Dalam khutbah sholat Jumat di masjid kampung saya kemarin, Khatib mengetengahkan sebuah tema yang bagi saya merupakan hal yang baru: Makna asli Iedul Fitri dan Lebaran! Tentu saja baru bagi saya, karena selama ini selalu beranggapan bahwa lebaran itu ya Idul Fitri. Lebaran itu perayaan Idul Fitri, jadi gak ada bedanya.
Tapi, bagi Khatib sholat jumat kemarin, Lebaran sudah pasti berbeda dengan Idul Fitri. Menurut sang khatib, Lebaran bisa dirayakan oleh siapa saja, baik umat muslim maupun non muslim. Coba kita tengok di sekitar kita. Bukankah banyak pula rekan, tetangga, atau bahkan saudara kita yang non muslim juga ikut merayakan lebaran? Entah itu sekedar mengucapkan Selamat Idul Fitri, saling beranjang sana, kumpul-kumpul reuni saat di awal-awal bulan Lebaran, dan perayaan "lebaran" lainnya.
Saya jadi ingat dengan tradisi dalam keluarga ibu mertua saya. Beberapa saudara kandung ibu mertua adalah non muslim. Dan saat bulan Syawal, bulan lebaran ini, mereka pun ikut larut dalam perayaan lebaran.
Itulah penjelasan tentang makna perayaan lebaran. Sedangkan Idul Fitri, hanya bisa dirayakan dan dirasakan oleh umat muslim saja. Lebih spesifik lagi, Idul Fitri (kalau dalam versi penulisan asli bahasa arab: Iedul Fitr) hanya bisa dirasakan dan dirayakan oleh umat islam yang menjalankan puasa Ramadhan. Jadi, meski dia muslim, tapi tidak menjalankan perintah puasa Ramadhan dengan sebenarnya, dia tidak bisa merasakan Idul Fitri.
Mengapa? Hal ini terkait dengan makna asli Iedul Fitri yang selama ini sudah terbiaskan dengan pemaknaan yang berbeda. Kata 'Ied' (عيد) dalam Iedul Fithri sama sekali bukan kembali. Dalam bahasa Arab, Ied (عيد) berarti hari raya. Maka, setiap agama punya "Ied", punya hari raya sendiri-sendiri. Dalam bahasa Arab, hari Natal yang dirayakan umat Nasrani disebut dengan Iedul Milad (عيد الميلاد), yang artinya hari raya kelahiran. Maksudnya kelahiran Nabi Isa alaihissalam. Mereka merayakan hari itu sebagai hari raya resmi agama mereka. Hari-hari kemerdekaan suatu negeri dalam bahasa Arab sering disebut dengan Iedul Wathan (عيد الوطن). Memang tidak harus selalu hari kemerdekaan, tetapi maksudnya itu adalah hari besar alias hari raya untuk negara tersebut.
Makna asli dari kata "Iedul Fitri" bahkan sesungguhnya melenceng jauh dari yang selama ini kita kenal. Bukan sebagai "Hari Kemenangan", atau bermakna "Kembali ke Fitrah". Tapi justru makna asli "Iedul Fitri" adalah Hari Raya Makanan! Yang mana berasal dari susunan dua kata "Ied" (عيد) yang berarti Hari Raya serta kata "Fithr" (فطر) bermakna makan atau makanan dan bukan suci ataupun keislaman. Bukan berasal dari dua kata "'aada"(عاد) yang berarti "kembali" dan fithrah (فطرة) yang berarti suci/islam.
Karena jika kata "Ied" diartikan "kembali", kita tentu akan rancu dan kacau ketika memaknai pengertian "Iedul Adha", yang menjadi "kembali ke hewan qurban. Karena makna "Iedul Adha" adalah Hari Raya Kurban.
Makna asli Iedul Fitri sebagai Hari Raya Makanan sudah pasti tepat karena di hari tersebut, tanggal 1 Syawal umat muslim diwajibkan untuk makan dan diharamkan untuk berpuasa. Dan sunnahnya, makan yang menjadi ritual itu dilakukan justru sebelum kita melaksanakan shalat Idul Fithri. Dan oleh karena itulah kita mengenal syariat memberi zakat al-fithr, yang maknanya adalah zakat dalam bentuk makanan. Tujuannya sudah jelas, agar tidak ada yang tersisa dari orang miskin yang berpuasa hari itu dengan alasan tidak punya makanan. Dengan adanya zakat al-fithr, maka semua orang bisa makan di hari itu.
Pada akhirnya, makna Iedul Fitri pun akhirnya bersinggungan dengan makna Lebaran, yakni ketika menjelang dan saat Iedul Fitri tiba, umat muslim, khususnya di Indonesia ingin merayakannya bersama keluarga. Lebaran, yang dalam terminologi bahasa berasal dari tradisi Hindu yang berarti "sudah selesai", dimaknai sebagai "usainya masa puasa", atau jika lebih luas lagi "usainya masa kerja selama setahun, dan akhirnya kembali ke keluarga". Mereka yang sebelumnya ada di kota/negeri lain, berbondong-bondong pulang kampung dalam sebuah tradisi bernama "mudik" lantaran ingin merayakan Iedul Fitri bersama keluarga di kampung halaman. Dan pada akhirnya pula, tak jarang orang-orang non muslim pun jadi ikut terseret dalam ritual lebaran tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H