Hong Kong baru saja memiliki pemimpin baru setelah melalui pemilihan yang ketat. Kebijakan pemimpin baru di Hong Kong belum berubah meskipun 1000 orang pro demokrasi turun ke jalan meminta agar dapat memilih pemimpinnya sendiri. Komite khusus pemilu Hong Kong dibentuk dengan berisikan 1200 kursi, termasuk 70 orang anggota Dewa Legislatif yang berwenang untuk memilih pemimpin eksekutif selanjutnya.Â
Carrie Lam secara resmi terpilih menjadi pemimpin terpilih dengan memperoleh suara terbanyak dibandingkan kedua kandidat lainnya yaitu John Tsang dan Woo Kwok-Hing. Dari total 1.194 suara yang masuk, hanya 417 suara yang tidak mendukung politikus pro-Beijing tersebut. Carrie Lam sendiri menjadi pemimpin pertama perempuan yang akan memimpin Hong Kong.Â
Namun diluar kemenangan Carrie Lam dalam pemilihan ini, hasil pemungutan suara Komite Pemilu Hongkong dinilai telah membawa senyum kemenangan bagi Beijing. Saat ini telah terjadi konflik perpecahan internal yang terjadi di Hong Kong semenjak adanya gerakan Occupy Central pada Agustus 2, 2014. Gerakan pro demokrasi ini menuntut untuk membuka ruang bagi partisipasi sipil dan politik di seantero Tiongkok. Semenjak munculnya nama Carrie Lam sebagai kandidat pemilu bebas di wilayah semi-otonomi itu, Lam dipandang sebagai calon favorit Beijing.Â
Banyak yang tak heran kalau Lam akan terpilih karena sebagian besar anggota komisi pemilihan dinilai pro-China. Di mata Lam sendiri, Hong Kong tidak berbeda dengan beijing. Dalam pidato kemenangannya, Carrie Lam berjanji akan berupaya penuh untuk mempertahankan "Satu Negara, Dua Sistem dan menjaga nilai-nilai inti Hong Kong. Karena itu, dia akan menegakkan hukum dan menghargai perbedaan sesuai dengan asas kebebasan berekspresi yang ada di Hong Kong.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H