Dipaparkan oleh Joko, kompetisi tidak bisa berjalan ideal jika dimulai kembali pada Bulan Mei. Itu karena timnas Indonesia U-23 harus menjalani pemusatan latihan untuk berpartisipasi di SEA Games 2015, 19 Mei sampai 15 Juni. Belum lagi agenda timnas senior yang akan melakoni Pra Piala Dunia 2018.
"Jika tanggal 2 Exco memutuskan kompetisi bisa berjalan, tentu dengan harapan perizinan bisa didapat. Secara teoritis, seminggu setelah keputusan kompetisi baru bisa dijalankan tanggal 9 (Mei). Tanggal 9 dilaksanakan namun harus berhenti di tanggal 14, tentu tidak ideal menjalankan kompetisi pendek satu dua pertandingan dengan libur yang cukup panjang," urai Joko.
"Secara teoritis, kompetisi ini baru bisa dieksekusi tanggal 19 Juni. Dinamika organisasi yang membuat kompetisi sulit untuk diadakan secepat-cepatnya. Kecuali, klub bersepakat timnas tetap bertanding dan TC, dan kompetisi tetap berjalan."
Apa yang dipaparkan oleh Djoko Driyono sesungguhnya menyiratkan sebuah strategi tarik ulur dari PSSI. PT. Liga Indonesia tidak mau cepat-cepat menggulirkan kompetisi, meski sudah ada "jaminan" dari Menpora bahwa kompetisi bisa dilanjutkan dengan 18 klub seperti semula. PT. Liga ingin memastikan terlebih dahulu, bagaimana respon FIFA terkait kisruh sepakbola Indonesia, terutama menyangkut masalah pembekuan PSSI oleh Menpora. FIFA sendiri dijadwalkan baru akan menggelar pertemuan Exco mereka tanggal 25-26 Mei 2015 mendatang.
Jika PT. Liga menggelar kembali kompetisi sebelum ada keputusan FIFA, PT. Liga bisa dipastikan akan merugi jika nanti FIFA memutuskan untuk memberi sanksi pada Indonesia. Tapi, dengan mengulur jadwal hingga selesainya rapat Exco FIFA, dan dengan demikian PT. Liga bisa memperoleh keputusan pasti, apakah bisa melanjutkan kompetisi, atau tidak.
Dengan diulurnya waktu kompetisi ini, sesungguhnya PT. Liga juga sedang melempar bola panas ke Kemenpora. Karena ada dua agenda timnas yang mendesak, yakni persiapan Sea Games bagi timnas U-23 dan pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 bagi timnas senior. Dengan adanya sanksi FIFA, tentu saja dua agenda ini akan hangus terbakar. Sebuah dilema tersendiri bagi Kemenpora.
Dari pertemuan sore tadi, sebenarnya publik sepakbola Indonesia bisa membaca, bahwa Kemenpora belum bisa memberikan jaminan pasti, atau paling tidak memberikan nilai tawar yang lebih kepada para klub. Sehingga klub-klub ISL sampai begitu setianya pada PSSI. Seandainya Kemenpora bisa menawarkan sesuatu yang lebih, paling tidak terkait masalah pembiayaan klub. Misal dengan menjanjikan bantuan akses untuk sponsorship, kemudahan memperoleh fasilitas dan sarana pertandingan, mungkin ada beberapa klub yang bisa membelot kearah Kemenpora.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H