Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Potret Sepak Bola Kota Malang Era Kolonial (1898-1941)

3 Maret 2018   10:23 Diperbarui: 3 Maret 2018   13:53 2104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malangsche Voetbal Bond (repro dari Australie-Java-Elftal)

Dilihat dari penamaan klub, ada dua faktor yang melandasi terbentuknya klub-klub sepakbola di Malang. Pertama adalah berdasarkan etnis/kesukuan, dan kedua adalah berdasarkan profesi. Klub-klub yang dibentuk penduduk pribumi berlatar belakang etnis, seperti Ardjoeno yang mewakili etnis Jawa dan Minahasa yang mewakili etnis Sulawesi, serta klub-klub Tionghoa.

Sementara klub-klub yang dibentuk orang Eropa adalah berdasarkan profesi. Klub seperti Wilhelmina dan Sparta dibentuk oleh anggota militer Belanda dan Politie S.Vberanggotakan aparat kepolisian pemerintah Hindia Belanda. Ada pula klub yang dibentuk oleh perusahaan-perusahaan di Malang. Seperti klub sepak bola Faroka yang merupakan pabrik rokok yang didirikan oleh orang Belgia. 

Jika nama Go Ahead muncul pula di kompetisi kota Semarang, nama klub Sparta muncul pula di kompetisi sepak bola kota Bandung. Sementara nama klub Voorwaarts muncul di kompetisi kota Medan. Nama-nama klub dari orang Eropa lainnya banyak merujuk pada klub yang berkompetisi di KNVB seperti PSV (tanpa Eindhoven), dan Vitesse (tanpa Arnheim). Ada pula yang mengambil nama dari klub sepakbola Brazil, yakni The Corinthians serta beberapa nama merujuk pada mitologi Yunani seperti Xerxes.

Menjamurnya klub-klub sepakbola di Kota Malang akhirnya menjadi pemicu dibentuknya federasi klub sepakbola lokal. Tujuan pembentukan asosiasi klub sepak bola ini adalah untuk mengorganisir dan menyelenggarakan kompetisi antar klub di Malang. Sayangnya, federasi yang mewadahi klub sepakbola di Malang tidak hanya satu. Tahun 1917, terbentuklah Malangsche Voetbal Bond (MVB) yang beranggotakan 4 klub, satu diantaranya klub Tionghoa. 

MVB kemudian mengajukan permintaan untuk menjadi anggota NIVB, federasi sepakbola Hindia Belanda, pada tahun 1919 namun ditolak. Pada tahun 1922, muncul federasi sepak bola dengan nama yang sama (MVB) dan pada tahun 1926 berhasil berafiliasi dengan NIVB. Keberhasilan MVB menjadi anggota NIVB mengalahkan dua federasi lain yang kebetulan bernama sama, yakni Unitas Voetbal Bond (yang pertama didirikan dan dibubarkan pada tahun 1926, yang kedua berlangsung dari tahun 1928 sampai 1929). Hingga tahun 1930, klub sepakbola di Malang berjumlah 150 klub dengan 6 federasi sepak bola.

[5]

MVB kemudian dibubarkan pada tahun 1933 dan digantikan oleh V.M.O. (Voetbalbond Malang en Omstreken). Satu tahun kemudian, tiga klub lokal mengundurkan diri dari V.M.O. dan membentuk O.J.V.B. (Obligasi Oost Java Voetbal). Semua klub disatukan lagi di bawah M.V.U. (Malangsche Voetbal Unie), yang didirikan 11 Juli 1935.

Pertandingan sepakbola klub-klub di Malang lebih banyak digelar di daerah Rampal. Di tempat ini memang ada sebuah lapangan luas yang dikelilingi oleh barak-barak militer.Pada tahun 1925 Dewan Kotapraja malang mulai membangun stadion (sekarang Stadion Gajayana) di sebelah barat kawasan Bergenburt (kawasan rumpun jalan gunung). 

Sebenarnya lebih tepat disebut komplek taman olahraga karena didalamnya ada kolam renang (Zwembad), lapangan hockey, lapangan tenis serta lapangan sepak bola. Stadion multiguna ini mulai digunakan pada tahun 1926 oleh Malangsche Zwembad, klub renang yang saat itu menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Sementara lapangan sepak bolanya mulai digunakan sejak tahun 1928 ketika MVB memutar kompetisi antar klub sepakbola kota Malang.

[6]

Meski pembentukan klub sepak bola lebih banyak didasari oleh persamaan etnis, tapi itu tidak berlaku ketika federasi sepak bola Malang ikut kompetisi sepak bola antar kota. Mulai tahun 1914, pemerintah Hindia Belanda menyelenggarakan kompetisi antar kota di Jawa (Stedenwedstrden). Kompetisi ini pertama kali diselenggarakan di Semarang, dengan nama Koloniale Tentoonstellin yang diorganisir oleh sebuah komite ad hoc (Sport-comit der Koloniale Tentoonstelling) dari 4 kota besar yakni Batavia, Surabaya, Semarang dan Bandung. Ketika NIVB terbentuk pada tahun 1919, penyelenggaraan stedenwedstrijden mulai diambil alih NIVB. Kompetisi ini menggunakan sistem satu putaran, dengan tuan rumah bergantian antara 4 kota tersebut.[7]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun