Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tugu di Lautan Pasir Gunung Bromo, untuk Apa?

15 Oktober 2017   23:00 Diperbarui: 16 Oktober 2017   08:23 7245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih yang tidak kenal Gunung Bromo? Wisata alam yang terletak di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur ini namanya sudah mendunia dan menjadi primadona pariwisata Jawa Timur dan Indonesia. 

Konon, salah satu spot terbaik di dunia untuk melihat matahari terbit adalah di Gunung Bromo. Tak heran jika banyak wisatawan lokal atau mancanegara yang berwisata ke Gunung Bromo hanya dengan satu tujuan, yakni melihat langsung terbitnya matahari dari balik Gunung Bromo. Foto-foto panorama Gunung Bromo pun sudah banyak diakui sebagai salah satu foto pemandangan terindah.

Baru-baru ini, komunitas fotografi Indonesia dibuat gerah dan jengkel dengan dibangunnya dua buah tugu nama (signage) di sekitar lautan pasir Gunung Bromo. Tugu yang dibangun oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTNBTS) ini berbentuk memanjang, yang bertuliskan The Sea of Land Bromo Tengger Semeru terletak di area lautan pasir. 

Dan satu lagi bertuliskan Bukit Teletubbies Bromo Tengger Semeru terletak di area padang savannah Gunung Bromo. Karena dianggap merusak estetika pemandangan alami dari Gunung Bromo, Masyarakat Fotografi Indonesia menulis surat terbuka yang berisi pesan protes keras yang ditujukan kepada Kementrian Pariwisata, Kementrian Lingkungan Hidup, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Presiden Joko Widodo. Mereka mempertanyakan keberadaan tugu di lautan pasir gunung bromo untuk apa?

Tugu Bukit Teletubbies di bukit savannah gunung Bromo (dok. Yulianus Ladung. MFI)
Tugu Bukit Teletubbies di bukit savannah gunung Bromo (dok. Yulianus Ladung. MFI)
Dalam surat terbuka itu, Sigit Pramono, selaku Dewan Pembina Masyarakat Fotografi Indonesia (MFI) meminta agar BTNBTS dan Kementrian Pariwisata membongkar dua tugu penanda tersebut. Menurut Sigit, keberadaan dua tugu itu sangat tidak berguna sama sekali dan dinilai hanya menghambur-hamburkan uang. S

emua wisatawan yang datang ke Gunung Bromo sudah tentu tahu bahwa mereka sedang berada di Gunung Bromo, sehingga tidak memerlukan sebuah penanda apapun. Yang lebih fatal, keberadaan tugu tersebut justru dinilai merusak estetika pemandangan alami dari Gunung Bromo itu sendiri.

Gunung Bromo adalah wisata alam yang sudah mendunia. Panorama alaminya sudah menjadi penanda bagi Gunung Bromo itu sendiri sehingga tidak memerlukan tugu nama atau penanda lainnya. Apalagi, di beberapa lokasi pintu masuk sudah terdapat pintu gerbang yang menandakan wisatawan sudah memasuki kawasan Gunung Bromo. Lain halnya jika tempat wisata itu adalah wisata buatan manusia. Keberadaan penanda atau tugu nama masih bisa ditolerir, bahkan kadang dinilai perlu.

pintu gerbang masuk wisata Bromo (dok. Yogyakartaguidedriver.com)
pintu gerbang masuk wisata Bromo (dok. Yogyakartaguidedriver.com)
Jika memang ada dana untuk keperluan pembanguna kawasan wisata Gunung Bromo, Masyarakat Fotografi Indonesia menyarankan untuk membangun toilet dan rest area. Hingga saat ini, keberadaan toilet dan rest area di kawasan wisata Gunung Bromo masih sangat minim. Padahal Gunung Bromo merupakan salah satu dari 10 tempat wisata prioritas yang ditetapkan pemerintah.

Ke depannya, selain membongkar kedua buah tugu yang tidak berguna itu, hendaknya pihak BTNBTS atau Kementrian Pariwisata bisa bekerjasama dan berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait yang mempunyai kompetensi di bidang pariwisata jika ada kehendak untuk membangun dan mengembangkan kawasan pariwisata setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun