Mohon tunggu...
Rienta Primaputri
Rienta Primaputri Mohon Tunggu... Konsultan - Personal space to share ideas, updates and inspirations.

Seorang pengamat muda yang menggemari isu internasional dan gerakan sosial

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Manager JKT 48 Tewas Bunuh Diri, Bagaimana Bisa?

22 Maret 2017   18:09 Diperbarui: 22 Maret 2017   18:24 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini publik digegerkan oleh berita kematian salah satu manajer JKT 48 di kawasan Tangerang Selatan. Korban bernama Inao Jiro merupakan seorang warga negara WN Jepang berusia 48 pertama kali ditemukan oleh istri dan pembantunya pada pukul 18.00 WIB Selasa lalu (21/03). Menurut Penyelidikan Polres Tangerang Selatan, Inao Jiro tewas gantung diri di kamar mandi rumahnya. 

Saat penyelidikan dengan memeriksa 3 orang terkait, Polres Tangerang Selatan menyebutkan bahwa motif bunuh diri Inao jiro adalah tekanan pekerjaan. Banyak menduga bahwa ini berkaitan dengan idol group JKT 48 yang dianaungi sebagai salah satu manajer. Namun Hits Record, label yang membesarkan nama JKT 48 mengatakan bahwa selama ini Inao Jiro terlihat baik-baik saja dan tidak pernah mengeluh perihal pekerjaan. 

GM Operasional Hits Record Clement mengatakan bahwa semua berjalan baik-baik saja. Lalu apa yang membuat Inao Jiro nekad untuk bunuh diri. Terlepas apakah motif tekanan kerja ini benar adanya, Jepang sebagai negara tempat Inao Jiro berasal memiliki angka kematian bunuh diri yang cukup tinggi. Jepang terkenal dengan budaya prinsip hidup menang atau kalah. Hal ini sudah terjadi sejak jaman para Samurai di Jepang. 

Ada sebuh ritual bernama Seppuku atau Harakiri yang berarti menusuk dengan katana pendek dan membelah perut sendiri hingga mati. Para Samurai melakukan ini apabila mereka mengalami kekalahan. Hal ini dilandaskan karena prinsip kuat berkaitan dengan harga diri dan tanggung jawab yang mereka emban selama hidup. Rupanya hal ini terus terjadi hingga masa kini meskipun belakangan ini angka kematian bunuh diri di Jepang sempat menurun. 

Lantas apakah nilai dan prinsip yang berkembang di Jepang ini mempengaruhi seseorang untuk melakukan bunuh diri ketika mereka merasa 'kalah' dalam hidup. Kita kembalikan kepada pemikiran dan kepercayaan masing-masing. Mari kita doakan agar arwah dan jiwa Inao Jiro damai di alam sana. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun