Di sepanjang jalan Basuki Rahmat ini banyak terdapat pertokoan dan tempat usaha. Sekitar 1960-1970-an pertokoan itu membuat pusat keramaian di Kota Malang dengan ragam usaha. Antara lain, perdagangan umum, perkantoran, pakaian jadi, toko kelontong, dan lain-lain. Hampir semua bangunan tokonya mempunyai bentuk yang sama, yakni bergaya atap datar dan berbentuk kubus dengan pembatas teralis besi di depannya. Beberapa toko masih beroperasi, sedangkan sisanya ada yang sudah tidak berpenghuni atau beralih fungsi menjadi perkantoran modern dan hotel.
sudut pertokoan jl. Basuki Rahmat atau Kayutangan (dok.pribadi)
Meski didominasi oleh toko atau kantor dan tempat usaha lainnya, masih ada perkampungan yang dihuni warga asli Malang. Para penduduk bertempat tinggal di kawasan gang kecil yang terletak setelah Plasa Telkom, yakni di jalan Basuki Rahmat gang 1-8.
salah satu rumah di kawasan Kayutangan (dok.pribadi)
Terus ke arah utara, perjalanan anda akan menemui perempatan jalan yang menghubungkan jalan Semeru, jalan Kahuripan dan jalan Basuki Rahmat. Oleh penduduk asli Malang, perempatan jalan ini dikenal dengan nama perempatan Rajabaly. Di sekitar perempatan ini dulunya adalah sebuah pertokoan, yang dibangun pada tahun 1936 oleh arsitek Karel Bos. Yang menarik adalah keunikan bentuk arsitektur pertokoannya. Â
sudut pertokoan Kayutangan
Sebelum masuk ke jalan Semeru (dari jalan Kahuripan), di sebelah kanan dan kiri terdapat bangunan kembar. Sekarang berubah menjadi kantor Commonwealth Bank dan tempat penukaran mata uang asing Rajabaly. Sayangnya bangunan yang jadi kantor penukaran mata uang asing ini sekarang sedikit terlantar. Bentuk kembar bangunan sebelah kanan dan kiri itu bukan hanya menggambarkan pintu gerbang menuju Jalan Semeru. Tapi menurut beberapa tokoh masyarakat di sana, bangunan kembar tersebut terinspirasi dari sang arsitek yang baru dikaruniai putra kembar.
Di seberang bangunan kembar sisi utara, tepatnya di depan hotel Whiz Prime sekarang ini, dulunya terdapat sebuah hotel, yakni Hotel Mabes dan Malangsche Apotheek. Keduanya kemudian digabung jadi satu dan berubah nama menjadi YMCA Hotel. Ini adalah salah satu jaringan hotel internasional yang terkenal saat itu. Sekarang bangunan itu berubah fungsi menjadi gedung Bank BCA.
perempatan Rajabaly dengan dua gedung kembar (dok.pribadi)
Perjalanan menyusuri kawasan Kayutangan berakhir usai melewati kantor PLN. Kantor Electriciteit Mij Aniem N. V. Malang atau Perusahaan Listrik Negara cabang Malang dibangun sekitar 1930-an. Bangunan yang bagian belakangnya langsung menghadap ke Sungai Brantas ini mempunyai beberapa ruang bawah tanah yang tertutup.
Konon, ada sebuah terowongan besar yang menghubungkan kantor PLN dengan kampung yang ada diseberang Sungai Brantas. Kampung ini sekarang dikenal sebagai Kampung Putih, yang terletak disebelah Rumah Sakit Saiful Anwar.
Beberapa bangunan bersejarah lainnya yang terdapat di kawasan Kayutangan antara lain Gereja Hati Kudus Yesus. Gereja ini didirikan pada tahun 1905 oleh arsitek MJ. Hulswit, murid sekolah Quelinus yang dikepalai oleh PJH Cuypers. MJ Hulswit adalah arsitek Belanda ahli restorasi gereja-gereja Githic saat Malang masih menjadi daerah bagian dari karesidenan Pasuruan.
Di dalam Gereja terdapat prasasti yang ditulis dalam bahasa Belanda yang artinya "Gereja ini dipersembahkan kepada Hati Kudus Yesus, didirikan berkat kemurahan hati yang mulia Monseigneur E.S Luypen, dirancang oleh M.J Hulswit".
Gereja Hati Kudus/Gereja Kayutangan dalam tiga masa (grafis pribadi)
Sebagai kawasan dengan banyak bangunan bersejarah, perlu kiranya pemerintah Kota Malang menetapkan kampung Kayutangan sebagai salah satu cagar budaya (heritage). Dengan demikian keaslian dan nilai sejarah dari bangunan-bangunan yang ada disitu masih bisa dipertahankan. Saat ini sudah mulai banyak bangunan bersejarah yang berubah bentuk dan fungsinya menjadi hotel atau kantor. Yang mana sayang sekali arsitektur bangunannya tidak mencerminkan adanya nilai sejarah yang bisa dikenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya