Karier Perempuan Feminis eksistensialisme sebagaimana dijelaskan oleh Beauvoir,mengatakan bahwa betapapun kerasnya dan melelahkannya pekerjaan perempuan, pekerjaan masih memberikan kemungkinan bagi perempuan yang jika tidak dilakukan perempuan akan menjadi kehilangan kesempatan itu sama sekali.(Sihite,2007). Dengan bekerja diluar rumah bersama dengan laki-laki, perempuan dapat merebut kembali transendensinya.
Perempuan akan secara konkret menegaskan statusnya sebagai subyek dan sebagai seorang yang secara aktif menentukan arah nasibnya. Beauvior menjelaskan bahwa Ada beberapa hal yang melatar belakangi mengapa seorang perempuan bekerja : a) karena faktor ekonomi b) karena orangtua telah memberikan kesempatan bagi perempuan untuk menuntut ilmu, sehingga ia memiliki suatu keahlian yang memungkinkan bagi yang bersangkutan untuk mencari nafkah sendiri. c). karena secara sadar ingin meniti karir. Salah satu kunci bagi pembebasan perempuan adalah kekuatan ekonomi Memaknai uraian feminis eksistensialis, bekerja merupakan landasan fundamental bagi perempuan untuk mengukuhkan pengakuan akan kemandirian,ketidaktergantungan menuju kesetaraan dan penegasan status perempuan sebagai subyek dan bukan sebagai obyek.
Meskipun kenyataan menunjukkan bahwa sebagian lapangan pekerjaan yang ditekuni perempuan masih belum terbebas dari diskriminasi, feminisme pekerjaan dan kendala kultural, perempuan secara konsisten telah membuktikan bahwa keberadaan mereka di ranah publik masih tetap eksis dan dibutuhkan. Leacock menuturkan bahwa perempuan dalam setiap masyarakat memberi sumbangan ekonomi yang subtansial. Status perempuan tergantung bukan pada peran mereka sebagai Ibu maupun pembatasan mereka pada lingkup domestik melainkan pada apakah mereka menguasai a) akses pada sumber-sumber alam b)kondisi dari kerja mereka c) distribusi dari hasil kereja mereka (Moore,1988 hlm 31-32 dalam Sihite 2007)
Sementara itu. kekuatan hukum yang memayungi hak dan akses perempuan atas pekerjaan tercantum dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ,Pasal 49 yang berbunyi sebagai berikut : “Perempuan berhak memilih,dipilih,diangkat dalam pekerjaan, jabatan dan profesi sesuai dengan peryaratan dan peraturan perundang-undangan. Berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan/profesinya terhadap hal-hal yang mengancam keslamatan/kesehatan berkenaan dengan fungsi reproduksinya. Hak khusus yang melekat pada diri perempuan dikarenakan fungsi reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum”.
Perempuan Dalam Manajemen
Titik temu antara keluarga dan organisasi bisnis adalah “unsur manajemen” yang tersirat,dalam konteks peran perempuan didalam mengelola keluarga dan meniti karir di sebuah organisasi bisnis. Menurut hasil penelitian Asian Institue of Management di Indonesia tahun 1985-1987, (dalam Sihite 200&) mengatakan bahwa meskipun lingkungan keluarga Indonesia tetap mendidik anak perempuan mereka namun mereka tidak menghalanginya untuk menjadi perempuan karir yang berhasil. Menurut hasil penelitian, menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
- berpendidikan formal tingkat pendidikan universitas
- menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
- menilai keberhasilan mereka capai dengan kerja keras,
- keuletan dan ketetapan hati.
- Bekerja karena adanya kepuasan dalam mencapai sesuatu dan bekerja karena dorongan untuk penghasilan sendiri
- Berpendapat bahwa jaringan kerja penting, artinya relasi /kontak didapatkan melalui hubungan pribadi ,profesi atau keluarga dianggap penting sekali dan lebih mudah karena peran ganda mereka sebagai istri,ibu,wanita karir ataupun dalam masyarakat yang bersifat kegiatan-kegiatan sosial.
Manajer Wanita Dalam Menghadapi Isu Globalisasi
Riset yang dilakukan Accenture terkait momentum Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada 8 Maret 2014 (SWA 08 hal 26) menyebutkan bahwa wanita lebih memilih pekerjaan yang dapat memberinya keseimbangan antara bekerja dan kehidupan pribadi dibanding sekedar gaji yang besar. Disebutkan pula, lebih dari 80% wanita mengatakan bahwa memiliki waktu kerja yang fleksibel itu sangat penting , dan 85%-nya bahkan mengatakan ,waktu kerja yang fleksibel akan mengurangi tingkat stress.
Selain itu,Boston Consulting Group pada Agustus 2012 mempublikasikan bahwa terlihat adanya hubungan antara keragaman dan keberhasilan perusahaan dan 85% mengatakan bahwa keragaman gender sebagai prioritas utama dibanding keragaman lainnya (SWA 08,hal 27)
Pada abad 21 ini dapat dikatakan awal dari ekonomi dan bisnis era global. Globalisasi bergerak secara cepat. Hal tersebut sangat mungkin karena cepatnya pertumbuhan teknologi informasi dan kemajuan transportasi. Globalisasi merebak di seluruh negri di dunia termasuk di Indonesia. Akibatnya, perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mengembangkan perspektif global untuk mengelola bisnis karena era globalisasi dikatakan sebagai revolusi manajemen. Sehubungan dengan kepemimpinan, beberapa peneliti menyatakan pendapatnya bahwa kemampuan yang dimiliki perempuan akan lebih efektif ketika memimpin organisasi dibandingkan dengan manajer pria.
Berdasarkan penelitian, perempuan mempunyai perhatian yang lebih baik terhadap pembangunan konsensus dan pandai dalam mengembangkan hubungan interpersonal. Manajer perempuan lebih menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif. Pemimpin wanita dalam berbagai konteks telah mengalami transformasi. Bagaimanapun juga, jika dikaitkan dengan efektifitas kerja , faktor gender tidak terlalu penting. Artinya, dalam performa kerja tidak terlihat adanya perbedaan antara manajer perempuan maupun laki-laki. Kesuksesan dalam mengelola perusahaan dalam kompetisi bisnis global tergantung pada kepribadian, pengetahuan, keahlian dan perilaku manajer. Perempuan mempunyai kelebihan dalam hal sosialiasi. Manajer-manajer perempuan memimpin dengan lebih menekankan pada hubungan dan gaya empati daripada laki-laki. Pola sosialiasi manajer perempuan membuat karyawan merasa nyaman dengan mendukung pola partisipasi serta fasilitas perusahaan, adanya saling penguatan antar karyawan, dan pemberdayaan potensi diri dalam organisasi perusahaan.
Beberapa Kelebihan Sebagai Manajer Perempuan
Penelitian yang dilakukan oleh Suprianingsih dan Tjahjono (2007, dalam Woman In Public Sector :558) menunjukkan bahwa manajer perempuan di Indonesia secara umum mempunyai nilai-nilai etika dalam menjalankan bisnisnya. Manajer perempuan Indonesia mengembangkan strategi-straegi secara rinci dan mereka juga memiliki keahlian komunikasi yang bagus dalam seluruh lini organisasi perusahaan. Mereka dapat menyampaikan ide secara efektif dan mengelola hubungan yang baik dengan para pelanggan. Disamping itu, manajer perempuan Indonesia juga sangat peduli pada tanggungjawab sosial dalam komunitas di dalam dan diluar organisasi perusahaan.
Beberapa hal diatas merupakan kelebihan bagi manajer wanita Indonesia. Sebagai wanita yang bekerja di sektor bisnis (public) awal karir manajer wanita dimulai dengan bekal pendidikan yang baik. Selain itu dibutuhkan passion dan kecintaan terhadap pekerjaan yang digeluti sehingga hasil yang diinginkan dapat tercapai secara optimal. Sebagai seorang pengelola dalam perusahaan, budaya kerja di perusahaan dalam era globalisasi memberikan kesempatan setiap pegawainya menjadi seorang pemimpin di setiap lini kerja, hal ini disebut oleh Durkheim sebagai spesifikasi pembagian kerja. Dalam hal ini pembuatan keputusan melibatkan seluruh karyawan Satu hal yang lebih pentiing adalah kemampuan-kemampuan misalnya bagaimana untuk memimpin dan cara yang digunakan untuk menyeselesaikan pekerjaan. Survey yang diperoleh majalah SWA pada 2005 & 2006 (2008 dalam Woman In Public Sector:558) kepada para karyawan menunjukan bahwa wanita mendapat peran penting dalam bisnis termasuk jika mereka dipimpin oleh manajer wanita. Penelitian tersebut mengemukakan beberapa karakter manajer wanita di indonesia, antara lain :
- kemampuan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan dan klien
- kemampuan menciptakan efisiensi
- kemampuan dalam intuisi
- melibatkan fisik, mental dan emosi
- kemampuan komunikasi
- kemampuan untuk menangkap kesempatan
- kemampuan untuk menyampaikan intensi dan maksud secara baik
- keinginan untuk mendengarkan
- mempunyai penampilan menarik
- rinci
- menggunakan perasaan dalam seluruh kegiatan -simpati
- kemampuan multitasking
- Sedangkan perbedaan antara manajer laki-laki dan perempuan di Indonesia, antara lain :
- -wanita lebih rinci terhadap hal-hal kecil
- -wanita lebih sensitif
- -wanita dapat melakukan mutitasking
- -wanita dan laki-laki sama yang paling penting adalah keahliaan
- -wanita lebih baik dalam pembimbingan
- -wanita lebih pandai dalam pekerjaan
- -wanita lebih ramah dan sensitif
- -wanita lebih bijak -wanita lebih mengerti dan berpikiran terbuka Manajer wanita mempunyai karakteristik berbeda dibandingkan manajer laki-laki.
- Manajer wanita lebih rinci, berpenampilan menarik,memiliki intuisi, memiliki kemampuan berperan ganda, kemampuan komunikasi, keinginan mendengarkan, mampu menangkap peluang bisnis dan simpati. Hal penting lainnya adalah wanita dapat membuat efisiensi kerja. Kelemahannya wanita menggunakan perasaan dalam segala aktifitas.
Hambatan dan Tantangan Manajer Wanita
Walaupun ada beberapa keuntungan potensial dari fungsi wanita di sektor bisnis global, jumlah dari wanita dalam jabatan perusahaan dapat dikatakan masih rendah. Dalam organisasi perusahaan Indonesia, laki-laki menganggap wanita sebagai “kelas kedua” dan seperti orang lain diluar kepentingan bisnis, bukan menjadi sosok dominan yang utama dalam kebijakan perusahaan.
Anggapan tersebut mensyaratakan bahwasanya wanita harus mengembangkan pola penyesuaian diri lebih tinggi dalam perusahaan dengan menunjukkan kinerja yang profesional. Disamping itu, masyarakat masih berangaapan bahwa manajer wanita tidak memberikan perhatian yang lebih kepada keluarga, yaitu kepada anak-anaknya dan suami. Masyarakat masih menganggap bahwa para perempuan tidak harus mengejar karir yang tinggi. Dari sisi biologis, wanita dibawah 40 tahun masih disibukkan dengan maternity seperti mengandung, melahirkan dan merawat anak. Keadaan tersebut dapat menjadi hambatan bagi karirnya. Permasalahan lainnya bagi wanita Indonesia adalah status pernikahan. Wanita merasa tidak nyaman jika sampai pada usia tertentu belum melaksanakan pernikahan.
Disamping hambatan secara pribadi, manajer- manajer perempuan juga menghadapi tantangan-tantangan yang akan menjadi kompleks dalam sektor bisnis global. Dalam bisnis global, perubahan dapat terjadi secara cepat. Banyak perubahan-perubahan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya Disatu sisi mereka dituntut untuk mengembangkan identitas pribadi dan menjadi bagian dari total sistem dengan kebudayaan, politik, ekonomi dan nilai-nilai sosial yang ada. Kadang-kadang perempuan karir dapat memanfaatkan kesempatan yang diberikan lingkungan, kadang-kadang mereka harus menciptakan sendiri kesempatan itu. Namun segala hambatan dapat merupakan tantangan yang bisa meningkatkan motivasi agar lebih berhasil dalam puncak karir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H