Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Museum Mpu Purwa Diresmikan, Yuk Kita Intip Koleksinya

14 Juli 2018   22:04 Diperbarui: 14 Juli 2018   22:25 2641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diorama Mpu Purwa (dok.pribadi)

Kota Malang akhirnya memiliki museum sendiri. Namanya Museum Mpu Purwa. Museum yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta komplek perumahan Griya Shanta blok B-210 ini memiliki koleksi berbagai arca, prasasti serta artefak percandian peninggalan kerajaan Jawa kuno, terutama dari masa kerajaan Tumapel dan Singosari.

Pada Sabtu (14/7/2018), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof. Dr. Muhadjir Efendy meresmikan museum Mpu Purwa. Dalam sambutannya, Mendikbud mengapresiasi upaya pemerintah kota Malang, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang yang beritikad mendirikan sebuah museum untuk menyelamatkan benda-benda bersejarah sekaligus memberi manfaat edukasi sejarah pada masyarakat. Selain itu, Mendikbud juga meminta agar keberadaan museum tidak hanya sekedar menjadi tempat penyimpanan benda cagar budaya saja. Namun juga bisa memberi nilai tambah terhadap aktivitas pariwisata kota Malang dan Indonesia pada umumnya.

Mendikbud Muhadjir Effendy saat meresmikan Museum Mpu Purwa (dok.pribadi)
Mendikbud Muhadjir Effendy saat meresmikan Museum Mpu Purwa (dok.pribadi)
Acara peresmian Museum Mpu Purwa dihadiri oleh segenap pejabat kota Malang, stakeholder pariwisata Kota Malang, pegiat seni dan budaya serta masyarakat umum. Sebelum menggunting pita dan menandatangani prasasti peresmian, Mendikbud dan segenap undangan dihibur dengan atraksi Tari Bapang, sebuah tarian tradisional Malang yang dimainkan oleh anak-anak muda pegiat budaya kota Malang. Setelah itu, dengan didampingi oleh Plt. Walikota Malang Sutiaji dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni, Mendikbud menandatangani prasasti peresmian dan menggunting pita sebagai tanda Museum Mpu Purwa resmi dibuka untuk masyarakat umum.

Sebelumnya, benda-benda bersejarah yang berhasil dikumpulkan pemerintah kota Malang dari masyarakat umum tidak memiliki tempat penyimpanan yang representatif. Berbagai benda yang memiliki nilai sejarah tinggi itu seringkali harus berpindah tempat, mulai dari Balai Kota, Perpustakaan Umum, dan terakhir mendarat di Balai Penyelamatan Benda Purbakala Mpu Purwa. Sejak tahun 2017, Balai Penyelamatan Mpu Purwa  yang menempati  bekas SDN Mojolangu 2 akhirnya diubah menjadi Museum Mpu Purwa, menjadi satu lokasi dengan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang.

Minimalis berbalut teknologi modern

Memiliki luas bangunan sekitar 1000 meter persegi, Museum Mpu Purwa tergolong kecil jika dibandingkan dengan museum benda purbakala lain seperti Museum Mpu Tantular di Surabaya. Karena itu, benda-benda bersejarah yang dipamerkan juga tidak terlalu banyak. Museum Mpu Purwa saat ini memiliki 132 koleksi benda bersejarah, namun hanya 58 benda saja yang dipamerkan di ruang Museum, sementara sisanya ditempatkan di ruang penyimpanan khusus.

Meski menempati bangunan yang relatif kecil, tata ruang pamer dirancang secara elegan dan modern, dipadukan dengan beragam teknologi modern untuk mendukung visualisasi dan informasi dari berbagai benda cagar budaya di dalamnya. Seperti QR Code di setiap benda koleksi yang memudahkan pengunjung mendapatkan informasi benda sejarah tersebut secara online. 

Ketika masuk ke dalam museum, pengunjung akan langsung disapa oleh arca Brahma Catur Muka. Ini adalah salah satu koleksi masterpiece yang dimiliki Museum Mpu Purwa. Kepala sang arca memang masih utuh, tapi pahatan catur mukanya sudah aus termakan waktu. Di sebelah kirinya, rangkaian Topeng Malang dengan berbagai ekspresi seolah juga ikut menyapa pengunjung museum.

Arca Brahma Catur Muka diapit Duta Budaya dan Museum Kota Malang (dok.pribadi)
Arca Brahma Catur Muka diapit Duta Budaya dan Museum Kota Malang (dok.pribadi)


Koleksi Masterpiece Museum Mpu Purwa

Di ruang sebelah kiri tangga, terdapat berbagai koleksi arca dan prasasti. Ada dua koleksi masterpiece yang dipamerkan di ruangan ini. Yang pertama adalah Arca Ganesha Bunulrejo. Arca Ganesha ini termasuk unik dan lain dari arca-arca purbakala sejenisnya. Pada stela (batu sandaran), terdapat tulisan-tulisan atau prasasti. Arcanya sendiri berbentuk Ganesha dengan kondisi bagian kepalanya sudah hilang. Sementara tulisan pada batu sandarannya merupakan Prasasti Kanuruhan. Arca ini ditemukan di daerah Bunulrejo, sekarang bernama jalan Hamid Rusdi, Malang. Di daerah ini dulunya terdapat sebuah patirtaan (taman pemandian). Sayang sekali, sekitar tahun 1960 bekas patirtaan itu lenyap karena sang pemilik tanah mengurugnya dan mendirikan bangunan rumah-rumah penduduk.

Prasasti Kanuruhan pertama kali dibaca oleh Louis-Charles Damais dalam bukunya EEI IV (transkripsi lengkap ada di buku Sedyawati, Edi. 1994. Pengarcaan Ganesha Masa Kadiri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian. Jakarta: LIPI). Isinya kurang lebih soal penetapan daerah itu sebagai sima (daerah bebas pajak/daerah yang mengelola keuangannya sendiri) oleh Rakryan Kanuruhan kepada Sang Bulul karena yang kemudian ini telah membuat sebuah taman teratai di lokasi itu. Nama desa Bunul (Bunulrejo), tempat ditemukannya arca dan prasasti ini diambil dari nama Sang Bulul. Penanggalan prasasti ini tertulis wuku Wukir, bulan Pausha (Sasih Kanem) tahun saka 856, atau sekitar tanggal 4 Januari 935 M. Menurut arkeolog dan sejarawan, prasasti ini dapat diperkirakan berasal dari masa pemerintahan Pu Sindok, raja Mataram pertama yang secara resmi bertahta di Jawa Timur.

Karena keistimewaannya, arca Ganesha Bunulrejo ini memiliki tempat pamer tersendiri, tidak bercampur dengan koleksi benda lainnya. Seakan dimanjakan, arca Ganesha Bunulrejo bahkan memiliki layar monitor besar yang memuat berbagai informasi tentangnya. Seandainya arca-arca di museum itu bisa bicara, mungkin mereka akan saling menggunjing dan iri pada arca yang tidak memiliki kepala ini.

ruang pamer arca Ganesha Bunulrejo (dok.pribadi)
ruang pamer arca Ganesha Bunulrejo (dok.pribadi)
Beranjak masuk ke dalam, tepatnya di belakang rak tempat arca Ganesha Bunulrejo, terdapat sebongkah batu besar. Inilah Prasasti Dinoyo II. Tulisannya nyaris hilang, meski jika diamati pada jarak dekat, masih terlihat beberapa pahatan aksara. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1985 di daerah Dinoyo, tepatnya di pertigaan jalan MT. Haryono dan Jl. Gajayana. Dinamakan Prasasti Dinoyo II karena sebelumnya di daerah Dinoyo sudah pernah ditemukan prasasti lain yang dinamakan Prasasti Dinoyo I. Daerah Dinoyo, tempat ditemukannya kedua prasasti ini dulunya merupakan pusat dari pemerintahan wilayah Kanjuruhan.

Batu Prasasti Dinoyo 2 (dok.pribadi)
Batu Prasasti Dinoyo 2 (dok.pribadi)
Satu ruangan dengan kedua koleksi masterpiece ini juga dipamerkan beberapa arca dan benda purbakala lainnya. Sebagai pelengkap, pihak museum membuatkan beberapa ruang pajang yang berisi informasi tentang jenis dan arti dari benda-benda atau artefak purbakala. Beragam informasi ini ditata dengan desain yang menarik dan berwarna-warni sehingga pengunjung tidak akan merasa bosan saat membacanya.

Diorama kisah Mpu Purwa

Lantai dua dari Museum Mpu Purwa memiliki dua ruangan. Sisi timur serupa dengan ruangan lantai bawah yang memamerkan aneka arca purbakala. Yang menarik, di ujung ruangan ini terdapat diorama seukuran manusia beradegan seorang brahmana sedang memberi restu pada muridnya. Sayang sekali, tidak ada keterangan yang melengkapi diorama tersebut. Menurut saya, kemungkinan besar brahmana tersebut adalah Mpu Purwa yang sedang memberi restu pada Ken Arok. Selain itu, juga tidak ada pagar pembatas. Beberapa pengunjung yang ikut dalam acara peresmian ini terlihat malah asik berswafoto dengan latar belakang diorama tersebut. Jika dibiarkan seperti ini, dikhawatirkan nanti ada pengunjung yang lalai dan malah merusak diorama tersebut.

Diorama Mpu Purwa (dok.pribadi)
Diorama Mpu Purwa (dok.pribadi)
Ruangan sebelah barat merupakan ruang diorama. Sebelum melihat diorama, pengunjung akan disapa oleh arca Ganesha Tikus. Arca ini juga menjadi salah satu koleksi masterpiece Museum Mpu Purwa karena menjadi satu-satunya arca Ganesha dalam bentuk kecil, dan dirupakan sedang mengendarai wahana berupa hewan tikus.

Diorama di ruangan ini menceritakan masa kerajaan Tumapel, berdirinya kerajaan Singosari hingga Majapahit. Karena ruangan yang terbatas, diorama ini hanya menampilkan beberapa peristiwa yang (mungkin) dianggap penting saja. Dimulai dari kisah penculikan Ken Dedes oleh Tunggul Ametung, hingga pelarian Raden Wijaya ke Madura yang meminta bantuan pada Arya Wiraraja untuk menghadapi tentara Mongol. Sayangnya, ada satu bagian diorama yang menurut saya letaknya tidak berurutan. Yakni pada adegan Perang Ganter yang mendahului adegan/kisah kerajaan Tumapel dengan Tunggul Ametung sebagai penguasanya.

Ruang Diorama Museum Mpu Purwa (dok.pribadi)
Ruang Diorama Museum Mpu Purwa (dok.pribadi)
Tiga diorama pertama seolah memperkenalkan pengunjung pada Mpu Purwa, sosok brahmana yang namanya digunakan museum ini. Mpu Purwa merupakan ayah dari Ken Dedes. Kecantikan Ken Dedes membuat Tunggul Ametung tergila-gila sehingga nekat menculiknya. Mpu Purwa merasa marah, sehingga mengeluarkan kutukan bahwa Tunggul Ametung kelak akan mati terbunuh. Selain marah pada Tunggul Ametung, Mpu Purwa juga merasa marah pada penduduk desa Panawijen (sekarang daerah Polowijen, Kota Malang) yang membiarkan penculikan tersebut dan tidak memberitahu dirinya. Desa Panawijen kemudian juga dikutuk Mpu Purwa supaya dilanda kekeringan bertahun-tahun lamanya. Bersama dengan brahmana lainnya, Mpu Purwa akhirnya bersekongkol dengan Ken Arok untuk menggulingkan Tunggul Ametung dan merebut kembali Ken Dedes.

Bagaimana kisah Mpu Purwa dan adegan diorama lainnya? Silahkan berkunjung ke Museum Mpu Purwa, gratis kok. Museum ini buka setiap hari Selasa sampai Minggu, mulai pukul 08.00 sampai pukul 15.30. Untuk informasi atau kunjungan rombongan, hubungi bagian informasi di nomor telpon (0341) 404515.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun