5. Muara dari semua itu, kita akan memiliki Timnas yang kuat berprestasi, ada standar nilai, gunakan sport science, manajemen yang baik, dll.
Lantas, bagaimana dengan wacana KLB yang dihembuskan kelompok 85? Bahkan pemerintah sendiri melalui Menpora juga mengancam akan membekukan kembali PSSI jika tidak merespon permintaan KLB dari kelompok 85 voter tersebut.
Kembali lagi pada pernyataan presiden FIFA Gianni Infantino, "We must protect our associations from government interference,”. Jangan sampai kita terjebak diawal dengan 'bertempur' soal kekuasaan. Toh jika kita fokus 'bertarung' di tata kelola, ujungnya pasti KLB. Ribut rebutan kekuasaan dengan KLB lalu lupa hal2 subtansif yang diperlukan sepakbola kita, sama seperti keledai yang jatuh ke lubang yang sama. Bisa kita lihat, satu tahun perseteruan, tak ada satupun hal yang berkaitan dengan TATA KELOLA yang dihasilkan oleh pemerintah, seperti gembar-gembor awal mereka.
Dengan seabreg agenda di dalam Cooperative Agreement , ujungnya pasti bakal KLB karena semua hasil CA harus ditetapkan melalui mekanisme organisasi. Termasuk perubahan2 di dalam aturan organisasi yang didalamnya terdapat statuta federasi , yang bisa berlaku seketika setelah ditetapkan.
Sekarang tinggal kembali kepada negara dan PSSI , kita lihat apakah momentum ini bisa digunakan dengan baik untuk kemenangan sepakbola atau tidak. Ya ... Kemenangan Sepakbola , bukan kemenangan kepentingan pribadi atau kelompok , bisakah ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H