereka boleh tumpul, tapi mata hati mereka lebih tajam daripada kita yang punya fisik sempurna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H