Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menimbang Letusan Gunung Agung sebagai Atraksi Wisata

7 Desember 2017   12:35 Diperbarui: 7 Desember 2017   12:46 1588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penduduk mengabadikan letusan gunung berapi di Hawaii (Getty Images via BBC.com)

Benarkah letusan gunung berapi di Indonesia bisa dijadikan atraksi wisata? Sampai saat ini, wacana yang  dilontarkan Presiden Jokowi tersebut masih menuai pro dan kontra. Presiden menyampaikan wacana tersebut menyikapi letusan Gunung Agung di Bali beberapa waktu yang lalu. Menurut Presiden, manajemen bencana saat ini sudah terkoordinasi dengan baik sehingga wisatawan tak perlu ragu untuk tetap datang ke Bali, sekaligus menjadikan erupsi Gunung Agung sebagai sebuah tontonan yang menakjubkan.

"Wisatawan tak perlu ragu datang ke Bali. Bahkan mungkin mereka bisa mendapat tontonan tambahan yaitu atraksi gunung berapi. Mereka bisa melihat bagaimana gunung itu erupsi. Yang penting keselamatan masyarakat terjaga dengan baik," kata Presiden.

Menjadi sebuah pertanyaan, apakah pernyataan Presiden tersebut didukung dengan data dan fakta yang benar?

Yang terjadi adalah sebaliknya. Erupsi Gunung Agung tidak membuat wisatawan lokal atau mancanegara berbondong-bondong datang ke Bali. Kondisi Gunung Agung, yang sempat melontarkan awan panas setinggi 700 meter tersebut membuat banyak negara mengeluarkan travel warning bagi warganya untuk tidak datang ke Bali. Imbasnya, tingkat hunian hotel-hotel di Bali pun menurun drastis, bahkan mencapai titik terendah. Beberapa pusat wisata seperti Ubud, Kuta, dan Legian juga mendadak sepi.

Hampir lumpuh, itulah yang dialami bisnis pariwisata di Bali saat Gunung Agung meletus. Ketika erupsi memuncak, Bandara Ngurah Rai pun ditutup total selama 2 hari. Imbasnya, wisatawan luar yang hendak ke Bali harus membatalkan kunjungan mereka. Begitu pula dengan wisatawan di Bali yang akan pulang, terpaksa harus menunda, atau mengalihkan penerbangan mereka melalui bandara lain yang terdekat seperti Lombok atau Surabaya.

Penundaan kepulangan inilah yang kemudian dimanfaatkan para wisatawan untuk mengabadikan detik-detik meletusnya Gunung Agung. Sebuah kejadian yang langka, dan mungkin tidak akan pernah mereka saksikan kembali. Berbagai foto dengan latar belakang Gunung Agung yang meletus menghiasi dunia maya, disertai tagar #BaliTetapAMan.

wisatawan asing melihat erupsi Gunung Agung dari kejauhan (AntaraFoto)
wisatawan asing melihat erupsi Gunung Agung dari kejauhan (AntaraFoto)
Memang, diluar radius 12 kilometer dari Gunung Agung, Bali Tetap Aman. Di Denpasar misalnya, hanya terkena debu-debu halus akibat paparan erupsi Gunung Agung. Aktivitas sehari-hari masyarakat juga tidak terganggu sama sekali sebagaimana hari-hari sebelum Gunung Agung meletus. Hanya saja tampak sedikit perbedaan, yaitu lengangnya kawasan pariwisata.

Begitu bandara Ngurah Rai dibuka kembali, belum terlihat juga ledakan kedatangan wisatawan. Padahal, bulan Desember ini adalah musim puncak pariwisata. Kemungkinannya, para wisatawan masih menunggu status Gunung Agung, apakah masih berpotensi meletus atau benar-benar sudah aman sehingga mereka bisa berkunjung ke Bali.

Kembali ke wacana atraksi wisata letusan gunung berapi, apakah itu memungkinkan bisa dilakukan saat Gunung Agung meletus? Sebagaimana yang dinyatakan Deputi bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Wisnu Wijaya. Menurut Wisnu, Bali bisa menjadikan fenomena gunung meletus sebagai salah satu atraksi wisata. Kata dia, ini bukan ide yang mengada-ada sebab hal serupa juga pernah diterapkan di Hawai yang menggunakan fenomena aliran lava sebagai objek foto yang indah. "Hawai kan pulau gunung api lavanya kita tahu lava cair keluar dan mengalir kemudian menyala dan jadi objek foto bagus," katanya.

Pada dasarnya, bisa atau tidaknya letusan gunung berapi menjadi atraksi wisata harus dilihat terlebih dahulu pada karakteristik letusan gunung berapi tersebut. Menyamakan letusan gunung Agung dengan letusan gunung berapi di Hawaii jelas sangat tidak mendasar karena karakteristik erupsi gunung Agung sangat berbeda dengan gunung berapi di Hawai.

Menurut pakar vulkanologi Surono, erupsi Gunung Agung termasuk letusan freatik yang disebabkan adanya kontak air dengan magma. "Begitu air kontak langsung dengan panas atau proses pemanasan yang disebut konduksi, air itu akan berubah fase dari air menjadi uap. Karena itu, tekanannya lebih tinggi dan ingin keluar. Pada saat keluar itulah menjadi letusan freatik yang didominasi uap air," kata pria yang akrab dipanggil Mbah Rono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun