Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dari Mekkah Sampai Amerika, Sejarah Kopi yang Mengubah Wajah Dunia

18 Maret 2018   23:41 Diperbarui: 20 Maret 2018   01:08 3657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia mengeluarkan Manifesto Bir dan Kopinya untuk meyakinkan bangsanya bahwa mereka harus tetap minum bir Jerman. Dalam manifesto tersebut, Frederick mengatakan hanya orang-orang tertentu yang mempunyai lisensi dari kerajaan yang diperbolehkan menyangrai kopi. 

Sayangnya, Frederick memberikan lisensinya pada orang-orang kaya, terutama pada kerabatnya sendiri. Frederick bahkan benar-benar menugaskan beberapa prajuritnya untuk berjalan-jalan dan mengendus orang-orang yang memanggang kopi secara tidak sah.

Jauh diseberang Eropa, kopi sudah mulai masuk ke wilayah Asia Tenggara. Pada tahun 1696 walikota Amsterdam Nicholas Witsen memerintahkan Adrian Van Ommen, komandan VOC di Pantai Malabar, India untuk membawa biji kopi ke Batavia atau sekarang disebut Jakarta. 

Biji kopi tersebut diujicoba untuk ditanam di lahan pribadi Gubernur-Jendral VOC Willem Van Outhoorn. Ujicoba tersebut gagal karena tanaman tersebut rusak terkena banjir. Upaya kedua dilakukan pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar, dan berhasil. 

Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari tanaman di Jawa tersebut dikirim ke negeri Belanda untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan memiliki kualitas yang sangat baik hingga pemerintah Belanda menyebut biji kopi hasil kultivasi di pulau Jawa tersebut sebagai Java Coffee. 

Selanjutnya tanaman kopi ini dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang dikembangkan di Indonesia. Belanda pun memperluas areal budidaya kopi ke Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di Indonesia.

Kisah heroik Gabriel Mathieu de Clieu

Belanda juga yang berjasa memperkenalkan kopi ke Amerika Selatan. Kopi pertama kali tiba di koloni Belanda Suriname pada tahun 1718. Di tempat lain, kopi memulai perjalanannya menyeberangi Samudera Atlantik melalui kisah heroik dari Gabriel Mathieu de Clieu, seorang perwira angkatan laut Prancis. Ketika itu, Gabriel sedang dalam masa cuti penugasannya di Martinique, negeri koloni Prancis. 

Gabriel meminta kepada raja Prancis Louis XIV agar diijinkan membawa sedikit benih pohon kopi, yang saat itu termasuk pohon paling dilindungi dan hendak ditanamnya di Martinique. Permintaan Gabriel ditolak oleh sang raja. 

Tidak putus asa, Gabriel akhirnya mencuri benih pohon kopi dari Royal Botanical Garden saat Raja dan segenap bangsawan istana mengadakan pesta. Ia kemudian bergegas menuju ke pelabuhan tempat kapalnya hendak lepas jangkar kembali ke Martinique.

ilustrasi Gabriel de Clieu menanam kopi (coffeeroad.dk)
ilustrasi Gabriel de Clieu menanam kopi (coffeeroad.dk)
Di kepulauan tersebut, Gabriel diam-diam membudidayakan tanaman kopi, menyembunyikannya di balik tanaman lainnya untuk melindungi dari mata yang tidak diinginkan. Dua puluh bulan kemudian panen kecil pertama sudah siap. Gabriel lalu membagikannya pada dokter dan intelektual lainnya di pulau tersebut. Dalam waktu tiga tahun, perkebunan kopi tersebar di seluruh Martinique dan kepulauan kembarnya di St. Dominique dan Guadeloupe. 

Pulau-pulau di Karibia yang menjadi koloni Prancis ini menghasilkan panen kopi yang begitu besar sehingga Raja Louis XIV akhirnya memaafkan Gabriel karena pencuriannya dan menjadikannya Gubernur Antillen Belanda. Hasil dari kultivasi tanaman kopi di Martinique ini kemudian menjadi nenek moyang dari perkebunan kopi lainnya di Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lahirnya Espresso dan Kelakar JFK tentang Kopi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun