Tak ada yang meragukan kebintangan Kylian Mbappe saat Prancis menekuk Argentina di babak 16 besar Piala Dunia 2018. Dalam pertandingan yang berakhir 4-3 untuk Prancis tersebut, Mbappe mencetak 2 gol. Kecepatan larinya tak mampu dikejar oleh para bek Argentina. Bahkan Marcos Rojo sampai perlu mengganjalnya hingga membuahkan hadiah penalti yang berhasil dieksekusi dengan baik oleh Antoine Griezmann.
Tapi jangan pula melupakan nama Benjamin Pavard. Namanya memang belum terlalu familiar bagi penggemar sepakbola. Bahkan ketika Didier Deschamps memutuskan untuk membawa namanya ke Rusia dalam skuad tim Prancis di Piala Dunia kali ini, banyak yang bertanya, "Benjamin siapa? Tak sedikit pula yang mengkritik keputusan tersebut.Â
Maklum saja, ketika Pavard dipanggil, dia sedang bermain untuk Vfb Stuttgart, salah satu raksasa Bundesliga yang saat itu sedang terdegradasi ke divisi 2. Namun, Pavard pada akhirnya membuktikan pemilihan dirinya oleh Deschamps tersebut tidaklah keliru. Dipercaya mengawal sisi kanan pertahanan Prancis dalam 3 pertandingan di Rusia, Pavard bahkan mampu membungkam kritik dan pertanyaan perihal dirinya dengan sebuah gol indah ke gawang Argentina.
 "Di Jerman, kami menyebutnya Tor. Membuat tendangan seperti itu-saya tidak bisa menggambarkannya. Saya masih merasa emosional," kata Pavard sambil tersenyum, sesaat ketika bersama teman-temannya meninggalkan lapangan pertandingan.
Pemain serba bisa
Pavard adalah bunglon, pemain serba bisa. Di klubnya, Pavard sering dimainkan sebagai bek tengah. Terkadang, pelatih Vfb Stuttgart Tayfun Korkut memainkannya sebagai gelandang bertahan. Saat Pavard dimainkan sebagai bek tengah, Stuttgart hanya kebobolan 10 gol dalam 14 pertandingan, dari bulan Februari hingga akhir musim. Kepercayaan Korkut terhadap Pavard begitu kuat, hingga dia selalu dimainkan dalam setiap pertandingan di Bundesliga. Menjadikannya satu dari empat pemain Bundesliga yang tak pernah absen bermain.
Karena itulah, ketika banyak yang mempertanyakan pemanggilan Pavard, Deschamps selalu menjawabnya dengan angka statistik berikut: 3,060 menit dimainkan, 63 persen memenangkan tackle dan 83 persen umpan yang akurat. Ditambah penghargaan Bundesliga Rookie of The Month di bulan Februari lalu.
Pemain kelahiran Mauberge, 22 tahun lalu ini memulai karir sepakbolanya di klub US Jeumont. Penampilannya yang impresif membuat klub Ligue 1 Lille tertarik untuk merekrutnya. Meski berposisi sebagai bek tengah, atau bek kanan, Pavard sering maju ke depan membantu serangan. Dia mempunyai tendangan keras dan akurat. Setelah bermain di Lille, Pavard kemudian dipanggil masuk tim nasional Prancis U-21.
Rela pindah ke Divisi 2 demi kesempatan bermain
Dua musim di Lille, datanglah penawaran dari Vfb Stuttgart, klub raksasa Jerman yang saat itu tengah terdegradasi untuk pertama kalinya selama 41 tahun terakhir. Pavard pun berada di persimpangan jalan. Mempertahankan posisinya di Lille, atau memulai petualangan baru meski di divisi 2.Â
Di satu sisi, dia ingin terus bermain di kompetisi tingkat atas. Namun di sisi lain, dia juga ingin terus dimainkan, sesuatu yang mungkin tidak bisa didapatkannya di Lille. Pelatih tim nasional U-21 Prancis kemudian memberinya saran untuk menerima penawaran Stutgaart, dengan alasan Pavard akan mempunyai lebih banyak kesempatan bermain.
Dan benar saja, Stuttgart menaruh kepercayaan pada bakat Pavard sebagai bek serba bisa. Hanya butuh satu musim saja bagi Pavard untuk membantu Stuttgart kembali promosi ke Bundesliga. Keinginannya untuk bermain di kompetisi tingkat atas pun terwujud, meskipun itu di negara lain.