Jujur saja, sebelum saya menerima email undangan dari mas Harris Maulana, saya tidak kenal dengan dua nama berikut : Jorge Blass dan SOS Children's Village. Undangan email dari mas Harris Maulana, kompasianer Jakarta yang juga aktif di SOS Children's Village memaksa saya googling sejenak mencari informasi, apa dan siapa itu Jorge Blass dan SOS Children's Village. Dan akhirnya, saat datang ke lokasi dan bertemu langsung dengan yang bersangkutan, serta merta membuat saya angkat dua jempol, kagum dan respect.
Sekilas informasi saja, SOS Children's Village adalah organisasi nirlaba yang didirikan oleh veteran Perang Dunia ke-2 asal Austria, Herman Gmeiner yang juga seorang mahasiswa kedokteran sejak tahun 1949. Dari tahun tersebut hingga kini, SOS Children's Village sudah ada di 134 negara. Di Indonesia sendiri, SOS Children's Village baru terbentuk di tahun 1972, dengan lokasi pertama di Lembang, Bandung, yang kini menjadi kantor pusat SOS Children's Village untuk Indonesia. Hingga kini, sudah ada delapan lokasi SOS Children's Village, mulai dari Meulaboh, Banda Aceh, Bandung, Medan, Jakarta, Semarang, Bali, dan Flores.
Kegiatan SOS Children's Village menitikberatkan pada upaya pengasuhan berbasis keluarga (Family-Based Care) untuk anak-anak yang telah kehilangan atau beresiko kehilangan pengasuhan orang tua. Saat ini, SOS Children's Village Indonesia mengasuh 1300 anak di delapan lokasi village. Selain itu, juga terdapat 6500 anak yang masuk dalam program Family Strenghtening Program.
Di Bali, SOS Children Village berlokasi di desa Bantas, Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Berdiri diatas lahan 7 hektar, Village di Tabanan ini terdiri dari 12 rumah pengasuhan. Masing-masing rumah mempunyai maksimal 10 anak asuh, dari berbagai macam usia. Yang paling kecil adalah seorang balita berumur 4 bulan, hingga yang paling besar berusia 14 tahun. Dalam masing-masing rumah, terdapat seorang ibu pengasuh. Melalui ibu pengasuh inilah anak-anak mendapatkan segala keperluan mereka.
Mulai dari makan, pakaian, hingga biaya pendidikan di luar lingkungan diatur oleh sang ibu pengasuh. Didalam satu rumah pengasuhan, usia anak-anak yang diasuh diusahakan berjenjang. Jadi, tidak bisa satu rumah hanya diisi oleh anak-anak yang usianya sebaya semua. Ini memang disengaja, untuk menciptakan suasana dan kondisi seperti layaknya rumah tangga biasa, dimana ada kakak dan adik.
Sementara itu, Jorge Blass adalah seorang pesulap tenar asal negeri matador Spanyol. Kedatangannya ke Bali sebenarnya dalam rangka liburan pribadi.
Namun, karena Jorge Blass juga seorang donatur tetap, bahkan dijadikan Ambassador oleh SOS Children's Village Madrid, dalam kesempatan liburannya di Indonesia kali ini manajemen SOS Children's Village Indonesia sengaja "membajak" nya untuk menghibur anak-anak asuh di SOS Children's Village Bali melalui aksi-aksi sulapnya.
Hari itu (Sabtu, 16 Juli 2016), lima orang kompasianer Bali yang diundang sudah datang di Village. Selain saya, ada Mas Casmudi, Mas Darwin Mas Agung Soni dan Mbak Sri Rahayu, gerombolan tetap penghuni Kudeta (Kompasianer Pulau Dewata). Sambil menanti kedatangan sang pesulap Jorge Blass, kami pun berbincang-bincang sejenak dengan beberapa relawan dan pengurus untuk mengetahui informasi lebih lengkap tentang SOS Children's Village.
Akhirnya, pesulap yang dinanti itu pun tiba, disertai istri dan putranya Maximo yang baru berusia 6 tahun, serta Paco Lopez, Manager Humas SOS Children's Village Madrid yang juga teman dekat Jorge Blass. Usai istirahat sejenak, rombongan kompasianer diajak keliling Village berbarengan dengan rombongan Jorge Blass.
Setelah itu, kami pun diijinkan untuk mewawancarai sebentar bintang sulap negeri matador tersebut, yang ditemani oleh Direktur SOS Children's Village Indonesia, bapak Gregor Hadi Nitihardjo. Dalam wawancara tersebut, selain menanyakan profil pribadi sang pesulap, kami juga menanyakan program-program SOS Children's Village Indonesia. Sebenarnya, banyak kisah tentang pribadi sang pesulap yang diungkapkannya pada kami, kompasianer pulau dewata ini. Tapi, saya tulis intinya saja:
Jorge Blass yang kala itu berusia 12 tahun memulai debut sulapnya dengan belajar pada Juan Tamariz Academy di Madrid Spanyol. Terdaftar sebagai pesulap termuda pada komunitas sulap di Spanyol pada tahun 1993 memacu  dirinya untuk terus mengembangkan diri. Mengikuti berbagai konferensi dan simposium tentang sihir dan ilusi tingkat dunia mengantarkan Jorge Blass masuk ke jajaran pesulap dunia melalui berbagai penghargaan diantaranya ‘Sarmoti’ Awards pada tahun 2000 dari Pangeran Reinier di Las Vegas.
Mula hubungannya dengan SOS Children's Village diawalai usai pertemuan dan perkenalan dirinya dengan Paco Lopez, yang kini menjabat sebagai manager Humas SOS Children's Village Madrid, 15 tahun yang lalu. Ditahun 2015, Jorge Blass mengunggah sebuah video di youtube yang mengajak publikmelindungi dan lebih peduli kepada anak-anak  sebagai upaya penggalangan dana bagi anak-anakdi seluruh dunia.Â
Sementara pak Hadi Nitihardjo lebih banyak bercerita tentang suka-duka dan seluk beluk mengurus SOS Children's Village Indonesia. Mulai dari terbatasnya dana operasional saat awal mula berdiri, hingga anak-anak asuh yang kerap melarikan diri dari pengasuhan.
Boleh dikata, baru kali ini saya menyaksikan secara langsung dan dari dekat pula, bagaimana seorang pesulap, terlebih kelas dunia beraksi. Meski mata sudah melotot dan ingin tahu rahasia trik sulap, tetap saja saya tidak bisa mengikuti aksi kecepatan tangan Jorge Blass yang memainkan berbagai macam trik sulap kartu dan trik sulap lainnya tersebut. Kurang dari satu jam, Jorge Blass pun menyudahi aksi panggungnya. Meski lumayan singkat, tapi itu sudah lebih dari cukup menghibur segenap tamu yang hadir menyaksikan langsung.
Well, terima kasih tak terhingga pada teman-teman relawan SOS yang sudah mengundang kami kompasianer Bali, sehingga kami jadi lebih tahu seluk beluk SOS Children's Village, dan ragam tugas mulia kalian.
Maaf, kami tak bisa memberi sumbangsih lebih selain tulisan yang mengabarkan kalian pada masyarakat Indonesia...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H