[caption caption="Kompasiana Card, andalan saya bertransaksi non tunai"][/caption]
Siapkah kita menghadapi perubahan seiring pesatnya kemajuan jaman? Tak dapat dipungkiri, beberapa di antara kita mungkin masih kaget saat menyaksikan segala unsur kehidupan di sekitar kita mulai berganti, entah itu dari pola pikir, gaya hidup, ataupun secara fisikal.
Akan semakin rumit jika problema ini kita kaitkan dengan manuver modernitas yang semakin pesat. Arus pertumbuhan teknologi semakin jelas telah menyeret manusia pada pusaran arus perubahan yang ditimbulkan. Siap-siap tertinggal jauh bila anda hanya betah jalan di tempat.
Namun jangan salah, boleh-boleh saja mengikuti arus, tapi jangan ikut-ikutan atau asal latah. Sebisa mungkin, mental harus pintar bersiasat, menjadi smart people yang mampu memanfaatkan situasi sebaik mungkin, taktis menyikapi perubahan. Syukur-syukur bila manfaatnya bisa ikut dirasakan tak hanya oleh kita sendiri, tapi juga orang-orang di sekitar kita.
Mungkin seperti itu gambaran ideal generasi millineal. Tujuan akhirnya adalah menjadi inspirasi positif bagi banyak orang. Langkah awalnya adalah "changes" atau perubahan yang sudah disebutkan di atas, dan modal dasarnya adalah "braveness" atau keberanian.
Cashless, Simple, Comfortable
Pada aspek ekonomi, satu sistem pembayaran digagas oleh Bank Indonesia untuk mempermudah masyarakat saat bertransaksi, Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Kelebihannya adalah sistem ini memudahkan penggunanya untuk melakukan pembayaran tanpa perlu repot-repot menghitung uang di dompet. Cukup aplikasikan instrumen pembayaran non tunai andalan anda untuk segala jenis transaksi, bisa berupa kartu (APMK) atau uang elektronik. Meski fungsinya cenderung sama, bisa digunakan sebagai representasi uang tunai saat membayar, namun masing-masing tentunya memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda.
Jika sumber dana Kartu ATM atau debet berasal dari simpanan atau tabungan pemegang, maka dana kartu kredit bersumber dari pinjaman (kredit) yang diberikan penerbit kartu. Biasanya penerbit kartu kredit memiliki penawaran berupa reward atau promo menarik yang menggiurkan penggunanya untuk terus berbelanja. Bukan begitu?
Jika anda sering betransaksi menggunakan Kartu ATM atau Debet, entah menggunakan mesin ATM, saat berbelanja di kasir minimarket atau di mall, pasti anda sudah paham bahwa pada beberapa transaksi, kita akan dikenai biaya transfer antar bank dan biaya administrasi yang menyebabkan saldo tabungan kita ikut berkurang. Hanya saja, transaksi ini tidak menyebabkan kita berhutang pada bank. Berbeda dengan kartu kredit yang setiap bulannya selalu harus membayar cicilan tagihan kredit beserta bunganya. Bila terlambat, resikonya akan dikenai denda.
Selain kedua jenis kartu yang disebutkan di atas, mungkin kita juga sudah familier dengan uang elektronik. Contoh: BRIZZI (BRI) Flazz (BCA), e-Money (Bank Mandiri). Jika dana kartu ATM atau Debet berupa simpanan, kartu kredit berupa pinjaman, maka nilai uang elektronik berbeda karena nilai uang yang disimpan di dalamnya adalah hasil setoran yang sudah diisi ulang (top-up) pada ATM atau merchant terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit uang elektronik, bukan merupakan simpanan/ tabungan seperti yang diatur dalam undang-undang perbankan, tidak dijamin LPS dan tidak memperoleh bunga.
Uang elektronik ini bisa kita gunakan sebagai media bayar kepada pedagang atau merchant yang bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut. Contohnya: bisa untuk bayar tol, transjakarta, kereta api, dan sebagainya. Transaksinya sangat mudah dan cepat, karena pengguna cukup menempelkan kartunya pada mesin pembaca, dan otomatis saldo akan berkurang sesuai dengan nominal yang dibayarkan.