Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tragedi Lumpur Lapindo, Awal Mula Kisruh PSSI

6 Februari 2012   17:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:59 2719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua sahabat itu akhirnya harus mengakhiri cerita manis diantara mereka. Ya, karena tragedi lumpur Lapindo persahabatan yang dirajut Nirwan Dermawan Bakrie (NDB)dan Arifin Panigoro (AP) akhirnya retak.

Sudah lama kedua orang kaya di Indonesia ini bersahabat, saling menolong dalam beberapa kesempatan, terutama pada olahraga kecintaan mereka, sepakbola. Dari persahabatan keduanya-lah sepakbola Indonesia mengalami kejayaan. NDB dengan pengelolaan liga senior dan Timnas PSSI, dan AP dengan pembinaan usia muda melalui liga Medco, Campina yang tentunya sudah direstui oleh PSSI saat itu.

Jebolnya pengeboran kilang minyak milik PT. Lapindo Brantas Inc. di desa Renokenongo, tak jauh dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1) yang mengakibatkan banjir lumpur yang menggenangi hampir seluruh desa merusak persahabatan NDB dan AP. PT. Lapindo Brantas Inc. sendiri merupakan perusahaan yang komposisi sahamnya 50% dimiliki oleh Bakrie grup lewat PT.  Energi Mega Persada, Medco Energi sebesar 38% lewat PT. Medco E&P Brantas serta sisanya dimiliki oleh grup Santos. NDB menganggap AP lari dari tanggung jawab dengan menjual seluruh sahamnya saat tragedi lumpur terjadi. Sedangkan AP beranggapan Bakrie grup-lah yang harus bertanggung jawab karena merupakan operator dan pemegang saham utama.

Rusaknya persahabatan antara NDB dan AP akhirnya merembet pada sepakbola. Saat kedudukan NDB mulai goyah dengan maraknya demo pada rezim Nurdin Halid, AP muncul dengan proyek "breakaway leage", meniru langkah NDB saat membuat Galatama dulu. Hingga akhirnya dengan membonceng gerakan supporter, AP berhasil mendongkel NDB dari PSSI.

NDB yang tersingkirkan rupanya tidak terima. Baru 6 bulan menjabat, Djohar Arifin, yang sering diidentikkan dengan "boneka" AP mulai direcoki. NDB memulai dengan proyek "pembangkangan" yang menghasilkan liga tandingan, sama seperti yang dibuat AP. Kemudian dilanjutkan dengan pembentukan organisasi tandingan untuk mengkudeta kepengurusan PSSI saat ini.

Pertarungan keduanya masih berlanjut. Tidak mudah menebak siapa pemenangnya. Ibarat dua gajah bertarung, para semut yang jadi korban. Inilah kondisi persepakbolaan Indonesia saat ini. Ketika dua orang kaya pecinta bola bertengkar, dengan dalih ingin memajukan persepakbolaan Indonesia. Para supporter dan pemain bola yang jadi korban, tidak bisa menikmati sistem kompetisi sepakbola yang kondusif, yang akan membawa kejayaan sepakbola Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun