Bulan Ramadan memang bulan yang istimewa. Tak hanya melimpahnya pahala, tapi bulan ini juga bisa menjadi pendekat hati yang semula jauh, serta perekat hati yang semula retak. Salah satunya adalah melalui kegiatan buka bersama (bukber) dengan kerabat.
Di luar bulan Ramadan, masing-masing saudara kita mempunyai kesibukan sendiri-sendiri. Apalagi bagi mereka yang sudah berkeluarga. Kesempatan untuk bertemu, atau berkumpul selain di bulan Ramadan bisa dihitung dengan jari, atau malah tidak pernah sama sekali.
Minggu pertama bulan Ramadan tahun ini bertepatan dengan momen ulang tahun si bungsu. Sebagai ungkapan rasa syukur, kami bermaksud untuk mengadakan acara buka bersama di rumah, besama keluarga dan beberapa tetangga dekat saja.
Ketika undangan kami sampaikan, saudara yang lain langsung menyanggupi untuk ikut menyumbang menu makanan. Kakak pertama menyumbang menu Telur bumbu Petis dan ayam goreng, kakak kedua menyumbang menu Sop Merah. Sementara sang adik menyumbang menu jajan takjil. Praktis, kami yang menjadi tuan rumah tinggal menyiapkan nasi dan menu minuman.
Sebagai tambahan menu, kami lalu memesan sayur urap-urap di tetangga sebelah. Tetangga kami ini dulu pernah mengirim sayur urap-urap ke rumah, dan setelah kami makan, kok rasanya enak, apalagi bumbu urapnya. Sejak saat itu, bila ada acara kumpul-kumpul dengan teman atau kerabat lain, kami biasanya memesan sayur urap dari tetangga kami untuk dinikmati bersama.
Untuk menu minuman, kami memesan Kunyit Asem yang dibuat teman sendiri. Usaha minuman kunyit asemnya baru berjalan beberapa bulan yang lalu. Sebagai bentuk dukungan sekaligus membantu usahanya, kami selalu berusaha untuk memperkenalkan produk kunyit asem yang dia buat kepada teman atau saudara yang lain.
Putri sulung kami asyik berkumpul dengan sepupunya yang sama-sama berusia remaja. Sementara sang adik yang hari itu dirayakan hari kelahirannya malah terlihat cuek, asyik bermain gawai dengan keponakan kami yang masih balita. Di sudut ruangan, Ibu sedang duduk termenung. Sesekali beliau mengamati satu persatu wajah anak dan cucunya yang hari itu berkumpul bersama.
Adzan maghrib kemudian berkumandang. Semua orang lalu mendekat ke meja di ruang tamu, bergantian menikmati kesegaran kunyit asem untuk membatalkan puasa hari itu. Piring tempat aneka jajanan takjil berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Usai menikmati menu takjil, para bapak dan anak-anak kemudian bergegas ke masjid.
Usai dari masjid, menu hidangan berbuka puasa sudah lengkap tersedia di meja. Kami pun bergantian mengisi piring dengan makanan yang tersedia, secukupnya saja. Supaya perut tidak kekenyangan dan tidak terserang kantuk saat sholat tarawih nanti.
Tanpa terasa, adzan Isya sudah nyaring terdengar. Beberapa tetangga dan saudara minta undur diri terlebih dahulu. Saudara yang lain memilih tinggal dan melaksanakan tarawih di masjid komplek terdekat.