Namun, menurut opini saya, FIFA tidak akan serta merta menjatuhkan hukuman pada Indonesia, karena adanya beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. KLB KPSI dianggap tidak ada (surat FIFA yang dimuat di republika.co.id menyebutkan "Please note that FIFA has never considered to attend the so-called "KPSI Congress"." Hal ini juga dikuatkan dengan keputusan CAS yang menolak untuk mengakomodir gugatan KPSI.
2. Agenda Kongres Tahunan PSSI yang salah satunya adalah akan mengakui ISL (meski hanya sebatas turnamen sampai selesainya seluruh pertandingan). Dengan demikian, FIFA bisa melihat bahwa dualisme kompetisi sudah bisa diselesaikan oleh PSSI.
3. Dengan diakuinya ISL, maka kedepan semua pemain baik dari ISL maupun IPL bisa membela timnas, yang mana hal ini sering dijadikan Menpora sebagai alasan untuk rekonsiliasi dan membekukan dana PSSI.
KONI sendiri lewat pernyataan Ketua Umum Tono Suratman sudah meminta agar kedua belah pihak bisa mentaati apapun keputusan CAS. PSSI sudah legowo dengan cara mengakomodir ISL. Dan yang patut dinanti adalah apakah KPSI akan legowo juga dengan adanya keputusan dari CAS ini, atau memang sudah sejak awal mereka ingin menghendaki kehancuran sepakbola Indonesia.
Saya jadi teringat sedikit lirik dari lagu Halo Halo Bandung, "sekarang sudah menjadi lautan api, mari bung rebut kembali!"
Seperti itulah sekarang niat dari KPSI dan orang-orang dibelakang mereka. Mumpung PSSI sudah "menjadi lautan api", sudah terlanjur kisruh, mereka akan membulatkan tekad untuk merebut kembali kendali sepakbola Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H