"Kang, Tarawih di masjid sebelah cuma 10 menit saja lho sekarang".
"Terus kenapa?"
"Lha disini sampeyan mengimami Tarawih sampai 20 menit lebih. Lama-lama jamaah disini pindah kesana semua Kang".
Ini adalah cuplikan percakapan yang mengilustrasikan jamaah sholat di sebuah kampung lebih menyukai masjid atau mushola yang sholat Tarawihnya berlangsung cepat. Ilustrasi ini disampaikan KH. Anwar Zahid, dai kondang di Jawa Timur yang gaya bahasa ceramahnya kocak dalam salah salah satu rekaman ceramahnya di Bojonegoro.
Apa yang disampaikan KH Anwar Zahid tersebut memang benar adanya. Sebagian besar dari kita lebih senang memilih untuk sholat Tarawih di masjid atau mushola yang imamnya memimpin sholat dengan cepat. Sekali waktu jika ada imam yang bacaan suratnya panjang, dan gerakan sholatnya lama, tentunya dalam hati sebagian jamaah ada yang menggerundel, dan membatin tak senang.
Ini adalah fakta yang tak bisa dibantah, termasuk saya sendiri. Ketika masih kecil dan remaja dulu, saya selalu memilih masjid atau mushola yang pelaksanaan sholat Tarawihnya cepat dan tidak diselingi ceramah agama. Seolah ada siksaan tersendiri jika saya menghabiskan waktu berlama-lama menunggu ceramah dan sholat Tarawih selesai. Sementara di luar sana seharusnya ada banyak aktifitas menyenangkan yang bisa saya lakukan bersama teman sepermainan.
Namun, seiring pemahaman ilmu agama yang lebih baik, kian dewasa saya menyadari pentingnya sholat yang tuma'ninah, sempurna dalam gerakan maupun bacaan sholatnya. Tak ada hal positif yang bisa didapat dari pelaksanaan sholat yang terlalu cepat, terburu-buru seperti maling yang dikejar penduduk. Kecuali keringat dan rasa capek, sementara pahala kesempurnaan sholat malah tidak didapat.
Begitu pula dengan adanya ceramah agama di sela-sela sholat Tarawih. Jika dulu saya sering merasa bosan dan ingin cepat berlalu, sekarang saya malah merindukan hal tersebut. Sholat Tarawih tanpa ada tausiah keagamaan sepertinya terasa hambar.
Untunglah, sekarang ini banyak masjid yang menjadwalkan tausiah terlebih dahulu sebelum sholat Tarawih dimulai. Tak hanya masjid "moderat" yang sholat tarawihnya 8 rakaat, juga masjid-masjid "kultural" yang sholat tarawihnya 20 rakaat kerap menyampaikan tausiah agama.
Masjid Membawa Kemaslahatan bagi Masyarakat sekitar
Bicara mengenai masjid favorit, bagi saya semua masjid sama saja sebagai tempat ibadah. Terlepas dari bentuk fisik bangunannya yang indah dan layak dikagumi. Kemegahan sebuah masjid bagi saya tidak terletak pada arsitektur bangunannya. Masjid menjadi megah ketika ia bisa dimakmurkan oleh jamaahnya dan membawa kemaslahatan bagi masyarakat sekitarnya.
Dalam menjalankan ibadah sehari-hari atau di bulan Ramadan kali ini, masjid favorit saya tentu saja yang terdekat dengan rumah. Namanya Masjid Al Falah. Masjid ini baru diresmikan walikota Malang H. Anton pada tahun 2014 yang lalu. Sebelumnya, warga sekitar, yang mencakup satu RW belum mempunyai masjid yang layak. Padahal, di dalam komplek sudah ada tempat ibadah lain yang berdiri cukup megah. Â Saat sholat Jumat atau tarawih, warga setidaknya harus berjalan cukup jauh ke RW sebelah, yang masjidnya juga tidaklah begitu besar.
Atas pertimbangan itulah, di tahun 2012 dimulai pembangunan masjid. Sebuah lahan kosong yang menjadi pembatas komplek perumahan dengan kampung penduduk asli dipilih sebagai lokasi. Pemilihan lokasi ini bukannya tanpa tujuan. Keberadaan masjid, yang berdiri dibatas komplek perumahan dan perkampungan diharapkan bisa menjadi jembatan silaturahim dan meniadakan sekat-sekat sosial antara warga kampung dan warga perumahan.
Kita boleh saja menjelajah jutaan masjid yang ada, mengagumi keindahan arsitektur bangunannya. Tapi itu semua tak ada artinya jika kita tidak memuliakan dan memakmurkan masjid di daerah tempat tinggal kita sendiri. Kita kerap menghadiri kajian-kajian di masjid tempat lain, tapi masjid di dekat rumah kita sendiri tak pernah kita perhatikan. Keberkahan sebuah masjid terletak bagaimana kita memuliakan dan meramaikan kegiatan ibadah di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H