Mohon tunggu...
Prima Sharah Sekarini
Prima Sharah Sekarini Mohon Tunggu... -

Prima Sharah Sekarini, saya bagian dari PSIK Universitas Diponegoro. Dimohon komentar yang membangun untuk membangun pribadi yang super :D

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Sukses Pencipta BlackBerry

21 September 2011   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:45 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mampu melihat jauh ke masa depan (visioner). Bisa menciptakan sesuatu yang diperlukan oleh orang untuk hidup nyaman dalam kondisi di masa depan itu (Innovative). Dua kata itu menyatu dalam diri lelaki berambut perak bernama Mike Lazaridis. Ia yang sejak kecil maniak mengutak-atik barang elektronik dan tak selesai kuliah di jurusan Teknik Elektro. Dia di-drop out, hanya dua bulan menjelang wisuda di University of Waterloo, Kanada. Ia lebih memilih sibuk mengurusi perusahaan yang ia dirikan sambil kuliah. Jejak karyanya sangat mungkin sekarang ada di genggaman Anda. Dialah pencipta telepon pintar bernama BlackBerry, yang merevolusi dan mengubah peta dan masa depan teknologi telepon cerdas.

kolom-biografi.blogspot.com

Sebelum mengembangkan BlackBerry, pada tahun 1999 RIM bekerja sama dengan RAM Mobile Data dan perusahaan ponsel Ericsson yang lebih dahulu terkenal, mengembangkan Mobitex. Ini adalah perangkat data bergerak yang dirintis oleh Ericsson.Hasilnya? Diluncurkanlah Inter@ctive Pager 950. Agustus tahun 2000 produk ini mulai dipasarkan. Ukurannya kira-kira sebesar sabun mandi. Di pasar ia bersaing dengan SkyTel, produk sejenis – sama-sama pager dua arah – milik Motorola. Produk ini tak berhasil di pasar. Lagi pula era pager lekas sekali jadi kuno. Coba, perhatikan nama-nama merek itu: Mobitex, Inter@ctive Pager. Nama-nama yang kini terasa amat norak, bukan? Itu sebabnya, pada tahun 2002, ketika RIM hendak mengembangkan produk baru Mike tak mau sembarangan kasih nama.Produk itu, yang kelak kita gilai sebagai BlackBerry, punya fasilitas push e-mail, bisa menyelancari internet, komunikasi teks dan tentu saja bisa menelepon. Apa nama yang cocok untuk merangkum semua manfaat itu? RIM memaki jasa Lexico Branding di California. Sebuah perusahaan konsultan merek. David Placek, si bos Lexicon mula-mula mencari nama yang bisa menonjolkan kemampuan e-mail peranti cerdas baru itu. Mentok. Akhirnya, ditetapkan syarat lain: nama baru itu harus terkesan lebih natural, menghibur dan menyenangkan.”Pokoknya bisa menurunkan tekanan darah,” kata Placek. Salah seorang tim perumus nama itu suatu saat memperhatikan keyboard kecil-kecil hitam pada prototipe Blackberry. Di matanya tampak seperti susunan biji semangka. Lalu mulailah ditelusuri nama-nama yang berdasar pada kesan itu, dari strawberry ke melon, sampai nama-nama buah lain. Tak ada yang memuaskan sebelum akhirnya sampai pada kata BlackBerry, kata ini enak didengar dan pas pula dengan warna bendanya yang hitam legam.”BlackBerry mudah melekat di ingatan, lebih baik daripada nama-nama seperti ProMail atau MegaMail,” kata Placel. Saya kira, seandainya dua nama ‘lebay’ itu yang dipakai, BlackBerry tak sesukses sekarang. BlackBerry kini terjual di 91 negara, bekerja sama dengan 500 operator, dan menguasai 20.8 persen pasar telepon pintar. Hanya kalah dengan Nokia Syimbian OS.Placel pun kini punya rumus manjur tentang merek, belajar dari keberhasilan BlackBerry, ”Kalau produk Anda ingin dapat perhatian, jangan pakai nama yang menjelaskan sesuatu, Anda harus menciptakan konsep baru!” katanya. BlackBerry adalah produk yang merebut perhatian. Dengannya pelanggan merasa diistimewakan dan kecanduan. Sampai-sampai Websers New Word Dictionary memilih kata Crackberry menjadi ”Kata Baru Paling Keren tahun 2006”, mengalahkah “netroot” dan “neuroeconomic”. Crackberry merujuk pada pecandu BlackBerry. Crack adalah sinonim dari kokain, yang memang mudah bikin ketergantungan, bukan? Tiap unit BlackBerry adalah unik, karena ditandai dengan satu PIN yang dengan kode kombinasi delapan angka dan huruf itu pengguna bisa berkomunikasi lewat teks berkat BlackBerry Mesenger. Mike Lazaridis, lahir 14 Maret 1961, di Istambul Turki. Orangtuanya berdarah Yunani. Pada usia lima tahun, ia ikut keluarganya pindah ke Kanada. Mereka menetap di Windsor, Ontario. Mike sudah menunjukkan bakat, kepintaran dan ketekunannya sejak kecil. Pada usia 12 tahun, di tahun 1979, dia memenangkan hadiah dari Perpustakaan Umum Windsor karena ia telah membaca semua buku sains koleksi perpustakaan tersebut. Sejak kecil ia candu membaca. Saya tak bisa bayangkan, apa bakatnya seandainya di kota itu tak ada perpustakaan umum yang bagus. Mungkin bakat itu akan tersia-sia. Mike beruntung karena orangtua dan lingkungan sekolahnya sangat memungkinkan ia mengembangkan bakat dan minatnya pada elektronika. Tahun 1979, ia mulai kuliah di University of Waterloo, Ontario, Kanada. Di sinilah ia mulai merintis RIM. Tahun 1984, semasa masih mahasiswa, Mike ikut lomba tender di perusahaan raksasa otomotif General Motors. Proyeknya adalah merancang sistem display pengontrol jaringan komputer. Dia menang dan dapat hadiah berupa kontrak kerja senilai 500 ribu dolar AS. Dengan modal hasil kontrak kerja itu, ditambah pinjaman kecil dari pemerintah Kanada dan berutang pada orangtuanya, Mike bersama temannya Mike Barnstijn, dan Douglas Fregin mulai merintis RIM. Salah satu prestasi perusahaan itu, sebelum BlackBerry adalah berhasil mengembangkan barcode. Lihatlah, selalu ada jalan untuk mewujudkan sebuah visi. Yang kita perlukan adalah merumuskan sebuah visi yang kuat, menajamkan visi tersebut, dan terus-menerus berusaha. Itu yang bisa kita pelajari dari Mike Lazaridis dan BlackBerry. Sejarah industri di dunia mencatat banyak perusahaan besar, penemu hebat akhirnya bertumbangan. Bagaimana RIM dan BlackBerry bertahan? Fokus dan meningkatkan keunggulan produk. ”Kami punya karyawan 14 ribu orang yang hanya memikirkan satu produk: BlackBerry dan pelayanannya,” kata Mike. Ketika krisis ekonomi memaksa orang melacikan ponsel, orang banyak masih menyisakan satu BlackBerry di genggaman. Kenapa? “BlackBerry lima kali lebih efisien, misalnya untuk mengirim dan membalas e-mail, dan kami punya baterei lebih tahan lama,” kata Mike. Puaskah Mike dengan pencapaian RIM sejauh ini? Tidak. ”Ini hanya permulaan dari sebuah pasar yang besar. Saat ini ada satu smartphone dari enam telepon di dunia. Ini adalah persentase kecil. 10 tahun lagi, seluruh telepon adalah smartphone,” kata Mike, dan dia ingin BlackBerry menguasai sebanyak-banyaknya, sebanyak yang bisa mereka produksi. Saya menulis ini dengan BlackBerry Bold di meja. Ini adalah BlackBerry kedua saya, setelah dulu saya pakai Curve. Beberapa data saya cari lewat Google di BlackBerry browser. Bukan karena tidak krisis, kalau saya masih pakai dua ponsel. Ini semata-mata karena saya memilih operator BlackBerry yang menurut saya murah, dan sementara itu, dengan ponsel yang lain beroperator lain, saya harus menjaga keterhubungan dengan banyak nomor-nomor penting. sumber info

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun