Jakarta akhirnya mempunyai pemimpin baru. Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno akhirnya dipilih mayoritas warga Jakarta untuk memimpin Daerah Khusus Ibukota ini selama lima tahun kedepan.Terlepas dari tegang dan panasnya Pilkada Jakarta sebelumnya, warga Jakarta kini menanti bagaimana pemimpin baru mereka membenahi Ibukota Indonesia ini menjadi lebih baik lagi. Janji-janji saat kampanye pun mulai ditagih.
Kepemimpinan Anies-Sandi baru berjalan dua bulan lebih, tapi dalam kurun waktu tersebut sudah banyak pro dan kontra yang menyertai setiap kebijakan pemimpin baru Jakarta tersebut. Kontroversi pertama muncul sesaat setelah Anies Baswedan berpidato dalam pelantikan dirinya di Balaikota DKI Jakarta.Â
Penyebabnya sederhana: sepatah kata "Pribumi" yang diucapkan Anies dalam pidatonya. Meski begitu, diksi Pribumi ternyata mampu menyulut reaksi beragam dari segenap warga, tak hanya di Jakarta saja, tapi sudah menjadi isu nasional. Anies dianggap rasis, dan membuka luka lama yang sudah berusaha dikubur oleh pemerintah.
Dalam sebuah artikel, saya mengulas bahwa yang menyebut "Pribumi" adalah rasis berarti gagal paham. Tak ada yang kontroversial dalam pidato Anies yang memuat diksi Pribumi tersebut karena beberapa pejabat sebelumnya juga pernah mengucapkan pidato yang memuat diksi Pribumi.Â
Tak kurang dari Presiden Joko Widodo sendiri juga pernah diberitakan berpidato dengan kata Pribumi, meski kemudian berita tersebut diralat oleh media menyusul meluasnya kontroversi diksi Pribumi.
Belum reda kontroversi Pribumi, Gubernur baru Jakarta kembali menjadi perhatian nasional. Anies resmi menutup Hotel Alexis. Sebenarnya tidak tepat kalau dikatakan menutup, karena faktanya Pemprov DKI tidak memperpanjang ijin operasional dari hotel tersebut. Kebijakan ini tentu saja ramai diperbincangkan dan menjadi isu hangat di seantero Indonesia.
Rullysyah mengatakan bahwa keputusan Pemprov DKI Jakarta yang tidak memperpanjang ijin operasional hotel Alexis membuat Anies Baswedan menjadi semakin "seksi". Ada dua poin krusial yang membuat keputusan tersebut bisa melambungkan nama sang Gubernur.Â
Yang pertama adalah Anies sudah "MEMBAYAR CASH" salah satu janji kampanyenya yang menyebut akan menutup Hotel tersebut. Cukup tinggi nilai kredibilitas yang didapat Anies terhadap para pendukungnya terkait soal ini.
Poin yang kedua, selain Pendukung Anies (masyarakat yang diberi janji politik), masyarakat luas lainnya baik yang tinggal di Jakarta maupun di luar Jakarta yang sudah lama ini tidak suka dengan keberadaan Hotel Alexis akhirnya mulai timbul simpati kepada Anies Baswedan. Mereka salut dengan Keberanian dan Keteguhan Anies Baswedan menutup Hotel "Surga Dunia" itu.
Memasuki bulan November, warga Jakarta pun kembali menagih janji kampanye dari Gubernur Baru, yakni penanganan banjir. Siapapun calon, kandidat, atau pasangan pemimpin yang terpilih di DKI Jakarta, bisa dipastikan banjir adalah salah satu bahan jualan mereka. Dan ketika banjir kembali menerpa, Yeremias Jena menyoroti solusi dan cara Anies Baswedan menanggapi banjir kali ini.Â
Dalam menanggapi banjir di Kampung Baru Ulujami, Anies memerintahkan bawahannya untuk membereskan banjir tersebut, bagaimanapun caranya. Karena menurut Anies, warga tahunya banjir harus segera dibereskan, dan bagaimana caranya itu adalah urusan pemerintah. Model tanggapan Anies ini tentu saja langsung mendapatkan reaksi dari warga, terutama warganet.Â
Banyak yang kemudian membandingkan pola kepemimpinan Anies dengan gubernur sebelumnya, yang tidak asal main perintah. Dan dalam penanganan banjir ini, banyak warga yang menyarankan agar setidaknya Anies mau belajar dari pemimpin sebelumnya supaya ada semacam sharing pengetahuan untuk penanganan banjir yang lebih baik lagi.
Banjir masih berpotensi merepotkan Anies-Sandi, tapi sudah ada persoalan baru yang mendesak untuk ditangani kedua pemimpin baru Jakarta tersebut. Zulfikar Akbar mengatakan bahwa Tanah Abang sudah menunggu Bang Anies. Menurutnya, saat Anies-Sandi disahkan sebagai gubernur DKI, ada sebagian besar pedagang di sana yang juga ikut melompat-lompat kegirangan.Â
Sebab mereka merasa "merdeka" dengan kedatangan gubernur baru, yang diyakini akan lebih ramah kepada mereka. Dalam sebuah wawancara di televisi, seorang pedagang mengatakan bahwa kesemrawutan yang muncul kembali di Tanah Abang adalah akibat ulah pejalan kaki! Tentu saja kesemrawutan tersebut akan merepotkan Anies Sandi karena mereka sudah terlanjur memunculkan citra bahwa mereka dapat menjadi sahabat bagi kalangan masyarakat yang masuk kategori akar rumput, seperti para pedagang pinggir jalan di Tanah Abang tersebut.
Dan ketika Anies-Sandi mulai menata kawasan Tanah Abang, kontroversi pun kembali menyeruak. Pasalnya, Anies menutup ruas jalan Jati baru dan memberi kesempatan pedagang kaki lima untuk membuka lapak mereka di jalan tersebut, bahkan difasilitasi dengan tenda. Ahmad Saukani mengatakan bahwa kebijakan Anies tersebut sudah benar.Â
Terlebih ketika penutupan itu juga dibarengi dengan disediakannya Bus Explorer yang dioperasikan secara gratis dari stasiun ke stasiun dengan rute mengelilingi Tanah Abang. Dengan begitu, paling tidak Anies sudah mengurai satu permasalahan. Â Â
Senada dengan Ahmad Saukani, Ken Hirai juga mengatakan pola penataan baru di Tanah Abang tersebut menguntungkan para pedagang sekaligus para pejalan kaki.Â
Jika sebelumnya dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dari stasiun Tanah Abang ke Blok A karena jalan dan trotoar dipenuhi PKL, kini dengan Bus TransJakarta bisa dicapai hanya dalam waktu 10 menit. PKL pun merasa senang karena omzetnya naik berlipat-lipat dan tidak takut lagi operasi Satpol PP.Â
Para pejalan kaki pun mendapatkan haknya menggunakan trotoar dengan nyaman dan aman. Tentu saja karena sifatnya solusi sementara, evaluasi secara menyeluruh harus segera dilakukan.
Tahun 2017 sebentar lagi akan berlalu. Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta yang baru sudah akan disambut dengan berbagai persoalan yang dihadapi warganya di tahun 2018. Patut ditunggu, seperti apa pola kepemimpinan mereka berdua di tahun yang disebut sebagai tahun politik tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H