Cerita datang dari Richard Lee, warga Selandia Baru keturunan Taiwan yang mengalami masalah saat membuat passport. Penolakan itu ternyata terjadi bukan hanya sekali, tepatnya sembilan kali. Richard yang berprofesi sebagai DJ ini aplikasinya berulang kali ditolak. Penyebabnya adalah perangkat lunak yang digunakan ternyata tidak bisa membaca foto Richard yang teridentifikasi "Mata Tertutup".Â
Richard yang terlahir dengan mata sipit ini merasa tidak marah karena dia memahami perangkat lunak yang digunakan adalah Robot yang notabennya tidak memiliki perasaan dan belum terlalu canggih. Teknologi tersebut terbilang masih relatif baru yang tidak bisa menangkap pencahayaan dan bayangan yang tidak sesuai disekitar mata pria kelahiran Taiwan ini.Â
Dengan bantuan dari Kementrian dalam Negeri akhirnya, Richard dapat mendapatkan paspor baru. Berdasarkan juru bicara Kementrian, kasus penolakan Richard ini bukanlah hal pertama. Setidaknya 20 persen foto para pemohon passport ditolak dengan alasan yang sama yaitu mata pemohon dalam kondisi tertutup. Banyak beranggapan teknologi ini menganut rasialisme yang membeda-bedakan membaca wajah muka seseorang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H