Mohon tunggu...
Prima Ratih
Prima Ratih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Digital Marketing, Web Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Money

Berawal dari Hobi, Sukses Mengembangkan Bisnis Multimedia

3 Mei 2014   15:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:55 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_328971" align="aligncenter" width="597" caption="EVIO MULTIMEDIA JOGJA"][/caption]


1399079145963760102
1399079145963760102
Kuliah sambil bekerja, bukan saja memberikan tambahan uang saku dan pengalaman. Pilihan yang diambil pemuda bernama lengkap Edi Nur Cahyaningtyas hampir 14 tahun yang lalu telah membawanya sukses mengelola bisnis jasa multimedia dengan brand Evio Multimedia.

“Ceritanya panjang. Semuanya berawal saat saya masih kuliah semester 3. Pada saat itu pemilik sebuah bimbingan belajar yang cukup besar di Jogja menawari saya untuk menjadi desainer grafis freelance, kebetulan dulu saya siswa di sana dan pemilik bimbel nya tahu kalau saya suka desain grafis. Tawaran itu saya terima, saya dipercaya untuk mendesain barang-barang cetakan seperti brosur, modul, kalender, dan lain-lain. Kemudian saya juga diperbantukan di bagian IT & marketing. Tugas saya menyiapkan materi presentasi untuk promosi dan menyiapkan alat-alat untuk presentasi,” jelas lulusan Teknik Elektro UGM ini.

Berawal dari sana, Edi kemudian mengenal dunia multimedia. “Untuk presentasi kan butuh alat display, waktu itu proyektor masih sangat mahal, jadi kemana-mana kita bawa TV gede. Satu mobil hanya muat 2 TV. Kalau ada acara promosi, kita keliling-keliling sampai seluruh jawa tengah,” kenangnya.

Dari pengalamannya mengadakan event promosi rutin dan relasi dengan sponsor, seorang rekannya kemudian mempunyai ide untuk mendirikan Event Organizer (EO). Edi kemudian dipercaya untuk menangani bagian teknis dan operasional. “Semuanya saya tangani, mulai dari desain bosur, mini stage, sampai urusan sound system & multimedia. Karena saya juga belum tahu banyak hal-hal yang sifatnya teknis, saya banyak belajar dari vendor waktu mereka bekerja di venue,” tambah pemuda asli Jogja ini.

Seiring berjalannya waktu, EO dimana Edi bekerja berkembang semakin besar. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari bimbingan belajar dan fokus di EO. “Kerjaan saya tambah banyak, saya dipercaya untuk order ke supplier, salah satunya supplier multimedia. Waktu itu supplier multimedia seperti video shooting & rental proyektor untuk event belum banyak, bisa dihitung dengan jari, dan menurut saya kerja mereka belum profesional. Kemudian saya menawari pemilik EO untuk menjadi supplier multimedia, dan dia sangat mensupport saya,” tutur Edi.

“Tepatnya tahun 2003, ketika saya mengajukan proposal pertama ke EO tempat saya bekerja. Saat itulah nama Evio muncul. Semuanya masih saya kerjakan sendiri, mulai desain, pembuatan materi, sampai eksekusi di lapangan. Saya belum punya alat apapun, kamera saya pinjam handycam punya kakak saya. Alat-alat yang lain saya masih sewa kesana kemari. Jadi kalau mau event saya bisa keliling Jogja dulu untuk pinjam alat. Saya kemudian berpikir untuk membeli alat –alat multimedia sendiri. Semua pendapatan event saya tabung untuk beli alat-alat dari yang harganya terjangkau,” kata Edi.

Usaha yang dikelola Edi semakin berkembang. Omset usahanya terus meningkat. Tetapi bukannya tanpa halangan, tahun 2007 usahanya sempat mengalami kendala. “Kebanyakan yang ngutang, operasional nggak bisa jalan. Waktu itu semua job saya terima, meskipun pakai surat perjanjian kerjasama tapi banyak klien yang bayarnya telat, akhirnya cash flow minus. Usaha ini sempat saya off kan beberapa waktu, kemudian saya mulai lagi pelan-pelan, bukan dari nol tapi dari minus,” ujarnya.

Pengalaman yang dialaminya membuatnya semakin berhati-hati. “Saya kemudian evaluasi lagi usaha saya. Manajemennya saya benahi, saya juga merubah strategi pemasaran. Tahun 2007 atas saran seorang teman saya juga mendaftarkan merk Evio. Jadi kalau ada Evio yang lain itu pastinya merk nya tidak terdaftar, “ jelasnya sambil tersenyum.

Berawal dari membenahi manajemen dan merubah strategi pemasaran, usahanya yang dijalankan Edi semakin berkembang. Tidak hanya melayani klien di di pulau Jawa, jasa layanannya juga merambah hampir di seluruh kota di Indonesia. “Kalau dapat job tour atau roadshow, kita bisa keliling Indonesia. Kemarin ada tour konser 30 kota, lalu ada juga roadshow produk homeware 20 kota. Jadi kita tergantung dari order klien, yang pasti kita siap melayani seluruh Indonesia,” ujarnya.

Bagi Edi, profit dari usahanya bukanlah merupakan motivasi utama. “Motivasi saya adalah menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang melalui usaha yang saya jalankan. Di Evio, kami selalu menempatkan diri sebagai bagian dari klien, bukan sekedar supplier yang berjualan jasa. Kami selalu berusaha untuk memberikan solusi bagi kebutuhan klien,” tuturnya.

Sampai saat ini di usianya yang ke 11, Evio Multimedia sudah menangani ribuan event, baik skala kecil maupun besar, level nasional maupun internasional. Sejak tahun 2012, Evio Multimedia juga mendirikan divisi training. “Kami membuka training multimedia gratis. Motivasinya adalah keinginan untuk berbagi. Dengan membuka training ini kami ingin berbagi skills multimedia bagi siapa saja yang ingin belajar. Harapannya skills yang didapat bisa bermanfaat dan dikembangkan,” jelas Edi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun