Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menimbang Kembali Posisi Indra Sjafrie

6 November 2017   15:46 Diperbarui: 6 November 2017   15:56 2426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pelatih timnas U-19 Indonesia, Indra Sjafrie (sumber foto: cnnindonesia)

Timnas U-19 menelan kekalahan telak 1-4 dari musuh bebuyutan Malaysia U-19 dalam lanjutan kualifikasi Piala AFC U-19 di Korea Selatan. Anak asuh Indra Sjafrie terlihat kewalahan menghadapi militansi permainan Malaysia yang bermain lepas. Dua gol cepat dari Malaysia di awal babak pertama seakan meruntuhkan kepercayaan diri para pemain Indonesia, meski sempat membalas lewat gol striker Hanis Saghara. Sayang, itulah gol satu-satunya dari Indonesia karena di awal babak kedua Malaysia kembali menambah dua gol dalam rentang waktu yang singkat. Skor 1-4 berakhir hingga peluit akhir pertandingan berbunyi.

Kekalahan dari Malaysia menyisakan kekecewaan bagi suporter timnas. Suara-suara yang menuntut PSSI mempertimbangkan kembali posisi Indra Sjafrie sebagai pelatih Timnas U-19 kian kencang. Beruntung Timnas U-19 masih bisa lolos ke putaran final dengan status sebagai tuan rumah. Meski begitu, melihat permainan timnas di ajang kualifikasi kali ini, tuntutan mundur kepada Indra Sjafrie layak dipertimbangkan.

Sempat percaya diri ketika mampu berpesta gol ke gawang Brunei Darussalam dan Timor Leste, Egy Maulana Vikri dkk langsung menurun performa permainannya ketika menghadapi Korea Selatan dan Malaysia. Total 8 gol bersarang dalam dua pertandingan terakhir timnas U-19. Kalah dari Korea Selatan mungkin masih dimaklumi karena memang mereka masih satu kelas diatas timnas U-19. Tapi kalah dari Malaysia adalah hal yang memalukan dan seharusnya tidak perlu terjadi.

Indra Sjafrie sendiri beralasan tekanan pada Timnas U-19 tidak terlalu tinggi karena sudah otomatis lolos sebagai tuan rumah. Sehingga ketika menghadapi Malaysia, dia mencoba komposisi yang berbeda. Meski begitu, secara strategi permainan, anak asuh Indra Sjafrie tidak jauh berbeda ketika melawan Korea Selatan. Miskin kreasi di lapangan tengah, tidak maksimal dalam peluang para pemain depannya, serta pemain belakang yang mudah gugup dalam menghadapi serangan lawan. 

Tipikal strategi Indra Sjafrie mudah ditebak. Dia terlalu tergantung pada satu dua pemain yang menonjol, dan strategi permainan yang selalu diulang-ulang. Lihatlah ketika Egy Maulana Vikri tidak dimainkan, atau ketika dulu jaman Evan Dimas juga tidak dimainkan, permainan anak asuh Indra Sjafrie cenderung goyah. Padahal, dengan status lolos otomatis, semestinya Indra SJafrie bisa menginstruksikan para pemainnya untuk bermain lepas pula tanpa beban. Yang terlihat ketika bertanding melawan Korea Selatan, dan terlebih melawan Malaysia, para pemain Timnas U-19 seakan menanggung beban harus menang. Bisa jadi karena mereka terpicu omongan ketua PSSI Letjend Edy Rachmayadi, bahwa melawan tim sekelas Korea selatan timnas bisa menang 1-0, apalagi melawan Malaysia.

Lantas, jika bukan Indra Sjafrie, siapa sosok pelatih yang bisa menangani timnas U-19?

Untuk menghadapi event putaran final Piala Asia U-19 nanti, PSSI mungkin bisa mempertimbangkan nama Fachri Husaini, yang saat ini menangani Timnas U-16. Berbeda dengan Indra Sjafrie, tipikal strategi dari Fachri Husaini tidak terlalu pakem pada satu dua pemain atau satu strategi saja. Fachri juga dinilai lebih mampu memaksimalkan sumber daya pemain yang dia miliki. Selain itu, dari sisi psikologis, Fachri juga cenderung berperan kebapakan, dia memposisikan sebagai seorang ayah dari para pemainnya. Dengan demikian, ada ikatan emosional antara pelatih dan pemain.

Sisi psikologis Fachri yang menonjol terlihat ketika Menpora membekukan PSSI dan kemudian PSSI akhirnya membubarkan timnas U-16 dan timnas U-19 yang kala itu keduanya dilatih oleh Fahcri Husaini. Sambil menahan kesedihan yang mendalam, Fachri mengungkapkan betapa anak asuhnya yang berjumlah 52 anak itu menangis dan tidak percaya, kebersamaan yang sudah dijalin dalam pelatnas selama satu tahun harus berakhir seperti itu. Ketika kabar pembubaran itu diterima Fachri dan harus dia sampaikan pada anak asuhnya, meledaklah tangis dari para pemain bola muda belia itu. Satu persatu para pemain timnas itu memeluknya dan bertanya, bagaimana kelanjutan karir mereka?

Fachri pun mempertanyakan kepada Menpora perihal kelanjutan nasib para anak asuhnya tersebut. "Saya ingin meminta solusi dari Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi). Solusi apa yang ditawarkannya untuk 52 pemain Timnas Indonesia U16 dan U19," lanjut mantan gelandang Timnas Indonesia ini. Untunglah, ketika PSSI sudah aktif kembali, Fachri Husaini kembali dipercaya untuk menangani timnas U-16. Sementara untuk kendali timnas U-19 PSSI lebih memilih Indra Sjafrie.

Andai tidak lagi menangani kepelatihan timnas U-19, Indra Sjafrie masih dipertimbangkan PSSI untuk mengisi posisi lain yang tidak kalah pentingnya. Head of Scout, atau Direktur Pemantau Bakat dari PSSI. Di negara-negara yang sepakbolanya sudah maju, posisi Scout/Pemantau Bakat sangat penting. Gunanya untuk memantau, menyeleksi dan menginventarisir serta membangun database para pemain, untuk nantinya bisa dipilih oleh para pelatih timnas masing-masing kelompok umur. Posisi ini sebenarnya sangat dibutuhkan PSSI, mengingat luasan negara kita yang tersebar dalam ribuan pulau. Ada berjuta-juta anak muda berbakat sepakbola di luar sana, yang mungkin saja luput dari radar para pelatih klub maupun timnas. Dengan membangun jaringan scout di masing-masing daerah, PSSI bisa mempunyai lebih banyak alternatif pemain bola yang berbakat.

Indra Sjafrie sebenarnya lebih cocok menjabat Kepala Pemantau Bakat. Insting dan radar Indra Sjafrie dalam memantau dan mengetahui mana pemain yang berbakat dan mana yang tidak, sudah sangat matang dan teruji. Egy Maulana Vikri hanya satu contoh saja. Lihatlah nama-nama mantan punggawa timnas U-19 saat menjuarai AFF U-19 tahun 2013 yang lalu. Hampir semua nama yang kini jadi andalan di klub masing-masing adalah hasil dari pantauan radar Indra Sjafrie. Begitu pula dengan para pemain timnas U-19 saat ini.

Kolaborasi Indra Sjafrie sebagai Kepala Pemantau Bakat, dengan Fachri Husaini yang menangani timnas usia muda, serta Luis Milla atau siapapun pelatih timnas senior nanti, niscaya akan menghasilkan komposisi pemain timnas yang mumpuni, yang benar-benar diisi oleh pesepakbola berbakat dari seluruh penjuru tanah air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun