Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Jelang Super Big Match Persebaya vs Arema (II), Ujian Kedewasaan Bonekmania

2 Maret 2012   12:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:37 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

vs

1330690243842990064
1330690243842990064
Terus terang, saya bosan dengan berbagai tulisan atau berita yang membahas kekalahan Timnas dari Bahrain. Lupakan sejenak hasil yang memecahkan rekor tersebut, mari kita sambut pertandingan penuh gengsi, pertaruhan harga diri, super el classico ala Indonesia. Persebaya vs Arema, Gelora Bung Tomo Surabaya 4 Maret 2012. Februari, 2010. STADION seakan segera meledak. Teriakan dan nyanyian puluhan ribu suporter kedua kesebelasan memecahkan telinga. Minggu ketiga Februari tahun lalu itu Persebaya Surabaya bertamu ke kandang Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, dalam kompetisi Liga Super. Aremania dan Bonek "bertempur" adu keras suara, memberi semangat kedua tim yang menyerang silih berganti. Tak ada yang aneh sampai menjelang menit terakhir. Tiba-tiba, hanya semenit sebelum peluit panjang ditiup wasit, ketika pemain Persebaya, Anderson da Silva, berebut bola dengan pemain lawan, pemain Arema jatuh di kotak penalti Persebaya. Prittt.... Wasit Olehadi dari Tangerang menunjuk titik putih: penalti untuk Arema. Stadion seperti pecah oleh gemuruh teriakan Aremania. Kapten Arema, Pierre Njanka, mengeksekusi tendangan "12 pas" itu dengan mulus. Arema unggul satu gol. Seusai pertandingan, Saleh Ismail Mukadar, yang ketika itu masih menjabat manajer, tak sanggup menahan marah. Dia menuntut polisi memeriksa dan menahan wasit Olehadi. Saleh menduga ada "faktor nonteknis" yang membuat Persebaya kalah. Wasit tak akan memberikan penalti jika tak ada pelanggaran yang mencolok mata. "Sejak itu saya mulai curiga kepada pemain saya sendiri," kisah Saleh tentang kejadian buruk itu. Hasil investigasi Majalah Tempo itu tentu tak akan pernah dilupakan oleh Bonekmania. Diawali dari pertandingan di Malang itulah Persebaya terseok-seok di dasar klasemen Liga Super Indonesia, hingga akhirnya resmi terdegradasi setelah dipermainkan bagai bola liar oleh PSSI, untuk menyelamatkan Pelita Jaya. Minggu 04 Maret 2012, takdir mempertemukan kembali Persebaya dan Arema dalam kompetisi IPL setelah 2 tahun berpisah akibat konflik berkepanjangan dari PSSI. Aroma balas dendam dan gengsi dari dua tim Jawa Timur  yang saling bermusuhan sejak era perserikatan dan galatama ini bakal tersaji di stadion baru Gelora Bung Tomo. Diperkirakan, Super Big Match ini akan memecahkan rekor penonton yang dipegang Persib vs Persija Februari kemarin. Selama ini, tiap kali Persebaya dan Arema bertemu, selalu diwarnai aksi anarkisme para pendukung klubnya. Kalau Persebaya bertandang ke Malang, teror dari Aremania mengancam mental pemain sebelum bertanding. Begitu pula sebaliknya. Kali ini, Bonekmania yang bertindak sebagai tuan rumah, dituntut untuk menunjukkan kedewasaannya, seperti yang mereka perlihatkan di awal kompetisi IPL. Ya, Bonekmania, yang sudah terkena stigma negatif oleh masyarakat, perlahan mulai berubah. Kalau Persebaya kalah di kandangnya, amukan Bonek bisa tak terkendali hingga di luar stadion. Masih ingat aksi pembakaran kendaraan siar ANTV? Begitu pula jika mereka mengiringi Persebaya bertanding di luar kota. Dengan hanya bermodal tekad dan tanpa biaya, mereka memaksa naik gratis kereta api, dan menggasak setiap pedagang makanan di stasiun. Namun, di awal kompetisi kali ini, tidak terdengar lagi tindakan anarkis mereka, meski harus diakui masih ada riak-riak kecil yang dilakukan segelintir oknum Bonek. Sikap dewasa mereka sudah ditunjukkan, meski tim kebanggaan mereka, Persebaya menelan kekalahan di kandangnya. Sudah dua kali Persebaya menelan kekalahan di kandang, masing-masing oleh Semen Padang dan Persiba Bantul. Toh mereka menyikapi kekalahan itu dengan kedewasaan mereka. Tak ada anarkisme pada tim tamu, maupun masyarakat sekitar. Sikap dewasa Bonek sedikit teruji saat Persebaya menjamu Persema, saudara sepupu Arema. Dalam pertandingan yang berakhir imbang itu, beberapa kali terjadi aksi lempar botol ke bench Persema karena kecewa dengan keputusan wasit yang dianggap merugikan Persebaya. Dan ujian bagi Bonek akan terjadi saat mereka menjamu musuh bebuyutannya Arema. Super Big Match minggu besok bisa dianggap sebagai ujian sesungguhnya bagi Bonekmania. Apakah mereka masih bersikap dewasa jika akhirnya Persebaya kalah? Atau mereka harus kembali ke stigma negatif sebagai supporter perusuh? Pertandingan ini juga dapat dianggap ujian bagi PSSI, khususnya pada penyelenggara liga. Setelah dipermalukan oleh Tim Nasional, akankah PSSI kembali dipermalukan dengan aksi anarkisme Bonekmania? Kita semua berharap tentunya tidak akan terjadi aksi anarkisme dalam pertandingan tersebut. Dan kita juga berharap pertandingan dua tim penuh sejarah itu berlangsung penuh teknik bermutu. Meski sedang dilanda konflik internal, tentunya Arema tak ingin menyerah begitu saja pada Persebaya. Begitu juga dengan Persebaya. Bajul Ijo boleh kalah oleh tim lain, tapi haram hukumnya untuk kalah dari Singo Edan. Mereka tentunya ingin mempersembahkan yang terbaik bagi pendukungnya, yang sudah bersusah payah memenuhi stadion baru kebanggaan kota Surabaya, Gelora Bung Tomo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun