Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Demam Liburan dan Wisata Hutan yang Kekinian

6 Januari 2018   20:13 Diperbarui: 7 Januari 2018   11:25 1807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
berfoto ria, hal utama yang harus dilakukan disaat demam liburan (dok.pribadi)

Tak ada yang istimewa dari tempat wisata yang dinamakan Wisata Payung Hutan Pinus Semeru ini. aPepohonan pinus yang berjajar rapi, dan Payung warna-warni yang digantungkan di antara pohon-pohon tersebut adalah daya tarik utama tempat wisata yang berada di kecamatan Wajak, Kabupaten Malang ini. 

Beberapa pengunjung tampak bersantai tiduran di hammock yang ditautkan di antara pepohonan sembari berpose untuk selfie atau wefie. Meski terkesan biasa saja, namun sejak dibuka untuk umum pertengahan tahun lalu, tempat wisata hutan kekinian ini sudah ramai dikunjungi wisatawan lokal atau luar daerah. 

Pengunjung yang datang ke sini umumnya hanya sekadar ingin berfoto ria dengan latar hutan yang penuh payung warna-warni.

Wisata Payung Hutan Pinus Semeru hanyalah salah satu dari sekian banyak wisata hutan kekinian yang menjamur akibat demam liburan yang melanda masyarakat kita. Menurut riset Inventures Indonesia, masyarakat kini semakin senang membelanjakan uang mereka untuk jalan-jalan pergi ke tempat wisata. 

Kondisi ini disebabkan karena banyak pelaku usaha yang berlomba menawarkan jasa pariwisata dengan biaya murah. Hotel, tiket penerbangan atau kereta api kini juga semakin murah dan mudah diperoleh masyarakat.

Konsep low cost tourism inilah yang sekarang sedang digandrungi masyarakat. Ditambah dengan trend liburan ala Generasi Z yang mementingkan spot foto yang instagramable, demam liburan (travel hype) ini pun ditanggapi pengusaha dengan mengkreasikan tempat-tempat wisata sesuai dengan trend kekinian. 

Tak perlu berinvestasi mahal, cukuplah dengan membuat beragam spot foto yang menurut anak-anak muda sekarang bisa memuaskan eksistensi dan pengalaman wisata mereka saat mengunggahnya ke media sosial. Seperti panggung berbentuk hati, aneka model tempat tidur gantung (hammock) atau model-model rumah hobbit dan miniatur rumah adat.

Hammock, fasilitas wajib bagi wisata hutan kekinian (dok.pribadi)
Hammock, fasilitas wajib bagi wisata hutan kekinian (dok.pribadi)
Saya mengambil contoh tempat wisata Coban Rais dan Coban Talun di kota Batu. Kedua tempat wisata ini dulunya hanya dikenal karena air terjun dan bumi perkemahannya. 

Sekarang, aneka wahana baru dibuat se-fotogenik mungkin. Tujuannya tentu saja untuk menggaet pengunjung dari Generasi Z yang haus akan eksistensi lewat selfi. 

Ada Kampung Apache di dalam Coban Talun, dan ada hammock bertumpuk di Coban Rais. Pengunjung pun  tidak perlu membayar mahal, cukup dengan membayar uang parkir dan retribusi foto seharga 5 ribu sampai 7 ribu rupiah. Murah, dan tentu saja meriah oleh pengunjung yang datang.

Masih di kawasan Kota Wisata Baru, siapapun sekarang kenal dengan Taman Kelinci dan Goa Pinus. Dulunya, Taman Kelinci adalah tanah kosong berkontur miring, yang kemudian disulap dengan ditambahkannya rumah-rumah mungil yang diisi kelinci-kelinci imut dan rerumputan yang rapi. 

Goa Pinus, yang berada tak jauh dari Taman Kelinci, juga hanya sekumpulan pohon-pohon pinus di kaki gunung Banyak, yang kemudian diberi pintu gerbang menarik, dibuatkan miniatur rumah adat Honai serta anjungan perahu di tepi tebingnya. Pengunjung pun terpuaskan dengan hanya mengambil foto-foto selfie atau wefie saja.

berfoto ria, hal utama yang harus dilakukan disaat demam liburan (dok.pribadi)
berfoto ria, hal utama yang harus dilakukan disaat demam liburan (dok.pribadi)
Wisata hutan kekinian tak hanya menjamur di daerah Malang saja. Oleh pengusaha yang jeli melihat peluang, beberapa kawasan hutan di berbagai daerah pun kini sudah banyak dirubah menjadi tempat wisata baru. 

Asalkan tidak merusak habitat aslinya, konsep wisata hutan kekinian patut didukung dan diacungi jempol. Selain menawarkan alternatif tempat wisata yang murah meriah, menjamurnya wisata hutan kekinian juga bisa menumbuhkan perekonomian masyarakat setempat, dan juga menciptakan lapangan pekerjaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun