Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Boros di Bulan Ramadan? Hindari dengan Cara Berikut Ini

28 Mei 2018   04:15 Diperbarui: 28 Mei 2018   08:24 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (shutterstock.com)

Jujur saja, setiap kali bulan Ramadan datang, pengeluaran kita mendadak selalu bertambah. Aneh kan, di bulan yang semestinya kita bisa berhemat karena hanya makan dan minum di malam hari saja, kita malah berlaku boros. Termasuk saya sendiri, yang kadang masih sering tidak tahan untuk membeli makanan yang berlebih, terutama makanan yang memang hanya ada/muncul pas kala bulan Ramadhan saja. Meskipun kadang saya mencari pembenaran bahwa berbelanja banyak bahan makanan itu untuk persediaan berbuka puasa atau untuk sahur nanti.

Inilah yang dinamakan paradoks Ramadan. Yakni adanya kontradiksi antara praktik fiqih dan praktik ekonomi selama bulan Ramadan. Hakekatnya, perintah untuk berpuasa adalah upaya pembelajaran bagi kita untuk menahan hawa nafsu. 

Tak hanya nafsu makan, minum, atau seksual. Kalau cuma itu saja, kambing juga bisa. Karena kita adalah makhluk yang diciptakan dengan akal pikiran, maka perintah untuk menahan nafsu tersebut juga mencakup nafsu untuk bersikap berlebihan, terutama saat berbelanja dan makan. 

Bentuk-bentuk "berlebihan" tersebut misalnya adalah munculnya menu-menu yang tidak wajar, atau jumlah makanan yang "di luar normal" hingga pada akhirnya banyak yang terbuang dan mubazir. Padahal Al-Qur'an mengajarkan pada kita bahwa berlebihan akan menyeret kita pada kemubaziran, dan hal tersebut akan menjadikan kita berkawan dengan syaitan.

Entah mengapa, kita seakan sulit untuk menghindar dari sikap konsumtif dan gaya hidup hedonis justru saat bulan Ramadan tiba. Ada saja godaan untuk membeli ini atau itu ketika waktu untuk berbuka puasa telah tiba. Seakan-akan ketika waktu berbuka kita harus membalas dendam. Jadinya, bulan Ramadan malah kita maknai sebagai ritual menahan lapar dan dahaga belaka. Idealnya, ketika seseorang berpuasa dengan cara yang benar, seharusnya ketika berbuka, dia tidak berlebihan atau balas dendam pada makanan.

Bagaimana supaya kita tidak tergoda untuk berlaku boros?

Perilaku konsumtif dan boros di bulan Ramadan seyogyanya bisa kita hindari jika kita bisa memaknai hakekat puasa di bulan Ramadan dengan benar. Surah Al A'raf ayat 31 mengajarkan umat muslim untuk tidak berlebihan saat makanan, terlebih lagi di bulan Ramadan.

Puasa mengajarkan agar umat Islam dapat memilah antara kebutuhan dan keinginan.  Puasa juga mengajarkan kita untuk memiliki empati kepada mereka yang tidak pernah mendapat nikmat makanan berlebih dan sehari-hari bersahabat dengan rasa lapar. 

Saat godaan untuk membeli ini dan itu datang, ingatlah bahwa kita masih sangat beruntung karena diluar sana masih banyak saudara kita yang bahkan tidak memiliki sesuatu untuk bisa dimakan. Kita bisa dengan segera mengalihkan pikiran untuk mengingat mereka yang sedang kekurangan tersebut.

Penyebab perilaku boros dan konsumtif salah satunya juga muncul karena kita terlalu sering menghabiskan waktu diluar. Godaan itu datang ketika mata kita jelalatan melihat berbagai macam barang yang dipajang di toko atau outlet-outlet di pusat perbelanjaan. 

Jika tidak ada suatu keperluan yang penting atau jika tidak sedang bekerja di luar ruangan, lebih baik kita berdiam diri di rumah bersama keluarga. Selain untuk menghindari pengeluaran yang tidak perlu, berdiam diri di rumah juga akan menghindarkan kita dari hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa, terutama untuk menjaga pandangan mata kita dari yang bisa membangkitkan syahwat.

Berikutnya, porsi terbesar pengeluaran kita juga seringkali keluar untuk acara berbuka bersama. Sah-sah saja kita mengadakan buka bersama dengan niat untuk menyambung tali silaturahim. Tapi akan lain jadinya jika acara buka bersama itu kita lakukan hampir setiap hari. Apalagi acara buka bersamanya di restoran atau cafe mewah. 

Memangnya pernah kita buka bersama di warteg atau warung makan pinggir jalan? Karena itu, jika hendak mengadakan acara buka bersama, pertimbangkan lagi sudah berapa kali kita buka bersama. Atau acara buka bersama itu bisa dilakukan di rumah, dengan masing-masing teman atau kerabat bisa menyumbang masakan mereka sendiri. Malu? Justru ini sangat berguna. Setidaknya kita bisa berhemat dan bisa merasakan hasil kreasi masakan teman atau saudara.

Memaknai puasa Ramadan secara benar tak hanya menghindarkan kita dari perilaku konsumtif, boros dan gaya hidup hedonis. Hal ini juga akan membuat kita lebih menjiwai substansi dari puasa Ramadan itu sendiri, yakni La'allakum Tattaquun, supaya kita lebih bertakwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun