Mohon tunggu...
Andi Mirati Primasari
Andi Mirati Primasari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - i love reading and writing.. thanks Kompasiana, sudah menjadi langkah awal saya untuk mulai ngeblog..

Lahir dan besar di Makassar, dan saat ini menetap di Jakarta menjalani kesibukan sebagai seorang istri merangkap karyawati swasta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sineas Upi Angkat Problematika Generasi Millenial dalam "My Generation"

17 Oktober 2017   21:46 Diperbarui: 18 Oktober 2017   00:27 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image source: instagram @mygenerationfilm

Istilah "Generasi Millenial" akhir-akhir ini sering sekali didengungkan oleh sebagian besar orang untuk merepresentasikan kalangan anak muda (segmentasi usia 15-35 tahun) yang hidup dan berinteraksi di era kekinian, di mana teknologi sudah berkembang demikian pesat, internet dan smartphone menjadi kebutuhan pokok.

Fakta yang dibawa oleh jaman memang tak bisa dilawan. Bila kita komparasi dengan jaman yang sudah dilalui oleh senior-senior kita sebelumnya, perbedaan yang terlihat sudah jelas sangat mencolok. Tak heran bila kemudian orang tua jaman sekarang banyak yang geleng-geleng kepala saking terkejutnya melihat tingkah polah anaknya ketika mulai menginjak masa remaja, katakanlah masa pubertas, peralihan dari tahap anak-anak menuju dewasa.

Selanjutnya, berbagai label negatif pun disandangkan kepada pelaku-pelaku generasi millenial. Ada yang men-judge mereka terlalu rebel, pemalas, berpikiran pendek, manja, pembangkang, liar, kurang peka terhadap kondisi sekitar, menomorsatukan eksistensi di media sosial, dan sebagainya.

image source: instagram @mygenerationfilm
image source: instagram @mygenerationfilm
Perlu dipahami, bahwa di balik semua cap negatif tersebut, ada proses yang membentuk perilaku, ada pengaruh yang masuk kepada generasi millenial, yang mungkin saja kekuatannya sulit dibendung. Orang tua sebagai pihak terdekat tentu harus segera sadar sebelum semua terlampau jauh terjadi dan akibatnya sudah tak dapat lagi teratasi. 

Anak semakin menjauh dari orang tua, jembatan yang diharap mampu mengkoneksi keduanya terlanjur runtuh, lantaran tak ada lagi kepercayaan antar kedua belah pihak. Bila akhirnya ditemukan anak yang sering cekcok dengan orang tua, atau anak yang depresi karena sikap orang tua atau guru-guru di sekolah yang overprotektif dan serba menuntut, lantas sang anak mencari pelampiasan yang salah, siapakah yang bertanggung jawab atas semua ini?

Ya sudahlah yaa.. daripada akhirnya problema ini menjadi ajang saling tuduh siapa benar dan siapa salah, lebih baik semua pihak sama-sama "melek" aja, bahwa memang beginilah kenyataan yang sedang kita hadapi dan bersentuhan langsung dengan kita saat ini. Mau menyalahkan jaman yang membentuk mental, pola pikir, ataupun gaya hidup generasi millenial pun sepertinya hanya menambah masalah baru saja, bukannya menuntaskan masalah yang sebelumnya ada.

Riset 2 Tahun, Lahirlah "My Generation"

image source: instagram @mygenerationfilm
image source: instagram @mygenerationfilm
Kehidupan Generasi Millenial sepertinya memang tengah menjadi sorotan, mungkin bagi orang tua yang saat ini memiliki anak remaja, atau mungkin juga bagi sebagian orang yang merasa risih dengan perilaku aneh anak jaman sekarang. Namun, tak jarang ada juga pihak-pihak yang melihat fenomena kejayaan "Generasi Millenial" ini sebagai satu "angle" yang pas untuk disoroti, tak hanya dari sisi negatifnya saja, karena pastinya tak adil bila memandang satu aspek permasalahan dari satu sudut pandang saja, tanpa mau membuka mata, hati, dan telinga untuk mencari sisi baiknya.

Alasan ini yang menggugah ide seorang sineas wanita Indonesia, Upi. Movie director yang sebelumnya telah sukses menelurkan film-film bertema remaja ini (sebut saja Realita Cinta dan Rock and Roll, 30 Hari Mencari Cinta, Radit dan Jani, My Stupid Boss) kini hadir lagi dengan karya terbarunya, "My Generation", diproduksi bersama IFI Sinema. Tak tanggung-tanggung, 2 tahun dihabiskan Upi untuk melakukan riset khusus dan mendalam mengenai fenomena generasi millenial, problematika yang mereka hadapi, gaya hidup, serta elemen-elemen yang terlibat. Riset ini berupa social media listening yang intensif dilakukan sang sutradara untuk melihat komunikasi yang terjadi pada generasi millenials. Beberapa dialog dalam film ini pun diambil dari percakapan anak millenial di social media agar sesuai dengan tren gaya bahasa anak muda jaman sekarang. Tahapan produksi filmnya sendiri memakan waktu sekitar 1 tahun.

Menurut Upi, permasalahan yang dihadapi oleh generasi millenial ini cukup kompleks dan menarik untuk diangkat ke layar lebar. Tak dipungkiri, bergesernya gaya hidup modern akibat era digital melahirkan generasi berkarakter unik. Di film My Generation inilah, Upi ingin memberi gambaran yang lebih dekat tentang realita kehidupan generasi millenial yang sesungguhnya, agar dapat menjadi catatan penting untuk mengetahui karakter mereka yang sesungguhnya. "Dengan menyaksikan film ini, penonton dapat memperoleh gambaran real tentang potret generasi millenial, dan bagaimana aktivitas keseharian mereka", ujar Upi yang sangat antusias bercerita mengenai film terbarunya ini pada Press Conference yang berlangsung 10 Oktober lalu. Upi juga menegaskan film ini sudah layak ditonton dan lulus lembaga sensor Indonesia.

Libatkan 4 Wajah Baru sebagai Karakter Utama, "My Generation" Siap Segarkan Perfilman Indonesia

source: instagram @mygenerationfilm
source: instagram @mygenerationfilm

Siapapun pasti tak mau rugi menghabiskan waktu sekitar 2 jam lamanya di bioskop untuk sekedar memandangi layar besar tanpa suguhan menarik di dalamnya. Daripada ketiduran karena ternyata film yang ditonton tak sebagus apa yang diharapkan, beberapa orang akhirnya memiliki alasannya masing-masing untuk memutuskan untuk menonton film tertentu ataukah tidak. Lantas, apa sih yang menjadi alasan utama seseorang untuk memilih sebuah film untuk ditonton? Menurut pengamatan saya, ini beberapa di antaranya:

  1. Siapa aktor dan aktrisnya? 
    Apakah ia diidolakan atau tidak, apa prestasinya, dan apakah kualitas aktingnya oke menurut penilaian personal penonton atau tidak. Tak heran bila banyak penonton yang mungkin merasa jenuh dengan aktor atau aktris yang itu-itu saja, sehingga beberapa penonton justru menginginkan sentuhan yang fresh dari wajah-wajah baru, dan tentu saja, bakat baru. Ini tak hanya berlaku pada tokoh utama saja, namun semua talent yang terlibat di dalamnya turut menjadi penentu.
  2. Apa genrenya?
    Drama? Musikal? Romantis? Komedi? Action? Kolosal? atau Horor? Beberapa penikmat film punya genre favoritnya masing-masing, tergantung selera. Meskipun ada juga yang tak peduli dengan genre, asalkan film yang akan ditonton dirasa berkualitas baik dan menarik baginya.
  3. Siapa sutradaranya? 
    Tak bisa dipungkiri, kesuksesan, karya, dan pengalaman yang ada di belakang nama seorang movie director menjadi penentu apakah suatu film "yes" atau "no" untuk ditonton.
  4. Poster.
    Meskipun banyak yang berpesan "dont judge a book by its cover", tapi "first sight" yang tercipta dari kontak visual penonton dengan poster terkadang bisa menjadi penentu apakah sebuah film layak ditonton atau tidak.
  5. Sinopsis atau trailer.
    Membaca cuplikan kisah di media atau beberapa scene film di di YouTube atau Instagram biasanya mengundang rasa penasaran pentonton. Dari sini, penilaian awal terhadap sebuah film bisa terbentuk, bagus atau tidak. Sinopsis atau trailer biasanya memberi sedikit gambaran jalan cerita, sehingga mungkin saja chemistry antara film dan penonton bisa terjalin dari sini.

Upi, sebagai seorang sutradara yang sudah berpengalaman di industri film, boleh dikata cukup berani bereksperimen di My Generation. Salah satu bukti adalah keputusannya menggandeng bakat-bakat baru di film terbarunya ini, bukan hanya sebagai supporting actor atau actress saja, tapi sebagai tokoh sentral, penentu jalan cerita.

Lutesha, Bryan Langelo, dan Arya Vasco siap memulai debut di My Generation (source: instagram @mygenerationfilm)
Lutesha, Bryan Langelo, dan Arya Vasco siap memulai debut di My Generation (source: instagram @mygenerationfilm)
Mereka adalah Bryan Langelo, Arya Vasco, Alexandra Kosasie,dan Lutesha. Pemilihan keempat talenta baru ini bukan tanpa alasan, mengingat inti cerita adalah memotret generasi millenial sebagai gambaran anak muda jaman sekarang, sehingga dibutuhkan wajah-wajah fresh untuk menguatkan karakter pemainnya.

Adi Sumarjono selaku Produser IFI Sinema yakin bahwa keempat remaja ini akan menjadi the next generation bagi industri perfilman tanah air, dengan warna baru yang ditampilkan. Meskipun terhitung pemain baru, namun keempat pemain muda ini telah menunjukkan performa akting di luar dugaan, sesuai dengan karakter yang ingin dibangun. "Kami bangga dapat menemukan bakat-bakat baru ini di industri film. Kami berharap, di tangan the rising stars inilah nantinya film-film Indonesia semakin berbobot dan berkualitas akting pemainnya", tuturnya.

Joko Anwar dan Ira Wibowo berperan sebagai orang tua Konji (Arya Vasco) dalam My Generation, source: instagram @mygenerationfilm
Joko Anwar dan Ira Wibowo berperan sebagai orang tua Konji (Arya Vasco) dalam My Generation, source: instagram @mygenerationfilm
Tak hanya pemain baru yang ditonjolkan, Upi juga menggandeng pemain-pemain senior yang kualitas aktingnya sudah tak diragukan lagi, untuk beradu akting dengan pemain muda, diantaranya Tyo Pakusadewo, Surya Saputra, Ira Wibowo, Indah Kalalo, Karina Suwandhi, Joko Anwar, dan Aida Nurmala.

Tyo Pakusadewo dan Karina Suwandhi berperan sebagai orang tua Zeke (Bryan Langelo) di My Generation, source: instagram @mygenerationfilm
Tyo Pakusadewo dan Karina Suwandhi berperan sebagai orang tua Zeke (Bryan Langelo) di My Generation, source: instagram @mygenerationfilm

Yuk Kenalan dengan 4 Tokoh Sentral "My Generation"!

Film "My Generation" mengisahkan persahabatan 4 anak SMU yang membuat video berisi aksi protes terhadap orang tua, guru, dan sekolah. Video ini kemudian menjadi viral di sekolah mereka, sehingga mereka dihukum tidak boleh ikut dalam kegiatan liburan sekolah. Hukuman ini justru membawa mereka pada kejadian dan petualangan yang memberi banyak pelajaran berarti dalam kehidupan mereka.

img-yd600s-59e623ffa32cdd07d4538f42.jpg
img-yd600s-59e623ffa32cdd07d4538f42.jpg
Daripada mengutuki keadaan, justru mereka ingin membuat orang-orang yang sudah menghukum mereka merasa puas. Gambaran "puas" yang mereka maksud tentunya akan dijelaskan secara rinci di film, bagaimana mereka berusaha menyelesaikan masalahnya masing-masing, tentunya dengan dukungan moril dari sahabat, sebagai orang yang paling mengerti.

Daripada makin penasaran.. Kita kenalan aja yuk sama keempat karakter utama "My Generation". Mereka adalah..

img-1cgvps-59e6242f7616811aaf05e142.jpg
img-1cgvps-59e6242f7616811aaf05e142.jpg
Zeke (Bryan Langelo): Meskipun terkesan rebellious, namun pemuda ini easy going dan sangat loyal pada sahabat-sahabatnya. Zeke ternyata memendam masalah yang sangat besar dan luka yang dalam di hatinya. Ia merasa kedua orang tuanya tidak menyayanginya dan tidak menginginkan keberadaannya sebagai anak, menyebabkan jalinan komunikasi antara Zeke dan orang tuanya terputus. Karena itu, Zeke harus berani mengkronfrontasi orang tuanya untuk bicara jujur dan terbuka tentang masalah yang tengah mereka alami.

img-skr274-59e624540d2d23211e4a5d12.jpg
img-skr274-59e624540d2d23211e4a5d12.jpg
Konji (Arya Vasco): Pemuda ini tengah mengalami dilema dengan masa pubertas. Ketika ia ingin aspirasinya dan gejolak jiwa mudanya diakui, ia justru dikecewakan dengan sikap orang tuanya yang sangat overprotektif, bahkan terkesan kolot. Kekecewaannya ini semakin menjadi ketika terjadi satu peristiwa yang membuatnya shock, mengakibatkan kepercayaan pada orang tuanya hilang, sehingga Konji yang pada dasarnya polos dan naif ini pun balik mempertanyakan moralitas orang tuanya.

screenshot-2017-10-17-23-27-42-1-59e6247563eae72bf1128a92.png
screenshot-2017-10-17-23-27-42-1-59e6247563eae72bf1128a92.png
Orly (Alexandra Kosasie): Di antara teman-temannya, Orly adalah gadis yang smart, berprinsip, dan kritis. Orly sangat menentang diskriminasi gender dan segala hal yang disematkan pada kaum perempuan, salah satunya tentang keperawanan. Orly berusaha mendobrak dan menghancurkan label-label negatif yang sering dilekatkan pada perempuan. Selain itu, Orly juga bermasalah dengan ibunya yang seorang single parent. Orly merasa aneh dengan gaya hidup ibunya yang terkesan tidak sesuai umur, lantaran berpacaran dengan pria yang jauh lebih muda darinya.

img-9lji07-59e624b5a01dff140a5dd982.jpg
img-9lji07-59e624b5a01dff140a5dd982.jpg
Suki (Lutesha): Gadis yang cool, berbakat dan sangat mencintai seni. Kepiawaiannya bermain gitar memukau sahabat-sahabatnya dan membuatnya semangat untuk serius menjadikan seni sebagai bagian dari mimpi terbesarnya. Namun, Suki diam-diam memiliki krisisi kepercayaan diri, lantaran sikap orang tuanya yang terkesan underestimate, tidak mendukung, bahkan cenderung berpadangan negatif terhadap Suki.

"My Generation" sebagai "Warning" bagi Orang Tua

photogrid-1507364229339-59e6273f7616811d9a5687c2.jpg
photogrid-1507364229339-59e6273f7616811d9a5687c2.jpg

Jika beberapa kasus mempertanyakan perilaku anak, maka film "My Generation" justru mengajak para orang tua untuk bisa saling introspeksi diri agar lebih terbuka memahami realitas generasi millenial yang lebih kritis, kreatif, open minded, dan tak suka diatur dengan segala sesuatu yang serba mengikat. Sama seperti yang ditampilkan oleh fakta saat ini, Generasi Millenial di film ini digambarkan sebagai golongan yang muak dengan orang-orang yang sok moralis, sok sempurna, namun pada kenyataannya justru mencerminkan perilaku amoral, intellorance, suka memberi label negatif atau memandang rendah seseorang, dan lain sebagainya.

Padahal bila kita sama-sama membuka hati, pada dasarnya anak-anak muda Generasi Millenial adalah generasi yang mudah diarahkan, asalkan orang-orang di sekitarnya (terutama para guru dan orang tua) juga menunjukkan sikap dan contoh yang patut diteladani, tidak hanya bisa men-judge atau membanding-bandingkan.

character's quotes My Generation (source: instagram @mygenerationfilm)
character's quotes My Generation (source: instagram @mygenerationfilm)
Di balik apapun opini yang nantinya akan disematkan pada film ini, terkait keberaniannya menampilkan gaya hidup sebagian anak muda yang terkesan rebel dan real, ada pesan yang sejujurnya ingin disampaikan, yaitu "Tetaplah menjadi manusia untuk mendekati manusia, jika ingin melakukan perubahan. Manusia bukan "Tuhan" yang mempunyai hak veto atas surga dan neraka. Manusia adalah manusia, bukan malaikat yang tercipta suci tanpa hawa nafsu. Meski demikian, tetaplah jadi manusia yang bermanfaat bagi dirimu dan sesama.."

Secara garis besar, film ini ingin mengajak orang tua dan anak sama-sama evaluasi diri, mencari dan meramu formula yang tepat tentang cara tepat dalam pengasuhan anak, agar anak bisa senang menjalani masa mudanya dengan hal-hal positif dan penuh pelajaran berharga.

Salah satu aktor senior yang juga berperan sebagai Ayah Suki di My Generation, Surya Saputra, mengatakan film ini aman, menampilkan realitas kehidupan, dan penting bagi orang tua untuk lebih tahu. Selain itu, ia juga memuji skenario dan ide cerita film ini dan merasa sangat senang bisa bergabung di film "My Generation".

Saya sendiri sejujurnya penasaran dengan ending cerita ini, bagaimana para tokoh keluar dari masalahnya, berdamai dengan orang-orang yang sebelumnya bertentangan paham, dan siapakah tokoh yang berhasil meredakan konflik?

Kalau anda sama penasarannya dengan saya.. catat tanggal penayangannya di bioskop kesayangan anda, 9 November 2017.

Official Trailer "My Generation"


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun