Saya pertama kali mengenal nama Rick Riordan ketika seorang anak baru gede berseragam sekolah menengah atas sedang mengembalikan buku yang disewanya di sebuah kios persewaan buku di Denpasar, 10 tahun  lalu. Percy Jackson, The Olympians and The Lightning Thief, begitu judul buku yang tertera di sampulnya. Cerita mitologi adalah salah satu jenis cerita yang saya suka, terutama mitologi Yunani. Saya pun akhirnya menyewa buku tersebut.
Berkisah tentang petualangan Percy Jackson, seorang blasteran (demigod) dari ibu manusia biasa dan dewa laut Poseidon, buku ini langsung menjadi favorit. Selama ini saya mengira hanya JK Rowling yang bisa menghadirkan dunia fantasi yang menakjubkan lewat Harry Potter dan sekolah sihir Hogwart. Ternyata Rick Riordan pun tak kalah briliannya dan menjadi lawan sepadan bagi JK. Rowling. Melalui serial Percy Jackson, Rick Riordan membawa dunia mitologi Yunani yang kuno ke zaman kekinian.
Buku-buku Rick Riordan seakan melengkapi dunia fiksi dalam buku novel terjemahan yang mengisi rak buku di rumah. Jika JK Rowling membawa dunia sihir lewat serial Harry Potter, ada J.R.R Tolkien yang membawa dunia hobbit dan para elf. Serta tidak ketinggalan Stephenie Meyer yang membuat banyak remaja tergila-gila dengan kisah cinta antara manusia dan vampir serta manusia serigala dalam serial Twilight.
Sayangnya, apresiasi saya terhadap novel-novel mitologi Rick Riordan sedikit ternoda saat membaca serialThe Heroes of Olympus, dalam episode The House of Hades. Ini adalah serial lanjutan dari kisah Percy Jackson dan para temannya sesama demigod Yunani. Dalam buku keempat dari lima seri para pahlawan Olympus ini, Rick Riordan menyinggung kisah cinta sesama jenis yang dialami salah satu tokoh novelnya.
Kisah Cinta Sesama Jenis dalam Mitologi Yunani
Nico di Angelo, anak dari Hades sang dewa kematian dengan merana mengaku di depan Jason putra Zeus bahwa dia memang mencintai Percy Jackson. Pengakuan Nico ini diungkapkannya saat kedua demigod ini bermaksud merebut tongkat Diocletian dari tangan Cupid sang dewa cinta. Sebelum menghadapi Cupid, Nico dan Jason bertemu dengan dewa angin barat Favonius. Sang dewa angin mengingatkan Nico bahwa saat berhadapan dengan Cupid nanti dia harus jujur perihal orang yang dicintainya yang saat itu tengah terjebak di lubang Tartarus. Awalnya, Jason mengira Nico tak akan kesulitan untuk mengaku bahwa dia mencintai Annabeth, yang bersama kekasihnya Percy Jackson terjatuh ke Dunia Bawah Tanah. Namun, ketika Favonius bercerita bahwa dia dulu juga pernah mencintai seorang pria, Hyacinthus, yang berakibat si dewa angin harus mengabdi pada Cupid, Jason akhirnya paham siapa yang sebenarnya dicintai oleh Nico, tak lain adalah putra Poseidon.
Dengan target pasar pembaca anak-anak muda dan dewasa, saya sebenarnya tidak keberatan Rick Riordan menyelipkan beberapa kisah romantis percintaan antar tokoh-tokoh di novelnya. Selama kisah cinta itu adalah normal antara pria dan wanita. Kisah percintaan Percy Jackson dan Annabeth, Jason dan Piper, Frank dan Hazel, atau Leo yang memburu cinta si Titan wanita Calypso. Tapi ketika Rick Riordan menyelipkan kisah mitologi Favonius yang mencintai seorang lelaki, serta Nico yang jatuh cinta pada Percy Jackson, saya mengerutkan kening dan sepenuhnya tidak paham mengapa harus ada kisah cinta sesama jenis dalam novel mitologi yang ditujukan untuk segmen pembaca muda ini.
Rick Riordan juga keras kepala dengan tidak menyembuhkan kelainan cinta Nico. Padahal, tadinya saya berharap ketika membaca seri terakhir The Blood of Olympus, Nico, yang sudah tidak berharap lagi pada Percy Jackson akan jatuh cinta pada Reyna, putri Dewi Bellona yang ditemaninya saat hendak membawa patung dewi Athena ke perkemahan Blasteran. Atau setidaknya membuat status perasaan Nico menggantung hingga akhir serial novel tersebut. Rick Riordan malah mempertegas mitologi LGBT dalam novelnya dengan adegan pengakuan Nico langsung pada Percy Jackson bahwa dia dulu pernah naksir Percy. Bahkan secara implisit, Rick Riordan membuat Nico mengalihkan cintanya pada Will Solace, anak dewa Apollo yang mengobatinya di perkemahan blasteran.
Kisah cinta sejenis dalam novel TheHeroes of Olympus membuat saya memutuskan untuk tidak memperkenalkan serial novel tersebut ke anak-anak sebelum mereka mengerti dan memahami sepenuhnya apa dan bagaimana konsekuensi LGBT itu. Juga membuat saya tidak berhasrat lagi membaca dan mengikuti kisah mitologi lainnya dari Rick Riordan. Selain novel mitologi Yunani, Rick Riordan juga menerbitkan novel mitologi Mesir dalam seri Kane Chronicles dan mitologi dewa-dewa Asgardian dalam serial terbarunya Magnus Chase and The Gods of Asgard.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H