Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perang Aceh, Semangat Jihad dan Spirit Subuh Berjamaah 1212

12 Desember 2016   16:48 Diperbarui: 12 Desember 2016   17:03 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: hellohijabers.files.wordpress.com

"Siapa yang ingin berjihad di jalan Allah, saya tunggu di bukit ini ba'da Subuh"

Kalimat di atas sangat melekat dibenak saya, meski sudah lama saya mendengarnya disebuah film kepahlawanan berjudul Cut Nyak Dien. Kisah kepahlawanan para pejuang Aceh yang gagah perkasa melawan penjajah Belanda ketika itu. Kalimat penuh semangat dan mengandung ruh jihad itu diucapkan oleh seorang panglima perang Aceh, Teuku Umar dihadapan para pejuangnya.

Saya sempat bertanya, "Kenapa ba'da Subuh ?"

Kala itu, jawaban yang saya dapat sangat polos, lumayan masuk akal, namun cukup menggelikan kalau dipikir-pikir. "Orang-orang Belanda itu kan nggak sholat Subuh, jadi kalau pasukan Aceh menyerbu ba'da Subuh, pasukan Belanda masih tidur dan tidak siap menghadapi serangan".

Seiring dengan waktu, saya mendapatkan jawaban yang mudah-mudahan lebih tepat untuk pertanyaan "Kenapa ba'da Subuh ?"

Diantara lima waktu sholat wajib, Subuh dianggap paling berat meskipun jumlah rekaat nya paling sedikit. Bangun Subuh, mendirikan sholat dan berjemaah di mesjid adalah perjuangan berat bagi sebagian orang.

Bangunnya saja perlu perjuangan, beberapa mata tak sanggup terbuka, sebagian bangun dengan bermalas-malasan, ada yang terbangun kemudian terlelap lagi, ada yang bergerak hanya untuk mengambil selimut dan melanjutkan mimpi, dan ada pula yang tak bergerak sama sekali dan terus mendengkur.

Ada orang-orang yang perlu bantuan orang lain untuk bangun Subuh.

Kalaupun sudah bangun, ada yang menunda-nunda sholatnya. Ada pula mendirikan sholatnya dalam keadaan malas, itu terlihat dari gerakan sholatnya yang terburu-buru atau dari sikap berdirinya yang tidak tegap. Dan ada loh yang sholat sambil matanya terpejam atau sholatnya sambil berkali-kali menguap.

Sampai disini sebenarnya sudah lumayan bagus, yang penting masih mau sholat Subuh. tetapi bagi orang-orang yang lebih beriman, ketika Adzan berkumandang ia akan semangat bergegas membasuh muka dan berwudhu. Bahkan sebagian lainya menyesal jika hanya terbangun pada saat Adzan, sebab ia biasanya bangun disepertiga malam (sholat tahajud) dan tak tidur lagi sampai waktu Subuh. Orang-orang ini rela mengorbankan kenikmatan tidurnya serta meminimalkan istirahatnya.

Kesungguhannya semakin teruji ketika ia memilih untuk "membelah" fajar, menerobos udara dingin menuju mesjid untuk sholat berjemaah.

Orang-orang yang bersungguh-sungguh diwaktu Subuh inilah yang dipilih, seperti Muhammad yang terpilih untuk mengangkat Hajar Aswad karena tiba di Ka'bah lebih dahulu.

Maka wajar jika Teuku Umar meminta para pejuangnya berkumpul persis ba'da Subuh, karena ia hanya ingin berjuang bersama orang-orang yang memiliki semangat pengorbanan, yang jiwanya dipenuhi kesungguhan rata-rata kebanyakan orang lainnya.

Mereka yang tak bangun Subuh, bukan saja tertinggal tak ikut berjuang, melainkan memang tak dibutuhkan sama sekali dalam perjuangan karena dianggap tak bersungguh-sungguh.

Pagi tadi, Ummat islam Indonesia kembali menggelorakan semangat jihad melalui gerakan subuh berjamaah 1212 di beberapa masjid raya di berbagai kota di Indonesia. Gerakan sholat subuh berjamaah ini hendaknya bisa menjadi semangat baru bagi kaum muslim Indonesia, semangat untuk semakin mendekatkan diri pada Ilahi, semangat untuk semakin memberikan warna persatuan bagi ummat islam, dan semangat untuk berjihad demi kemuliaan Islam.

Hanya saja, jangan sampai semangat subuh berjamaah ini hanya terpaku pada satu waktu, dan satu gerakan saja. Semangat dan kesungguhan yang diperoleh dari kebiasaan sholat Subuh, bisa kita terapkan dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan. Seberat apapun masalah, pasti ada jalan keluarnya.

Masalahnya adalah apakah kita memiliki semangat dan kesungguhan di atas rata-rata untuk mencari jalan keluar nya ? Jika belum, mungkin ada baiknya kita mulai dengan sama-sama memperbaiki Subuh kita. Mau ?

*artikel ini ditulis ulang dari blog pribadi catatan-primata.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun