Menariknya, pada tahun 2011, UNESCO memasukkan sebuah tradisi minum kopi dalam daftar World Intangible Cultural Heritage. Tradisi minum kopi yang masuk cagar budaya tak benda ini adalah Viennese Coffee House Cultural.
Perjalanan Waktu Viennese Coffee House Cultural
Sejarah rumah kopi khas Wina terkait erat dengan berakhirnya Pengepungan Wina pada tahun 1683. Menurut legenda, seorang warga Wina, Georg Franz Kolschitzky (1640 - 1694) adalah orang pertama yang memperoleh lisensi untuk membuat kopi di kota ini berkat tindakan heroiknya selama Pengepungan Wina. Namanya kini diabadikan di sebuah jalan di distrik ke-4 Wina dan sebuah patung diletakkan di sudut Favoritenstrae / Kolschitzkygasse.
Namun, rumah kopi pertama di Wina malah dibuka oleh seorang mata-mata Armenia bernama Diodato. Dia adalah seorang yang penuh rahasia yang menjadi pelayan di  pengadilan Istana Wina. Diodato mendapatkan pengetahuan tentang kopi dan bagaimana menyiapkannya dari negara asalnya. The Johannes-Diodato-Park di Wieden, yang terletak di distrik ke-4 Wina, didedikasikan kepadanya.
Rumah kopi yang didirikan Diodato sudah memiliki karakteristik khas gaya Wina saat ini. Seorang pelayan yang membawa segelas air dan secangkir kopi, serta dilengkapi dengan permainan kartu dan meja biliar.
Rumah kopi Wina menjadi tolok ukur dan lambang kualitas hidup yang baik di seluruh Eropa. Rumah kopi bergaya Wina kemudian dibuka di Praha, Zagreb, Verona, Trieste, dan Venesia. Kamar-kamar besar, kursi beludru merah, dan lampu gantung yang megah adalah fitur khas yang sangat penting untuk setiap rumah kopi Wina yang bergengsi.
Menjelang akhir abad ke-19, rumah kopi Wina menjadi tempat pertemuan rutin sekelompok tokoh sastra yang disebut "Jung Wien" (Young Vienna). Sebuah kelompok penulis muda terkenal seperti Hugo von Hofmannsthal, Karl Kraus dan Arthur Schnitzler bertemu di kafe dan melahirkan literatur tentang rumah kopi.
Caf Griensteidl, Caf Central, dan  Caf Herrenhof adalah rumah kopi Wina yang sering dijadikan tempat pertemuan para penulis muda paling populer. Artis lain juga memiliki kedai kopi favorit mereka: Caf Museum, misalnya, menjadi tempat pertemuan populer bagi para pelukis.
Secara umum, masyarakat Wina, yang kebanyakan tinggal di flat kecil yang penuh sesak, menganggap rumah kopi yang elegan sebagai "ruang tamu yang panjang" atau rumah kedua tempat mereka dapat bertemu teman dan orang lain. Setelah Perang Dunia Pertama, kafe dansa pertama dibuka dan memainkan musik jazz Amerika populer. Selama krisis ekonomi dunia pada 1930-an, kedai kopi semakin banyak digunakan sebagai tempat perdagangan di mana barang-barang yang banyak dicari dan dipertukarkan di bawah meja.
Ketika tentara Nazi Jerman masuk ke Wina pada tahun 1938, mereka menyita rumah kopi milik orang-orang yahudi. Inilah awal periode paling buruk dalam sejarah rumah kopi Wina. Usai Perang Dunia Kedua, rumah kopi Wina praktis diambang kepunahan menyusul masuknya Bar Espresso bergaya Italia yang semakin populer karena dianggap lebih modern. Sehingga rumah kopi Wina yang masih mempertahankan tradisi mereka dianggap sudah kuno.