Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

14 Triliun, Harga yang Murah untuk Tokopedia

24 Agustus 2017   13:49 Diperbarui: 27 Agustus 2017   18:45 28284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di awal munculnya start up Marketplace di Indonesia, ada sebuah pertanyaan yang mengganjal. Dari manakah mereka mendapat keuntungan? Pertanyaan itu muncul karena marketplace tersebut memberikan fasilitas serba gratis bagi para penjual yang menaruh barang dagangannya.

Ada yang bilang keuntungannya berasal dari iklan adsense. Ada juga yang bilang pendapatan marketplace itu berasal dari membership VIP. Artinya penjual yang jadi member (alias yang tidak gratisan) bisa mendapat fasilitas lebih, misal produknya muncul di halaman pertama, dlsb.

Tapi, jawaban-jawaban itu langsung buyar begitu satu persatu marketplace itu membuat advertorial yang gencar dan wah. Tak hanya sekadar baliho dan bilboard di jalanan. Iklan di televisi pun kian marak diisi marketplace.

Terlebih ketika satu demi satu marketplace hasil karya anak bangsa diakuisisi pihak luar dengan nilai yang fantastis, mencapai angka Triliunan!

Sedemikian besarkah potensi start up marketplace di Indonesia?

Jika hanya mengandalkan pendapatan dari iklan adsense dan membership belaka, wajar jika kemudian ada sebagian pelaku pasar modal yang bilang, investor start up marketplace hanya sekedar membakar uang! Nonsense dan tak masuk diakal, menggelontorkan uang milyaran hanya demi pendapatan dari iklan adsense dan membership penjual.

Start up marketplace yang pertama diakuisisi adalah Bekas dot com. Pasar online khusus barang-barang bekas ini diakuisisi oleh Tokobagus. Dalam perjalanan waktu, Tokobagus yang performanya menanjak dan lagi naik daun akhirnya dicaplok oleh OLX.

Setelah itu, satu demi satu muncul start up marketplace lainnya. Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Matahari Mall, Bhinneka, Blibli, Blanja, dan yang terbaru adalah Shopee.

Pasar-pasar online tersebut akhirnya gencar mencari penjual sebanyak-banyaknya.

Ambil contoh Lazada. Dulu pasar online ini identik dengan barang-barang kelas menengah keatas. Macam sepatu, hape, barang-barang fashion, dan aksesoris wanita. Kini, Lazada gencar mencari UKM-UKM dengan berbagai variasi barang dagangan. Tujuannya jelas, untuk menambah referensi pembeli agar hanya belanja di satu tempat saja.

Kembali ke pertanyaan awal, terus dari mana para marketplace tersebut mendapat keuntungan?

Seiring bergesernya pola konsumsi masyarakat, dari yang semula konvensional berpanas hujan ke pasar dan toko sebelah menjadi online shopping, pertanyaan tersebut akhirnya terjawab.

Setidaknya ada tiga sumber pemasukan utama marketplace.

Pertama, tentu saja dari membership. Saya mengambil contoh Tokopedia. Di sana, ada keanggotaan biasa yang gratis (silver merchant) dan ada keanggotaan VIP (gold merchant). Keuntungan dari gold merchant adalah toko si penjual mendapat badge emas yang mudah dikenali di aplikasi, dan muncul di posisi atas daftar pencarian. Berapa ongkos menjadi gold merchant? 150 ribu untuk masa satu bulan saja.

Nah, sekarang coba dihitung, seandainya ada 100 ribu seller/penjual mendaftar jadi gold merchant, maka dalam satu bulan saja Tokopedia mendapat pemasukan 15 milyar!

Menggiurkan bukan? Itu hanya dari keanggotaan gold merchant.

Sumber pemasukan yang kedua adalah dari iklan. Jangan salah, bukan iklan adsense punya mbah google, tapi iklan yang ditawarkan marketplace kepada para penjual. Dengan semakin berjibunnya penjual di sebuah marketplace, otomatis persaingan semakin ketat. Maka, iklan adalah salah satu jalan bagi toko si penjual untuk menggaet pembeli di marketplace tersebut.

Kali ini saya mengambil Shopee sebagai contoh. Bagi penjual di Shopee, ada fitur Iklanku. Biaya minimal yang dibebankan untuk penjual yang hendak memasang iklan adalah 20 ribu. Slot iklan dihitung dari keyword/kata kunci yang dikehendaki si penjual. Dan tarif keyword berbeda-beda, tergantung seberapa populer kata kunci tersebut. Semakin populer kata kuncinya, biaya per klik nya juga semakin besar. Mirip dengan google adwords.

Nah, dengan biaya 20 ribu, berapa lama durasi iklan didapat? Tak lebih dari satu hari! Sekarang kita coba hitung, jika ada 100 ribu seller memasang iklan senilai 20 ribu, maka dalam satu hari saja Shopee mendapat pemasukan 2 Milyar!

Sumber pemasukan ketiga adalah dana yang mengendap. Proses transaksi di marketplace sudah tentu tidak bisa satu hari langsung selesai. Butuh waktu berhari-hari, tergantung kecepatan kurir pengiriman. Nah, selama jangka waktu barang dikirim hingga barang diterima oleh si pembeli dan transaksi dinyatakan selesai, berapa banyak uang yang mengendap di rekening marketplace? Angkanya bukan lagi miliaran, tapi sudah triliunan!

Tak heran, jika raksasa e-commerce Cina, si Alibaba dengan entengnya menggelontorkan dana 14 triliun untuk membeli saham Tokopedia, dan itu pun masih dikatakan saham minoritas.

Sejatinya, Alibaba tahu benar betapa besar potensi marketplace di Indonesia, terlebih dengan melihat pola konsumsi dan faktor psikologis masyarakat Indonesia. Dan boleh dibilang, Tokopedia adalah marketplace terbesar dan terlengkap saat ini.

Maka, apakah kini ada yang berani bilang Alibaba hanya sekedar membakar uang 14 triliun?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun